Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Money

Sikat Habis Warisan Rini Soemarno?

14 Desember 2019   01:47 Diperbarui: 14 Desember 2019   02:02 4149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersih-bersih yang dilakukan oleh sang Menteri BUMN boleh dibilang sebuah langkha yang sangat baik baik. Apalagi mengingat kondisi keuangan dan pemasukan negara kita terbilang pas-pasan. Karena sumbangan deviden dari berbagai perusahaan BUMN yang ada di bangsa kita yang asetnya saja mencapai Rp.8.000 triliun ternyata sumbangan atau deviden yang didapatkan negara kurang dari Rp.50 triliun.

Di tahun 2018 saja penerimaan negara dari deviden BUMN Rp. 48 triliun. Dan sudah ditarget bahwa di tahun depan negara akan dapatkan deviden senilai Rp.49 Triliun, meningkat Rp 1 Triliun. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Airlangga Hartanto mewakili BUMN, seperti yang dilansir oleh CNN.com (12/09/2019) saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama dengan Komisi VI DPR RI.

Jika dibuat persentasenya maka penerimaan negara tak sampai 1 persen dari totoal nilai aset BUMN yang notabene dimiliki negara. Tepatnya sekitar 0,62 persen itupun jika yang didapat oleh negara sebesar Rp.50 triliun setiap tahunnya.

Melihat persentase tersebut maka jelas-jelas negara sangat dirugikan. Apalagi tak sedikit juga BUMN yang ternyata merugi hingga puluhan triliun rupiah. Kini para perusahaan BUMN tersebut malah justru buat anak-anak perusahaan hingga cucu perusahaan BUMN. Yang jelas-jelas sama sekali tidak ada kaitannya dengan bisnis induk dari BUMN tersebut.

Khususnya saat melihat pertamina yang justru memiliki kurang leibh 142 anak dan cucu perusahaan. Maka tak heran Erick Thohir harus benar-benar bersihkan seluruh perusahaan BUMN yang ada tersebut. Sebab ada indikasi justru anak dan cucu perusahaan tersebut sebagai alat untuk menambah pundi-pundi sang Dirut. Contohnya Ary Askhara yang ternyata memimpin sampai 6 anak dan cucu PT Garuda Indonesia.

Sehingga pertanyaannya, jika sudah demikian bobroknya, apakah eks atau mantan Menteri BUMN terdahulu, yakni Rini Soemarno telah melakukan pembiaran? Bahkan mungkin merestui dari induk perusahaan BUMN untuk bisa membuka anak-anak perusahaan hingga ke cucu-cucunya? Jika sudah demikian, tentu sangat pantas jika Erick Thohir sikat habis seluruh warisan menteri pendahulunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun