Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Andy F Noya: Penderitaan, Kejujuran, dan Hidup yang Berdampak

19 April 2020   22:51 Diperbarui: 19 April 2020   23:26 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tampilan layar dari @kickandyshow

Ketiga, tahap succes dimana kita sudah mencapai puncak sukes dari karir kita. Tapi jangan lupa untuk sampai pada tahap keempat, yakni significan. Bahwa kesuksesan hidup kita tidak berhenti pada diri kita sendiri tapi harus berdampak kepada orang lain juga.

Dalam menolong orang lain, kita tidak harus memiliki banyak uang dulu, baru bisa menolong orang lain. Sebab ketika kita menunggu dan menunda maka justru disitu kita akan selalu memberikan banyak excuse atau alasan untuk tidak memberi. Ketika sudah punya gaji yang banyak tunggu harus punya motor dulu, ketika sudah punya motor tunggu harus punya mobil dulu, dan seterusnya.

Andy juga mengisahkan bagaimana meskipun hidup dalam kesusahan tapi masih tetap bisa menolong orang lain. Yakni Lewat hidup Bapak Sugeng asal Mojokerto, Jawa Timur, dimana dirinya mampu menyediakan seribu kaki palsu bagi banyak orang-orang yang membutuhkan. Dan dirinya tidak meminta harga untuk kaki palsu yang diproduksinya itu.

Sehingga pernah suatu ketika, saat Andy Foundation tidak punya uang lagi segera meminta Bapak Sugeng untuk menghentikan produksi kaki palsunya. Tapi akhirnya dirinya justru datang ke Noya membawa tabungan yang dimilikinya hasil dari pembayaran yang dilakukan Andy selama 5 tahun waktu lalu, untuk meminta supaya gerakan seribu kaki palsunya jangan dihentikan.

Artinya dalam kesungguhan untuk terus berkarya, dan adanya ketulusan untuk terus berbagi kepada orang yang jauh kurang beruntung dibandingkan kita sendiri, meskipun diri kita sebenarnya tidak sanggup untuk melakukan sesuatu, tetapi dengan tekad yang kuat dan keinginan untuk segera mewujudkannya, maka akan ada satu langkah terobosan yang mungkin bisa kita capai dan lalkukan.

Baik seperti halnya kehidupan yang dialami oleh Bapak Sugeng, Danlok hingga Andy F Noya, maka sesungguhnya kita bisa berbuat sesuatu dengan kondisi yang dialami oleh bangsa kita saat ini. Entah lewat bantuan uang atau materi, maupun lewat tenaga atau jasa kita untuk jadi relawan, bahkan untuk tetap patuh dan dengar-dengaran apa yang dianjurkan oleh pemerintah yakni untuk tetap ada di rumah, maka  sesungguhnya kita bisa menyelesaikan persoalan covid 19 ini. Tapi pertanyaannya,maukah kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun