Tentu kita bisa melihat ada lumayan banyak legasi atau warisan yang ditinggalkan oleh Ahok. Baik bagi DKI Jakarta sendiri maupun bagi keluarganya,khususnya kepada anaknya. Kalau legasi di DKI, tentu kita bisa melihat ada Jalan Simpang Susun Semanggi, Revitalisasi Lapangan Benteng Jakarta, RPTRA Kalijodo sampai kepada Makam Mbah Priok.
Hal-hal atau legasi di atas tentu bisa kita nikmati bersama, khususnya warga DKI Jakarta sendiri. Tapi satu yang mungkin terlewat dan sangat penting,bukan bagi kita, tapi bagi keluarga Ahok sendiri.
Dimana orang yang paling bisa mengerti BTP saat ini tidak lain dan tidak bukan adalah anak sulungnya, Sean. Meskipun sebenarnya orang yang paling tepat berada di sisi beliau saat-saat dulu waktu masih di penjara dan saat-saat kini  waktu bebas adalah sang istri sendiri. Tapi semua sudah berlalu,hidup harus tetap dijalani.
Ketika melihat kebersamaan antara BTP dan Sean dalam satu mobil dan merupakan postingan pertama di akun Medsos maupun di channel Youtube beliau, tentu, BTP sendiri sedang mengajarkan sesuatu kepada sang anak. Â
Dimana seperti yang dilansir oleh news.detik.com  (25/1/2019), BTP bersama dengan Sean anaknya, ketika melewati jalan Simpang Susun Semanggi yang diresmikan oleh penggantinya saat ini. Tampak kekaguman beliau serta melirik kiri dan kanan jalan.
Bahkan sang anak-pun merasa geli sendiri dengan tingkah laku sang Papa. Dan Ahok sempat mengomentari gedung yang ada di pinggir jalan. Dia merasa belum pernah melihat gedung itu. Sean tampak tertawa kecil melihat reaksi Ahok. Ahok pun menyadari semua terasa baru karena dia baru keluar dari penjara. Yah pantas, karena dulu sehari-harinya beliau ada di dalam penjara, ketika sudah keluar seakan menemukan segalanya tampak baru.
"Ini bagus gedung ini, kaca-kaca ini. Baru ini?" tanya Ahok.
"Udah lama ya, udah lama. Lama nggak liat aja ya gue," ucap Ahok.    Â
"Everything is new for you," timpal Sean. Â
Sebuah percakapan kecil tapi mengandung makna yang besar. Bahwa sebenarnya Ahok sedang meneladankan suatu hal kepada Sean anak-nya. Tentu bukan hanya lewat perkataan, tapi lewat pengalaman hidup yang sudah dirasakan oleh sang Papa.
Bagaimana sang Papa berjuang membangun DKI, meskipun akhirnya berujung pada sebuah jeruji besi? Bagaimana sang Papa tetap bersyukur sekalipun kalah pemilihan waktu lalu dan juga kalah dalam sidang pengadilan? Bagaimana sang Papa tetap menjadi ayahnya yang hebat, di dalam menyikapi konflik hubungannya dengan sang mama? Tentu Sean belajar banyak sekali.
Kedepannya, Apakah Sean akan menjadi orang yang lebih hebat dari sang Papa-nya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H