Boleh dibilang Bapak Hadimuljono, sosok yang selalu ada di belakang Jokowi di dalam menuntaskan banyak proyek-proyek infrastruktur yang ada di bangsa ini. Sosok kerendahan hatinya tidak pernah menonjolkan diri menjadi satu nilai plus yang patut untuk kita ikuti bagi kaum milenial.
Karena kecekatannya, karena terus menerus bergiat menemukan dan selalu melakukan meskipun tanpa ada petunjuk teknis yang jelas,yang penting bagi Bapak Hadimuljono ini, bisa berbuat seinci demi seinci progres pembangunan yang akan dikerjakan.
Dan jika sudah jadi dan tinggal meresmikan, maka menyerahkan dengan kepala yang sedikit menunduk kepada sang pemimpin yang sebenarnya yaitu Bapak Jokowi untuk meresmikannya. Maka tak heran beliau didaulat sebagai Panglima Infrastruktur Indonesia.
Pada hari ini, seyogiaya beliau bisa turut merasakan keberhasilan yang beliau torehkan,yakni membangun proyek MRT. Dimana pada hari ini, Minggu (24/3)  seperti yang dilansir oleh kompas.com (24/3/2019), Bapak Presiden Jokowi pada pukul 9 pagi tadi  sudah meresmikan operasional MRT fase pertama. Dengan rute Lebak Bulus hingga Bundaran HI (Hotel Indonesia).
Tapi Bapak Hadimuljono, ternyata tidak turut hadir bersama-sama dengan Bapak Jokowi. Yang hadir disana jika kita melihat video-video yang ada, hanya tampak beberapa menteri, termasuk diantaranya Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, Menkeu, Ibu Sri Mulyani, Menteri Sosial, Agus Gumiwang, Gubernur DKI Anies Baswedan, dan Ketua DPRD DKI,Prasetio Edi Marsudi.
Tentu ini adalah sebuah pilihan bagi Bapak Basuki Hadimuljono untuk lebih memilih mengunjungi rekan, sahabatnya yang sedang lagi terbaring di rumah sakit, ketimbang beliau turut dalam kemeriahan, dan antusias warga saat peresmian operasional MRT tersebut.
Mimpi, Cerita dan Harapan
Bicara MRT adalah tentu harus bicara tentang yang namanya sebuah kebudayaan yang baru yang harus segera dimiliki oleh warga DKI ataupun warga di luar DKI yang sedang berada di Jakarta. Sebab kalau budaya untuk segera berpindah dengan menggunakan moda transportasi massal, maka kemungkinan besar pembangunan moda berbasis rel tersebut akan sia-sia.
Kemudian sudah banyak cerita-cerita positif ataupun sambutan hangat dalam peresmian MRT tersebut. Dimana seperti yang dilansir oleh kompas.com (24/3/2019), Bapak Anies tampak tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada para pendahulu gubernur-gubernur DKI sebelumnya. Mulai dari mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sutiyoso, Fauzi Bowo, Gubernur Joko Widodo, Ahok, dan Djarot.
Tapi khusus sas menyebutkan nama Ahok, suara rakyat yang hadir sempat tumpah riuk. Sampai-sampai Bapak Anies-pun harus menghentikan sambutannya sejenak. Agar supaya warga bisa tenang sejenak.
Lanjut ceritanya Bapak Sutiyoso. Yang  mulai punya mimpi untuk mewujudkan MRT tersebut. Karena menurut pengamatan beliau hampir 80 persen pengguna jalan raya adalah pemilik kendaraan pribadi. Itu akibat dari tidak adanya angkutan massal yang nyaman, aman, dan murah.
Beliau-pun studi ke Bogota, Kolombia karena punya kemiripan yang sama dengan DKI. Dan mulai sejak itu beliau inginkan supaya DKI segera punya MRT. Dan pada hari Minggu (24/3) ini menjadi moment ucapan syukur beliau yang tak terkatakan kepada para penerusnya itu.
Disamping kedua pemimpin hebat itu, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii mengaku, tak sabar ingin menggunakan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta untuk menunjang aktivitasnya sehari-hari. Salah satunya, menggunakan moda transportasi berbasis rel ini untuk makan siang di salah satu pusat perbelanjaan di Blok M, Jakarta Selatan.
"Kedubes Jepang akan ke sana. Saya secara pribadi ingin gunakan MRT. Ketika makan siang saya ingin makan MRT ke Blok M. Kalau saya makan siang di Blok M saya akan posting di Instagram," seloroh Ishii menjawab pertanyaan Kompas.com, Minggu (24/3/2019). Â Â Â
Maka setelah kita melihat kembali cerita, mimpi dan harapan itu, semoga bangsa ini, khususnya DKI bisa kian semakin berbenah di dalam mengatasi polemik pertransportasian selama ini telah terjadi. Maka MRT, bersama moda-moda transportasi lainnya sebagai bagian dari moda ini, seperti LRT hingga BRT, bisa mewujudkan moda transportasi yang bersinergi dan saling menyatu.
Dan pada akhirnya akan mempermudah kita di dalam bergerak, dan tentunya akan berdampak kepada pengurangan kendaraan pribadi, yang bisa meningkatkan kualitas udara di DKI menjadi kian ramah dan segar, tidak polutif apalagi beracun. Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H