Bicara miskin itu sebenarnya adalah perkara mindset kita yang memang selalu terkungkung terhadap apa yang tidak kita bisa dibandingkan dengan apa yang kita bisa. Tapi jika kita mengubah mindset kita dengan segera, maka pintu-pintu berkat maupun rezeki akan segera terbuka dengan segera.
Sebab sekalipun realitanya penghidupan kita pas-pas-an bukan berarti kita tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Makanya penting untuk selalu melihat apa yang kita punyai, bukan apa yang tidak kita punyai.
Jika kita fokus kepada apa yang kita miliki tentu kita akan kerap berupaya untuk selalu mengembangkannya.Tapi jika kita fokus kepada apa yang tidak kita miliki maka kemungkinan besar kita akan mengalami banyak kegagalan demi kegagalan. Karena memiliki banyak fokus dan akhirnya menjadi  capek sendiri.
Tentu untuk hal ini harus dibedakan dengan yang namanya 'harapan'. Sebab harapan adalah sebuah terang untuk bisa kita tetap berjalan dalam rel kesuksesan yang sudah kita bangun. Â Dan juga sebuah sauh dalam kapal,sehingga kita tetap bertahan meskipu ombak senantiasa mengombang-ambingkan kita di tengah laut yang luas.
Dan negara-negara lain juga ternyata sudah mengenal program ini dan juga sangat sukses untuk menolong keluarga-keluarga miskin supaya bisa mengakses standar kehidupan cukup, baik dalam bidang kesehatan, bidang pangan, maupun bidang pendidikan. Dan dunia mengenalnya dengan istilah CCT (Conditional Cash Transfer).
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan nilai 9,82% ini yang paling rendah yang pernah diraih. Sebelumnya, kata Bambang, angka kemiskinan tidak pernah mencapai level 1 digit.
"Ini pertama kali 1 digit dalam sejarah," kata Bambang kepada detikFinance, Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Keberhasilan Menurut Riset dan Data di Lapangan
Kembali kepada implementasi PKH tersebut di lapangan, bagaimanakah keberhasilannya? Jika dilihat data penerima PKH tersebut di lingkup Sumatera Utara, dari 33 Kota dan Kabupatennya, total penerima program tersebut berdasarkan data Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara di tahun 2018, berkisar 450 ribu PKM (Penerima Keluarga Manfaat).
Dan khusus Kabupaten Deli Serdang, totalnya mencapai kurang lebih 38 ribu PKM. Sedang di Kecamatan Sibolangit sendiri, dari 30 desa yang ada, Keluarga penerima PKH ini sebanyak 667 orang saja. Â Â
Penulis bukan hanya sekedar tertarik dengan isi pembahasannnya, yakni karena objek penelitiannya di Desa Bandar Baru tersebut, yakni hanya berselisih 3 desa lagi sebelum desa saya. Jadi sangat mengerti kultur dan masyarakatnya disana. Juga untuk melengkapi data dan temuan penulis sendiri dilingkup desa dimana penulis berada. Sebagai bagian untuk mengetahui seberapa baiknya dan seberapa berhasilnya program keluarga Harapan tersebut diterapkan di desa-desa yang ada diSibolangit.
Dari sekitar 94 orang penerima PKH di Desa Bandar Baru, Hanum menyimpulkan Program Keluarga Harapan  di desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit sudah berjalan dengan baik. Dimana itu disesuaikan dengan pernyataan Buk Huzaifah dan Buk Susilawati,yang menjadi kunci informasi bahwa mereka mendapatkan bantuan untuk anak sekolah dan membantu biaya hidup keluarga mereka. Buk Huzaifah dan Buk Susilawati mendapatkan bantuan sosial PKH Rp. 1.890.000 pertahun sedangkan Bantuan Lanjut Usia Rp. 2.000.000, dan Bantuan Penyandang Disabilitas Rp. 2.000.000.-
Hanum menyimpulkan bahwa tujuan dari PKH tersebut di Desa Bandar Baru sudah berjalan dengan baik, namun ada satu catatan yang menyatakan bahwa pemerintah masih kurang baik dalam memilih sasaran bantuan PKH tersebut.
Aspek Pendamping PKH
Dari sisi para pendamping PKH tersebut, didapatkan juga bahwa Pendamping PKH sangat membantu para peserta PKH untuk bisa merealisasikan bantuan PKH, Dan bisa dibilang para pendamping ini adalah kunci kesuksesan dan ujung tombak dari PKH tersebut.
Disamping itu tugas para pendamping ini menolong para Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH untuk menjalanin fasilitas di bidang kesehatan dan di bidang pendidikan. Di bidang kesehatan meliputi pemeriksaan kandungan bagi ibu hamil, pemberian asupan gizi dan imunisasi serta timbang badan anak balita dan anak prasekolah. Sedangkan di bidang pendidikan adalah mendaftarkan dan memastikan kehadiran anggota keluarga PKH ke satuan pendidikan sesuai jenjang sekolah dasar dan menengah.
KPM yang memiliki komponen kesejahteraan sosial, memberikan makanan bergizi dengan memanfaatkan pangan lokal, dan perawatan kesehatan minimal satu kali dalam satu tahun terhadap anggota keluarga lanjut usia mulai dari 70 (tujuh puluh) tahun, dan meminta tenaga kesehatan yang ada untuk memeriksa kesehatan, merawat kebersihan, mengupayakan makanan dengan makanan lokal bagi penyandang disabilitas berat.
Namanya Ibu Sumarni dengan kepala Keluarga bernama Ali Sahdikin. Tanya-tanya tentang seputar program PKH tersebut. si Ibu menyatakan bahwa sejak 2015 lalu Ia sudah menerima bantuan tersebut. Meskipun awalnya kecil yang diterimanya, yakni hanya sebesar Rp.250.000 per bulannya, tapi ia sudah sangat bersyukur.
Beliau juga menyimpulkan bahwa bantuan tersebut sangat membantu bagi keluarga-keluarga pra sejahtera lainnya.
Kerjasama Antar Dinas-Dinas di Kabupaten
Kesimpulan
Penulis bisa menyimpulkan bahwa keberhasilan suatu program, khususnya Program PKH tersebut terletak pada mindset atau pola pikir si penerima program tersebut (KPM). Artinya jika sebanyak apapun dana yang diberikan tentu akan percuma, jika para KPM tersebut tidak bisa mengelolanya. Maka disinilah letak pentingnya seorang Pendamping program PKH tersebut. Yakni untuk bisa membimbing, mengarahkan, memfasilitasi dan bahkan menolong para KPM tersebut bisa lepas dari kemiskinannya.
Terakhir, pentingnya penekanan kolaborasi di antara dinas-dinas terkait. Seperti Dinas kelautan dan perikanan bersama dengan Dinas Sosial melakukan kolaborasi kerjasama. Jika bekerja sama dengan baik, maka hasilnya akan jauh lebih baik dirasakan oleh warga masyarakat yang ada. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H