Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Penolakan Warga Tabanan Bali dan Rencana Sandiaga Ubah Bali Wisata Halal

25 Februari 2019   20:50 Diperbarui: 25 Februari 2019   21:30 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sandiaga Uno di dalam beberapa hari kunjungan safarinya di Pulau Dewata Bali, ternyata di sela-selanya adanya penolakan warga Tabanan Bali. Bahkan kedatangannya dua hari sebelum kunjungannya ke Bali, seperti yang dilansir oleh CNN.com (25/2/2019), beredar surat pernyataan berisi pernyataan penolakan kedatangan Sandi dengan alasan yang sangat terus terang bagi warga dan masyarakat adat Tabanan Bali. Yakni mereka telah menyatakan sudah memilih Capres nomor urut 01 Joko Widodo-Maruf Amin.

Jadi mereka beranggapan bahwa keberadaan Sandiga Uno khususnya di daerah Tabanan akan sia-sia. Karena keuputusan mereka sudah bulat. Bahkan sudah beredar Surat pernyataan yang ditandatangani langsung oleh pemangku adat dari Desa Pakraman Pagi, Desa Senganan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.

Surat ditandatangani Bendesa Adat Pakramen Pagi, I Wayan Yastera, Kelian Adat Banjar Pagi, I Nyoman Subagan dan I Wayan Sukawijaya dengan tembusan Perbekel Senganan dan Kapolsek Penebel.

Akhirnya Sandiaga-pun memilih untuk mengalah. Dan tidak melanjutkan kegiatan safari kampanyenya di Tabanan Bali. Sebab katanya lebih baik berkampanye di daerah yang tidak mengundang banyak konflik. Meskipun demikian beliau berpesan supaya pendukungnya yang ada di sana supaya tetap menjaga keharmonisan disana.

Tapi pertanyaannya ada apa dengan penolakan warga Bali ini kepada Sandiaga Uno? Benarkah keputusan seluruh pemangku jabatan dan warga masyarakat adat mengeluarkan surat penolakan tersebut? Benarkah seluruh warga Tabanan sudah pasti memilih capres-cawapres nomor urut 01, Jokowi Maruf, dan tidak akan pernah mengalihkan dukungan mereka ke Prabowo-Sandi?

Meskipun demikian, Sandiaga Uno juga harus bisa berefleksi, ada apa dengan penolakan ini?  

Wisata Halal Bali

Warga Bali tentu sangat beda dengan warga Indonesia lainnya. Keberbedaan tersebut, bukan hanya dari sisi panorama dan objek wisata Bali yang betul-betul sangat indah dan sangat memanjakan mata. Tapi perkembangan objek wisata tersebut juga didukung oleh masyarakat adat Bali, yang memang tetap teguh memegang warisan kuno dari leluhur mereka di sana.

Artinya dengan konsep kebudayaan yang sudah melekat dan sangat memegang teguh adat Bali, dimana bisa kita bilang masyarakat Bali sendiri, mayoritas adalah penganut agama Hindu terbesar yang ada disana, kenapa Sandiaga Uno seolah-olah ingin merubah konsep kepariwisataan Bali dengan menyematkan label halal di depannya?

Di mana dalam perencanaannya saat Sandi ada di Denpasar, Bali, Minggu (24/2/2019) kemarin, yakni menjadikan Bali sebagai tujuan wisata halal. Bali punya potensi untuk itu, kata Sandi. Dia melihat ada ceruk pasar yang bisa menarik uang hingga triliunan rupiah jika pariwisata halal diterapkan.  

Secara umum potensi pariwisata halal konon kabarnya di atas Rp3.000 triliun. Ini sangat luar biasa kalau bisa kita ambil untuk gerakan ekonomi di Bali. Olehnya Prabowo-Sandi akan fokus memberdayakan UMKM. Sebab Di Bali sendiri diharapkan pariwisatanya akan lebih baik dan multiplayer-nya banyak sekali kepada UMKM. Salah satunya dengan mewujudkan pariwisata halal. Banyak potensinya, dan sekarang diambil oleh Bangkok.             

Tapi pertanyaannya tepatkan konsep mengembangkan wisata Halal di Bali dengan kondisi warga masyarakat Bali yang memang beda dan mayoritas warganya penganut agama Hindu? Bahkan sangat kokoh untuk tetap memegang adat dan budaya nya yang memang kental?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun