Kedua, karena kemana-pun pergi akan selalu teringat Sumatera Utara kota kelahiranku. Ada sekitar lima tahun keluar dari Sumut saat masa-masa kerja dulu, yakni sejak 2008 tamat kuliah hingga tahun 2013. Sehingga akhirnya memilih kembali lagi ke Sumut dan memilih berkeluarga dan berkarir di tanah ini saja.
Juga teringat dengan khas minumannya seperti Markisa yang sangat jarang kutemukan dulu waktu ada di kota-kota lain di Sumatera Utara. Kopi Sidikalang yang kini menjadi minuman terpavorit saat ini. Dimana setiap hari sangat menikmati untuk mengkomsumsi kopi yang satu ini tanpa gula.Â
Ketiga, hal yang membuatku kagum dan bahkan menjadi orang Sumut, adalah ada banyak ratusan bahkan ribuan objek wisatanya. Memang objek yang paling terkenal yang bahkan oleh Bapak Jokowi telah mencanangkannya menjadi salah satu Bali baru yang ada di Sumatera Utara, Danau Toba. Tapi disamping Danau Toba ternyata masih banyak bahkan ribuan objek wisata yang mungkin belum diketahui oleh banyak orang.
Belum diketahui karena mungkin kurang digarap oleh warga sekitar juga karena promosi yang begitu sangat kurangnya. Dengan 25 kabupaten dan 8 kotanya, masing-masing kabupaten dan kota tersebut masih mempunyai ratusan objek wisata yang masih terpendam potensinya.
Dan bukan hanya itu, desa dimana saya tinggal saat ini, Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit punya bangunan peninggalan zaman Belanda dulu. Yakni berupa bangunan tebal seperti penjara buatan  Belanda. Juga ada tanggul air raksasa yang menjadi sumber air ke Kota Medan, masih tetap dipakai oleh PDAM Tirta Nauli.
Dimana sejarahnya dulu, desa ini tepat berada di daerah lembah hutan Sibolangit. Jika ada pesawat yang terbang ke atas yang mungkin akan jatuhkan bom, maka tak sedikit penduduknya yang membangun terowongan di bawah rumahnya, untuk menghindarkan dampak dari bom yang tidak diinginkan. Pengalaman ini diutarakan oleh Dr Lucas, Mantan Guru Besar UGM, asal Sibolangit dalam bukunya, 'Harta dan Warisan Sesungguhnya' (2016 : 2).
Beliau menceritakan dalam bukunya saat masa-masa agresi militer Belanda dulu, bagaimana Sibolangit menjadi medan perang dan bagaimana mereka harus berpindah dari satu wilayah ke wilayah yang lain dengan berjalan kaki.Â