Indonesia Emas adalah situasi kondisi yang harus sudah kita persiapkan mulai sekarang. Dimana para millenial sekarang ini berada pada puncak potensinya untuk mengemban visi 100 tahun Indonesia. Indonesia yang jauh lebih sejahtera, Indonesia yang bebas dari kemiskinan, Indonesia yang bebas dari kebodohan, Indonesia yang bebas dari Stunting. Yang semuanya itu muaranya berasal dari stabilnya serta semakin meningkatnya keuangan dan perekonomian bangsa kita secara terus-menerus dari tahun ke tahun.
Makanya perlu para millenial menyambut peran penting ini. Sebab kalau kita tidak mempersiapkannya dengan baik sekarang, artinya para millenial tidak belajar dari kesalahan, tidak mau berubah, dan tetap pada kondisi yang sekarang, maka bisa dipastikan Indonesia emas akan menjadi sebuah angan-angan saja. Hanya menjadi sebuah harapan atau pepesan kosong semata. Artinya kita akan semakin ditinggal oleh negara-negara lain, khususnya negara tetangga kita.
Olehnya langkah pasti yang bisa kita ambil sekarang adalah mengerti tentang perekonomian bangsa kita. Dimana jika diibaratkan kita sedang mengayuh perahu naga bernama Indonesia yang secara bersama-sama untuk memenangkan kontes perahu naga.
Sebab jika hanya satu yang orang saja yang mengayuh artinya jika fungsi tersebut hanya diketahui dan dipegang oleh penyelanggara ekonomi yang bernama pemerintah maupun Bank Indonesia, tanpa dibarengi dengan partisipasi masyarakat Indonesia untuk mengayuh perahu kita, maka jalannya perahu kita akan begitu lambat. Yang hasilnya perekonomian kita atau perahu kita semakin ditinggal oleh perahu-perahu naga negara lainnya. Â
Oleh karena itu perlunya kita untuk semakin mengenal sistem ekonomi bangsa kita. Bagaimana ketahanannya, bagaimana stabilitasnya untuk bisa menciptakan Indonesia yang jauh lebih baik lagi? Dan  tentu ada upaya kita bersama dalam rangka upaya memelekkan kita terhadap info-info tentang bagaimana stabilitas ekonomi kita terjadi dan bagaimana stabilitas keuangan bangsa kita terjadi. Yakni melalui kebijakan makroprudensial.
Istilah makroprudensial-isasi menjadi sebuah kunci bagi kita para millenial untuk mengerti lebih jauh lagi tentang bagaimana menjaga stabilitas keuangan negara bangsa kita. Dengan ditambah akhiran --isasi yang menandakan adanya sebuah proses bersama yang kita lakukan untuk semakin melek terhadap sistem stabilitas keuangan kita.
Bahkan penulis sampai tiga kali membaca buku mengupas kebijakan makroprudensial tersebut sebagai upaya untuk mengerti secara mendalam dan lebih jauh lagi tentang istilah dari kebijakan yang dipegang oleh BI. Dan berusaha menuliskannya sebagai upaya untuk mengejewantahkan dari perspektif penulis tentang hal tersebut. Dan berharap melalui tulisan ini, dari perspektif kaum awam kita bisa semakin mengenal apa itu kebijakan makroprudensial. Sebab penulis menyadari bukan merupakan ahli ekonomi, tentu tak terlepas dari berbagai kekurangan disana-sini.
Melihat dari sejarahnya istilah ini sudah dikenalkan sejak tahun 1979 dalam pertemuan The Cooke Committe yang sekarang dikenal dengan pertemuan BCBS-Basel Committee Banking Supervision. Yakni upaya untuk mengkaitkan atau mengintegrasikan antara kebijakan makroekonomi dan kebijakan mikroekonomi.
Dan baru secara serius negara-negara di dunia mulai menerapkan kebijakan makroprudensial sebagai upaya memulihkan diri usai krisis global di tahun 1997/1998 terjadi. Sehingga berdasarkan pengalaman krisis moneter yang terjadi di tahun-tahun itu, dengan antisipasi kebijakan makroprudensial yang sudah mulai kita terapkan, akhirnya kita (Indonesia) bisa menghindari krisis keuangan yang terjadi 10 tahun kemudiannya, yakni krisis dunia yang berdampak sistemik akibat kegagalan perusahaan keuangan Lehman Brother (subprime mortgage) di tahun 2008 lalu.