Kita patut bersyukur dan mengucapkan banyak terima kasih, buat pemerintah kita, khususnya kepada Bapak Menteri Agama, yang telah mencoba untuk mengkristalisasikan nilai-nilai kebudayaan keberagamaan Indonesia kita ini. Dimana telah terjadi pertemuan antara para tokoh-tokoh agama dan kebudayaan yang diinisiasi oleh Kemenag pada awal bulan November 2018 lalu.
Meskipun terkesan agak terlambat dalam mencoba untuk menuliskannya, tapi hal ini penting untuk dilakukan dan kita cermati bersama. Bagaimana untuk bisa melaksanakan poin-poin kesepakatan tersebut.Â
Sebab memang keterbiasaan kita selama ini adalah sulitnya implementasi di lapangan. Artinya setiap kesepakatan yang sudah kita hasilkan tak jarang berakhir di sebuah lemari dan hanya masuk dalam sistem pengarsiban kita semata.
Betapa memang tidak elok dan bukan merupakan sikap yang bijak jika kita bersikap lebih mendahulukan bahkan menyingkirkan suatu nilai tertentu dibandingkan nilai yang lain. Yakni dengan mendahulukan nilai keagamaan dibandingkan nilai kebudayaan kita, ataupun sebaliknya.Â
Mengapa kita tidak berusaha untuk menyelami kedua nilai tersebut sekaligus? Sehingga kita bisa membuat bangsa ini, bukan hanya menjadi negara yang kuat imannya, tapi sekaligus membuat bangsa yang sangat mencintai akan kebudayaan-kebudayaan luhur bangsa kita.Â
Maka kita patut untuk bisa tahu bagaimana enam poin kesepakatan yang telah dilakukan oleh para tokoh di bangsa kita ini. Pertemuan tersebut dihadiri oleh tokoh lintas agama dan tokoh-tokoh yang sudah lama berkecimpung di dalam melestarikan budaya-budaya kita.Â
Sebab perubahan sekecil apapun di bangsa ini, tentu harus dimulai dari kesadaran yang matang yang ditunjukkan oleh seorang pribadi Indonesia yang betul-betul bisa mengilhami di dalam hidupnya yang harus menghormati  dan meng-agung-kanTuhannya terlebih dahulu. Dan hasil dari penghormatan dan peng-agung-an tersebut, tentu akan tampak di dalam keseharian kita dalam bermasyarakat.Â
Dimana jelas di dalam keseharian kita berinteraksi dan berkomunikasi, tentu akan menciptakan nilai-nilai kebuduyaan yang luhur dan mulia. Dan hal itu sudah lama kita saksikan dan terjadi pada masa nenek moyang kita. Nilai-nilai luhur yang saling menghormati, saling mendahulukan, saling menolong, saling menjaga.Â
Kita memang tidak bisa menampik bahwa perkembangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia saat ini sudah mengalami goncangan akibat dari perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepatnya.Â
Ditambah lagi dengan situasi di tahun-tahun politik saat ini, maka tak jarang kita akhirnya terpecah antara satu dengan yang lain. Antara satu budaya dan etnis dengan budaya dan etnis yang lain yang bisa saling bersinggungan. Antara satu agama dan agama yang lain. Karena faktor kesengajaan yang dimainkan oleh tokoh-tokoh politik tertentu. Maka untuk hal ini perlu kearifan bersikap di antara kita semua. Â
![sumber : kemenag.go.id](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/22/menag2-5c1e56be12ae942eb37e3dd6.jpg?t=o&v=770)
Pertama, Dalam hal pemahaman atas disrupsi (perubahan yang cepat), berharap supaya nilai-nilai keimanan serta nilai kultural budaya kita tidak ikutan rusak.
Kedua, Penghayatan dan pengamalan praktik-praktik keagamaan dan kebudayaan di Indonesia sudah terintegrasi dari pengalaman sejarah bangsa kita yang panjang, jadi tak mungkin salah.
Ketiga, peran pendidikan sangat sentral di dalam menciptakan generasi dan bangsa ini semakin lebih baik lagi. Maka peran orang tua sebagai penaruh dasar dan paling awal untuk meciptakan generasi bangsa yang beriman serta berbudaya harus lebih dioptimalkan lagi.
Keempat, mari bersikap dan berperilaku seperti praktik yang sudah dilakukan oleh para leluhur kita dahulu. Â Yakni jujur, sabar, bersyukur, disiplin, mandiri, saling mengasihi, santun, saling terbuka dan lain-lain.Â
Kelima, Negara dalam hal ini pemerintah, sebagai inisiator,penggerak, penggagas sebuah narasi kebangsaan kita. Akan kemana bangsa ini berlabuh? Hal itu bisa tercapai jika bisa membuat pijakan bersama,untuk sama-sama kita melangkah.
Keenam, mendorong praktek keberagamaan kita dalam membentuk keimanan kita yang saleh secara spiritual dan saleh secara sosial.
Oleh karena itu, ketika pemerintah dan seluruh elemen serta tokoh masyarat sudah sangat bekerja keras sehingga bisa membuat enam poin kesepakatan,  mengapa kita tidak mencoba untuk bisa tahu terlebih dahulu? Setelah tahu, kita mensuarakannya ke banyak orang  serta tak lupa untuk segera melakukannya juga  dalam kehidupan kita sehari-hari.Â
Sehingga akhinya, diri kita, teman kita, sesama kita, masyarakat kita, akhirnya bisa kembali ke nilai-nilai dasar yang paling hakiki yaitu, nilai keber-Tuhan-an kita. Dan hal ini tentu menjadi pendorong yang baik untuk menciptakan nilai kebudayaan kita semakin sempurna lagi.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI