Siapapun kita pasti pernah merasakan atau menerima baik banyak ataupun sedikit yang namanya kritikan ataupun protes. Dan bahkan kehidupan kita akan sangat aneh jika ternyata tidak pernah ada yang mengkritik kita. Sebab sesungguhnya kritikan akan membuat kita bertumbuh. Apalagi jika itu merupakan kritikan tajam, masuknya ke dalam hati kita tentu akan sangat terasa.
Tapi tak sedikit orang yang malah memilih menjadi bebal. Artinya ketika terlalu sering menerima kritikan tak sedikitpun dia merasa itu untuk dirinya supaya segera berubah. Alias ketika kritik tersebut mau masuk ke telinganya, ternyata info yang didengarnya ibarat seperti radio rusak-rusak. Tak penting itu bagiku.
Berharap pemerintah kita tidak berlaku bebal jika mereka terus-menerus mendapatkan kritikan dari masyarakat bawah. Tapi ternyata tak sedikit dari pemerintah kita yang akhirnya lebih memilih bersikap lamban jika ada satu masalah terjadi di lingkungan pemerintahannya. Khususnya perihal masalah akses jalan umum yang merupakan kepentingan bersama.
Meskipun dalam hal ini, pemerintah pusat lewat akun medsos Kemen PUPR baru-baru ini, telah memberikan label jalan-jalan yang merupakan urusan pusat secara langsung. Dimana jika menemukan jalan yang ber-cet kan warna kuning, jalan itu merupakan bagian dari jalan nasional. Masyarakat yang menemukan jalan rusak atau berlubang bisa segera menghubungi nomor kontak mereka supaya segera jalan tersebut diperbaiki. Sebuah terobosan besar yang dilakukan oleh pusat.
Tapi ternyata langkah cepat dari pusat tak sebanding dengan apa yang telah dilakukan oleh daerah. Seperti kasus yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan. Ada sepasang suami istri yang tak segan untuk berpose bak artis di tengah-tengah lumpur jalan rusak, tepatnya di jalan raya Tanjung Bintang.
Mereka boleh terbilang berani untuk mengkritik pemerintah daerah, supaya sang Pemda bisa melihat langsung kondisi jalanan yang sudah lama rusak parah yang akhirnya mengakibatkan genangan. Tapi apa boleh buat, jika untuk itu pemerintah akan segera membenahinya, maka langkah itu layak untuk dilakukan. Sebab akan banyak jatuh korban jika lobang-lobang yang kian menganga terus-menerus dibiarkan tanpa ada perbaikan.
Kepedulian mereka dalam bentuk parodi tentu patut diapresiasi. Sebab pada faktanya kita jarang mau menggubris atau minimal melaporkan jika menemukan hal-hal yang kurang beres baik itu di jalanan atau dimanapun itu. Sebab tak mau repot apalagi mau bayar harga seperti mau berendam di genangan air atau lumpur yang ada.
Padahal dengan ke-abai-an kita justru membuat semakin banyak korban. Juga hal tersebut tentu juga  berdampak kepada semakin lambannya tangan sang pemerintah untuk mau membenahinya.
Oleh karena itu mari kita jangan abai jika menemukan satu atau dua hal yang kurang di saat kita perhatikan. Baik itu kekurangan yang ada di tempat fasilitas umum ataupun di pelayanan publik yang ada.
Tapi satu yang penting adalah saat kita mau  mengkritiknya mari melakukannya dengan bijak dan cerdas. Dan tentu bukan bermaksud untuk menjatuhkan pribadi orang yang kita kritik. Sebab yang kita sasar adalah kinerjanya yang lamban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H