Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Donald Trump Bangun Tembok Perbatasan, Demi Bangsa?

9 Januari 2019   18:29 Diperbarui: 9 Januari 2019   18:31 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepemimpinan sejatinya adalah upaya kita untuk bisa melakukan perubahan dan kebaikan bagi orang, organisasi atau bangsa yang dipimpinnya. Maka sejatinya kepemimpinan adalah sebuah pengaruh untuk bisa mewujudkan impian dari apa yang sebelumnya sudah dinyatakan dalam visi maupun misi yang sudah ada sebelumnya.

Maka Donald Trump adalah sosok pemimpin yang banyak mengundang kontroversi bukan hanya bagi bangsanya sendiri tapi juga bagi bangsa-bangsa lain juga. Mulai dari kontroversi memindahkan Ibu Kota Israel ke Yerusalem hingga rencana untuk membangun tembok di perbatasan Amerika dan Mexico.

Dimana untuk membangun tembok perbatasan ini saja, seperti yang dilansir oleh tribunnews.com (7/1/2019), sudah terjadi Shutdown alias seluruh operasional pemerintahnya tutup. Tapi khusus untuk pendidikan dan kesehatan layanan pemerintah tetap dijalankan.

Hal ini dipicu karena DPR tidak lagi dikuasai oleh partai Republik yang mendukung Donald Trump. Dimana dalam pemilu paruh ke dua lalu, Partai Oposisi, Demokrat yang akhirnya menguasai DPR. Dengan Nancy Pelosi sebagai Ketua DPR-nya. Akhirnya menolak anggaran pendanaan untuk membangun tembok perbatasan tersebut.

Tapi disini sisi baik yang penulis lihat di dalam diri seorang Donald Trump. Yaitu kegigihannya untuk mewujudkan mimpinya yaitu membangun tembok perbatasan. Sebagai upaya beliau untuk menghentikan adanya perdagangan illegal obat-obat terlarang.

Beliau berujar pada akun twitter-nya menyatakan bahwa kerugian negara atas adanya perdagangan illegal ini menghabiskan USD 500 juta setahun. Tapi kenapa untuk mencegah kerugian ini, yakni membangun tembok hanya menghabiskan USD 5,7 juta, DPR-nya tidak setuju.

Bahkan Donald Trump rela menunggu terus menerus di Gedung Putih. Seperti pada pergantian tahun baru lalu. Dimana istri dan anak-anaknya pergi liburan ke tempat kediamannya  sementara Trump terus menunggu. Hanya untuk menunggu Demokrat bisa datang dan menyetujui perencanaan mereka. Mengutus wakilnya dan beberapa orang kepercayaannya supaya bisa mengubah keputusan Demokrat.

Kemudian jika seandainya DPR-nya tetap tidak menyetujui, bahkan beliau nekat akan mengambil langkah sendiri. Dengan mengumumkan negaranya dalam kondisi darurat. Maka anggarannya untuk tetap membangun tembok perbatasan tersebut bisa terealisasi dengan sendirinya. Balik menantang seluruh senator-nya akan selalu siap sampai kapanpun untuk kondisi Shutdown terus menerus. 

Hanya supaya bisa terealisasi janjinya tersebut untuk membangun tembok perbatasan itu. Beliau berani berkata demikian, katanya untuk menjaga bangsanya, dari pengaruh narkoba dan obat-obat terlarang yang setiap tahun terus membuat bangsanya semakin terpuruk. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun