Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pertarungan Orang Nomor 2 di Debat Ketiga, Beratnya Beban Sandi?

21 Februari 2019   08:32 Diperbarui: 21 Februari 2019   15:12 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkataan judul, 'Berani Melawan Ustad" tentu mungkin hanya sebuah sindiran bagi kita bersama. Sebab memang budaya dan kultur kita akan tetap selalu menghormati ustad, menomorsatukan orang-orang yang sudah berjasa membimbing kerohanian ataupun kehidupan spiritualitas  kita semakin lebih baik.  Sebab sekali kita melawan ustad, tentu ada hal-hal yang kurang baik yang akan kita terima nantinya.

Ketika melihat hasil debat perdana ataupun debat kedua, bisa kita bilang kubu Prabowo kalah. Hal itu dibuktikan dari banyaknya tanggapan para ahli yang netral di luar dari paslon tersebut, ketika ditanyakan skornya, bisa dibilang mereka akan menyebut keunggulan ada di pihak Jokowi. Dan keungulan yang paling telak itu saat debat kedua yang barusan kita lewati bersama.

Seperti yang dilansir oleh CNN.com (20/2/2019) Penampilan ataupun strategi Sandiaga akan jauh lebih seperti akan menyerang dalam debat ketiga nantinya. Meskipun dengan memberikan pernyataan-pernyataan yang katanya argumentatif. Memberikan alasan dan fakta-fakta rill di lapangan.

Sebab jika masih kalah lagi, tentu bisa jadi kubu Prabowo-Sandi, bisa akan semakin sulit lagi memetik kemenangan bila saat pemilihan presiden dilakukan. Tentu peningkatan elektabilitas bisa didapatkan saat-saat debat digelar. Jika kalah sampai hatrick tentu menjadi indikasi yang buruk bagi paslon Prabowo-Sandi. 

Makanya perlu untuk bisa memetik kemenangan saat debat ketiga nantinya. Dan itu adaah suatu strategi untuk bisa membalikkan keadaan. Sebab skornya akan masih 2-1, jika pertarungan dalam debat nanti Sandiaga bisa dominan dalam melakukan debat. Dan masih ada debat keempat maupun debat kelima untuk bisa memenangkan debat tersebut mutlak.

Tapi lagi-lagi hal ini menjadi dilema juga bagi Sandiaga. Sebab orang yang lebih mudah harus menghormati yang lebih tua. Apalagi Pak Maruf adalah ustad. Pertanyaannya, seperti di atas tadi, "berani melawan ustad?"

Dimana-mana menjadi orang nomor dua tentu bukan menjadi suatu hal yang paling dicari orang-orang. Sebab dalam pikiran tiap-tiap kita pasti akan mencari yang terbaik. Dan kalau bisa yang terbaik dari yang terbaik.

Menjadi orang nomor dua dalam hal hubungan berpasangan juga menjadi suatu hal yang paling tidak disukai. Baik bagi hubungan pasangan yang ada, maupun bagi si pelaku yang mau diduakan oleh orang tersebut. Disamping status yang tidak jelas, juga akan diperhadapkan dengan masalah hukum yang sulit diakui negara, meskipun akhirnya berkeluarga dan menikah.

Ketika sudah menjadi pejabat apapun tentu kurang gregetnya. Sebab keputusan-keputusan krusial dan butuh peraturan untuk bisa mengatur suatu masalah ataupun kebijakan strategis dalam sebuah kebijakan seperti peraturan presiden, peraturan gubernur, peraturan wali kota, ataupun peraturan bupati tidak akan pernah bisa dikeluarkan oleh seorang wakil dari masing-masing jabatan itu.Meskipun keberadaannya tetap dipandang penting untuk bisa mendampingi sang nomor satu itu. 

Maka untuk debat ketiga nantinya, sepertinya akan kurang gregetnya juga atau bisa dibilang kurang spektakuler jika dibandingakan debat-debat sebelumnya. Yang perhatian publik begitu massif dan begitu luar biasanya.

Dan dua faktor ini akan menjadi penyebab dari debat ketiga bukan menjadi debat spektakuler. Pertama adanya suasana keengganan untuk saling menyerang satu sama lain. Seperti yang dilansir oleh tribunnews.com (19/2/2019), Maruf Amin sendiri-pun meminta supaya Sandiaga Uno tidak usah segan-segan jika melontarkan pernyataan-pernyataan yang menyerang.

Silahkan untuk memberikan hal-hal yang bersifat menyerang tersebut, sebab memang disitulah seni dari suatu debat, supaya debat itu bisa mengeluarkan hal-hal yang esesial dan masyarakat tahu dengan segera buah pengetahuan ataupun kemampuannya untuk bisa merealisasikan tentang tema debat ketiga tersebut.

Faktor kedua, yang menyebabkan kurang gregetnya atau bukan spektakuler, karena lagi-lagi, masyarakat akan memperhatikan siapa sih yang akan bicara nantinya? Efek atau dampak dari tidak enaknya menjadi orang nomor dua.

Para pembaca setujukah dengan hal tersebut?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun