Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ketika Para Teroris Mulai Meniru Soekarno (Ideologi Mengguncang Dunia)

3 Juni 2018   06:05 Diperbarui: 3 Juni 2018   08:14 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Berikan Aku 10 pemuda, niscaya akan kugucangkan dunia".

Itu adalah pernyatan Presiden pertama kita, yakni Bapak Soekarno. Dimana beliau tahu betul potensi seorang anak muda. Bahkan dengan keyakinannya tersebut beliau menyatakan sanggup bukan hanya merubah Indonesia bahkan dunia.

Artinya bahwa untuk merubah Indonesia ini, bisa dengan cepat dilakukan oleh pemuda-pemudi di Indonesia ini. Buktinya saja ketika peristiwa jatuhnya Suharto 10 tahun yang lalu, yakni tahun 1998. Sebuah awal dari proses reformasi di tanah air ini. Adanya kesatuan hati para pemuda yang diwakili oleh perannya mahasiswa di dalam melakukan perubahan di bangsa ini.

Maka sepertinya potensi yang demikianlah yang telah dilakukan oleh para ekstrimisme radikal yang ada di bangsa ini. Mereka sudah sangat tersistem untuk bisa merusak anak-anak muda di bangsa ini. Sudah lama dimulai dengan merusak anak-anak kecil, seperti kejadian yang pernah di Medan beberapa waktu yang lalu. Seperti yang dilansir BBC.com (27/6/2017). 

Dimana sejumlah anak-anak sudah dipaparkan dengan buku-buku percetakan tentang buku propaganda ISIS oleh oknum yang kebetulan berada di satu lingkungannya. Untung bisa ketahuan adanya buku-buku semacam itu diterbitkan di Medan dan bahkan dinyatakan sudah ada yang dibagi-bagikan ke lingkungan anak-anak yang ada di sekitar rumah pelaku.

sumber : BBC.com
sumber : BBC.com
Kemudian paham tersebut sudah masuk ke rumah keluarga demi keluarga. Dimana puncak gunung es-nya seperti peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya beberapa waktu yang lalu, oleh para keluarga. Dimana keluarga-keluarga mau dan bersedia untuk mati dengan paham rusak yang demikian.

Lihat saja keluarga-keluarga tersebut, yang berasal  dari keluarga-keluarga yang tampak bahagia dan bahkan berkecukupan secara materi, bisa rusak, hanya karena dengan paham yang demikian.  

Tapi yang paling dasyat akibatnya adalah ketika mereka sudah masuk ke anak-anak muda yang ada di kampus-kampus. Seperti yang dilansir oleh beberapa media, termasuk kompas.com (2/6/2018), dimana terjadi penemuan bom di di kampus UNRI (Universitas Riau). Pelakunya tak lain dan tak bukan adakah alumninya sendiri. Maka bisalah kita simpulkan bahwa hal itupun barulah fenomena puncak gunung es semata. Yang tampak secara kasat mata. Tapi kalau yang tidak tampak?

Artinya ketika sudah sebagian besar mereka terpapar dan terpengaruh dengan paham radikal ekstrimis, yang mengesahkan bahwa membom itu merupakan bagian dari jihad untuk merubah bangsa ini,  maka lihatlah dalam waktu sekejap, bangsa ini akan berakhir dan menuju seperti kemauan para kaum ekstrim radikal ini.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun