Kemenangan Garuda Muda hari ini melawan Thailand di puncak final piala AFF 2019 patut kita syukuri. Karena kemenangan ini sebagai pertanda dan awal kemerdekaan bola kita lepas dari kunkungan para  bandar-bandar bola atau mafia bola.
Dan kemenangan ini-pun bisa dibilang sebagai akibat mulai aktifnya kepolisian kita di dalam mengungkap dan menyidik seluruh para mafia-mafia bola kita.
Betapa kita tidak sakit hati, karena pertandingan sportivitas dan fair adalah cirinya, tapi bisa-bisanya oleh para mafia ini membajak sepak bola kita untuk dijadikan sapi perahnya dan memperkaya dirinya.
Permainan sepak bola yang paling penulis sangat ingat dalam kejuaraan AFF saat Kejuaraan AFF 2010 lalu. Dimana saat itu Indonesia melawan Malaysia di partai puncak final saat itu. Dimana Indonesia menjadi tuan rumahnya.
Dimana, betapa sangat antusiasnya kita kala itu, di awal-awal pertarungan atau babak penyisihan garuda muda kita saat itu.Bahkan bisa dengan telak mencetak skor dan angka kemenangan bagi Indonesia. Tapi teryata di babak-babak akhir atau final justru anti klimaks yang kita dapatkan.
Kita akhirnya kalah di final melawan Malaysia, padahal di babak awal babak penyisihan kita bisa dengan telak mengalahkan Malaysia kala itu. Dan akhirnya kekalahan kita saat itu, belangnya atau penyebabnya justru akhir-akhir di than 2018 mulai terungkap.
Seperti yang dilansir oleh tribunnews.com (28/12/2018),  terungkapnya para mafia bola dan adanya Match Fixing atau pengaturan skor kala pertandingan kejuaraan AFF2010 lalu. Dimana kasusnya sudah  memasuki babak baru. Setelah sebelumnya nama Vigit Waluyo santer dibahas karena diduga menjadi pelaku dalam pengaturan skor khususnya Liga 2, kini publik ramai-ramai membahas soal skuad timnas di Piala AFF 2010 lalu.
Saat itu kekalahan Indonesia atas Malaysia dengan skor 0-3 diduga kuat karena adanya match fixing sekaligus judi yang melibatkan beberapa pemain timnas kala itu. Nama Maman Abdurahman bek timnas, Markus Horison kiper dan Firman Utina disebut-sebut menerima uang, rumah dan bahkan mobil Alphard karena berhasil memuluskan match fixing itu.
Bahkan Andi Darussaalam Tabusalla atau ADS Manajer Timnas Indonesia saat event itu-p-un sudah mengakui adanya indikasi suap di final Piala AFF 2010. Dan oleh ADS sendiri malah menyebut Maman Abdurahman yang saat itu melakukan blunder.
Tapi itu dulu, kita tidak mau terus mengingat masa lalu, sebab masa sekarang, seperti kasus mafia bola dan judi bola, bisa dibilang sudah tidak ada lagi atau berkurang. Karena kepolisian kita sedang menindak dan membidik para mafia-mafia bola tersebut, yang bahkan Plt. Ketua PSSI sekarang saja-pun, Joko Driyono sudah menjadi tersangka.
Semoga ini bisa terus hingga sampai para mafia-mafia bola internasional itu bisa juga dijerat. Dengan seringnya mengadakan event-event Internasional kemungkinan besar mereka bisa muncul lagi, maka pada saat yang tepat kepolisian tinggal langsung menciduk saja. Dan jangan diberikan ampun lagi.