Mungkin ini sedikit curhat dariku kepada rekan-rekan pembaca kompasioner. Dan sepertinya ini khusus for kompasiana doang tidak dipublish kemana-mana lagi. Sebab biasa bagi seorang penulis, tentu satu tulisan minimal ada dua media sebagai wadah tempat tulisanku.Â
Meskipun dengan penambahan ataupun pengurangan disana dan disini. Tidak seratus persen atau maksimal kemiripannya sampai 70 hingga 80 persen. (hehe...buka kartu).Dan mungkin ini sedikit pengakuan dosa dari seorang penulis pemula seperti diriku. Maafkan diriku!
Pengennya sih 100 persen totalitas dan cukup di satu media saja tiap-tiap tulisan yang kan kuterbitkan. Entah di tahun keberapa hal ini akan terwujud. Soalnya masih dikendala kemahiranku sendiri di dalam mengolah kata-kata masih terbilang cukup muda alias masih hijau di dalam menulis. Di samping itu karena ingin mengejar ada reward-reward spesial sebagai ganjaran yang boleh diterima seorang penulis seperti diriku.
Hasilnya sudah mulai tampak kini. Dimana sejak Januari hingga Maret di tahun ini aku berturut-turut mendapatkan apresiasi dari K-reward. Dengan pencapaian terbesarku ada di bulan Februari lalu hingga mencapai 900 k nominal rupiahnya. Tapi maaf...kirimannya belum nyampe-nyampe hingga kini. Maklum sih, karena ada perubahan sistem dari e-cash Mandiri dan kini ke Gopay.
Kemudian ditambah dua kali mendapatkan juara dalam event-event lomba dari kompasiana. Yakni di bulan Februari dan Maret aku bisa keluar sebagai juaranya. Â Pertama dari event bersama BCA. Dan kedua dari event bersama dengan Kemensos. Dan khusus dari kemensos diriku keluar sebagai juara satu di dalam lomba tersebut. Dan aku-pun kembali mereguh kenikmatan sesaat itu karena pundi-pundi nominal di dalam rekeningku-pun bertambah.
Dibilang sesaat karena masuknya agak lama, tapi menghabiskannya ternyata sebegitu cepatnya. Makanya kemarin mencoba memberikan saran kepda kompasiana, kenapa tidak untuk memberikan berupa sertifikat ataupun pin sebagai tanda pernah juara? Sebab kalau hanya uang saja tentu sebentar saja uang tersebut akan segera sirna.
Tapi kalau berupa pin ataupun sertifikat tentu bisa kita ingat dan bisa kita pajangkan di dinding rumah kita. Sehingga jika suatu waktu kita bisa mengenang masa-masa itu, bahwa kita pernah juara. Dan ataupun ketika teman-teman datang berkunjung ke rumah, minimal mereka bisa berdecak kagum gitu dan akhirnya tertular juga untuk mengikut jejakku sebagai penulis. (Semoga tim kompasiana dengar keluhanku).
Meskipun tercatat di Kompasiana diriku sudah terdaftar sejak Mei 2016 lalu. Dan baru aktif menulis di Kompasiana sejak Desember 2018 lalu, mulai rutin untuk menyetor tulisan-tulisanku ke Kompasiana. Ada rasa bahwa bersama kompasiana seperti rumah ke dua bagiku. Sebab rata-rata pembacanya unik. Ada kedekatan yang dibangun sebegitu intensnya antara penulis dan pembaca.
Sebab rata-rata pembaca kompasiana tersebut adalah minimal seorang penulis juga. Dimana jika melihat statistiknya saja di Desember 2017 lalu, user atau member dari kompsiana mencapai 355 ribu akun. Belum tahu berapa banyak pertambahannya di akhir 2018 lalu.
Disamping sebagai seorang penulis kita seakan dipaksa untuk meresponi setiap komentar-komentar yang masuk di tiap-tiap artikelnya. Sebab kalau tidak direspon, jangan-jangan kita malah dianggap agak 'combong' gitu. Padahal maksudnya bukan. Sehingga sepertinya demi mengejar supaya kita tidak dibilang 'combong' Â kita akhirnya malah tidak iklas untuk memberikan komentar balasannya. Maaf.
Tapi karena banyak tipikal seorang penulis dan tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Ada yang gemar memberikan vote dan komentar, tapi ada yang cuma gemarnya yah menulis saja tanpa harus memberikan vote balasan ataupun komentar balasan. Dan diriku mungkin masuk ke tipe ke dua ini.