Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan lagi Ambil S2 di Kota Yogya dan berharap bisa sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendobrak Budaya Baca Bangsa dengan Memultiplikasi Murid Penulis

29 Maret 2018   18:39 Diperbarui: 29 Maret 2018   19:17 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : Dokumentasi Pribadi

Selalu ada pembelajaran yang kudapatkan ketika sedang melaksanakan suatu event tertentu. Dan tak jarang ide maupun gagasan tersebut tercurah dan datang dengan sendirinya ketika sedang berada di podium menyampaikan materi-materi tersebut. Hal itu berkembang lebih lagi ketika sedang diskusi dan tanya jawab.

Ketika ditanyakan apa tujuan dari kita menulis. Untuk apa kita menulis? Aku menjawab tentunya ada banyak kegunaannya. Kita akan bisa membuat perubahan dan perubahan itu bukan hanya untuk diri kita sendiri juga untuk orang kebanyakan. Bahkan dengan hal itu kita bisa merubah bangsa ini ke arah yang lebih baik lagi.

Bahkan bukan hanya perubahan, tentunya dengan menulis kita sedang menciptakan suatu kekekalan. Artinya segala tulisan yang pernah kita tuliskan, tentunya itu bersifat kekal. Meskipun ketika kita tidak ada lagi di dunia ini, tentunya segala ide dan pikiran kita masih bisa eksis tersurat di dalam tulisan kita.

Contoh ekstrim perubahan yang boleh dilakukan adalah Soe Hoek Gie. Sejarah perjuangannya membuktikan bahwa ketika dia boleh selalu kritis melalui catatan-catatannya kepada pemerintahan yang sah pada masa itu. Akan betapa tidak adilnya bangsa dan pemerintahan ini kepada sebagian orang banyak yang belum beruntung. Ketika dia melihat ada seorang yang sedang berjuang menahan laparnya sedang disatu sisi yang lain ia melihat bahwa begitu banyaknya orang yang sedang berkelimpahan dengan makanan.

Dia akhirnya mati pada masa usia muda, tapi perjuangannya selalu dikenang dan dikenal hingga pada masa kini. Itu disebabkan dia tidak membiarkan dirinya terbuai dengan harta maupun jabatan. Berbanding terbalik dengan kawan sejawatnya, ketika akhirnya mereka boleh duduk di kursi kedewanan, dan ternyata mereka berubah tidak lagi menjadi sekritis dulu. Soe Hoek Gie mengkritiknya dengan memberikan gincu kepada rekan-rekannya di DPR kala itu.

Kemudian terlintas, apakah kegunaannya hanya menciptakan kondisi kritis bagi para penulisnya? Kemudian ketika boleh kupikirkan sejenak. Mengapa tidak ketika boleh menciptakan banyak penulis sama seperti diri kita saat ini, maka bisa dipastikan angka tingkat literasi kita bisa semakin tinggi. Sebab ketika boleh menulis, maka secara otomatis dia akan membaca.  

Kita boleh memuridkan murid yang sama seperti kita. Prinsipnya sama dengan sistem multiple level marketing atau MLM. Prinsip yang bukan hanya boleh digunakan untuk sistem bisnis saja. Hal ini boleh diterapkan dalam sistem apapun, khususnya dalam sistem dunia tulis menulis.

Cukup hanya memuridkan tiga orang saja. Dan murid kita kemudian bisa memuridkan tiga orang berikutnya. Dan coba tebak ketika itu boleh dilakukan terus menerus, hingga ke tingkat kesepuluh. Maka kita sudah bisa menduplikasi tiga pangkat sepuluh, dengan total penulis yang boleh kita hasilkan bisa  mencapai angka 59 ribu orang.

Coba bayangkan jika hal itu bisa kita lakukan terus menerus. Maka bisa dipastikan perubahan akan terjadi secara cepat di bangsa ini. Bukan hanya meningkatkan sisi kemampuan membaca literasi saja. Ada hal  lain yang boleh diproduksi yakni menjadikan generasi ini menjadi generasi pemroduksi, pencipta atau penghasil, dan bukan hanya dikenal sebagai generasi konsumtif. Artinya akan ada banyak bacaan atau tulisan yang akan memperkaya dunia literasi bangsa kita.

Oleh karena itu mari terlibat di dalam memuridkan banyak orang lain yang ada disekitar kita. Dengan segala talenta dan karunia yang sudah ada kita miliki, akhirnya itu bisa duplikasikan ke banyak murid-murid kita selanjutnya.

Dan bukan hanya menulis, ternyata ada banyak potensi yang mungkin bisa kita tularkan ke orang lain. Yakni dengan melakukan pemuridan. Seperti contohnya potensi melukis, atau menciptakan karya seni, potensi berbicara di depan umum, bahkan potensi untuk menciptakan bisnis-bisnis tertentu. Dan tentunya masih banyak potensi lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun