Adanya perbedaan pelayanan pihak kampus kepada mahasiswa ataupun organisasi kemahasiswaan yang muslim dengan yang non-muslim. Seakan-akan mahasiswa non muslim ataupun organisasinya pasti mendapatkan barang ataupun pelayanan tingkat dua. Adanya pembedaan-pembedaan yang sulit untuk diterima alasan-alasan yang dikemukakan.Â
Contohnya dalam pemakaian fasilitas kampus, berupa gedung. Yang dulunya masih bisa digunakan gedung Auditorium yang nyaman, untuk kegiatan-kegiatan ibadah kristiani, sekarang dikeluarkan kebijakan tidak boleh lagi. Tapi ketika dicek pemakaiannya, untuk mahasiswa dan kegiatan kemahasiswaan yang muslim, ternyata sebegitu gampangnya untuk memakai gedung tersebut.
Minimnya sikap melayani yang dimiliki oleh para pejabat maupun pemimpin kita saat ini, terkhusus para guru maupun dosen, perlu untuk dibahas segera. Fenomena-fenomena tersebut memang masih terbatas hanya dalam dunia pendidikan tinggi, khususnya ketika menjelang menyelesaikan tugas akhir. Bagaimana dengan bidang lainnya.
Dalam dunia kesehatan
Pelayanan kesehatan juga ada begitu banyak praktek-praktek pembedaan kepada para pasien. Pasien yang datang dengan kartu BPJS-nya dipastikan akan mendapatkan pelayanan yang asal-asalan dari petugas kesehatan. Bahkan cenderung akan mendapatkan pengabaian dari pihak rumah sakit. Sebab mungkin dalam pikiran petugas kesehatan tersebut, "ah si pasien ini pasti gak ada uangnya, makanya pakai kartu-kartu itu".
Lain lagi ketika si pasien datang dengan menggunakan asuransi yang bonafit ataupun si pasien tersebut punya kantong tebal, dipastikan apapun yang diminta pasien pasti akan dituruti oleh si petugas kesehatan. Akan begitu mudahnya mendapatkan layanan kelas atas atau kelas satu serta mendapatkan prioritas pertama dari rumah sakit.Â
Hal ini bukan rahasia umum lagi dan kenyataannya sudah banyak yang terjadi. Apalagi kalau kita cek akun-akun media sosial kita, tak sedikit orang yang memposting layanan-layanan kesehatan yang sebegitu jeleknya yang ditawarkan oleh pihak medis, hanya karena menggunakan Kartu BPJS yang ada.
Dilayani memang dilayani oleh mereka. Tapi semangat dan jiwanya untuk melayani dengan sebaik mungkin sudah tidak tercermin dari muka para petugas medis. Kecerian dan senyum yang natural dipastikan tidak terpancar dimuka mereka ketika kita sudah memakai kartu BPJS.
Tantangan Pemimpin kedepan
Ditahun 2018 dan tahun 2019 kita akan turut dalam pemilihan umum, baik ditingkat regional maupun pusat. Indonesia membutuhkan pemimpin-pemimpin yang sukanya adalah melayani masyarakat dengan tulus dan tidak pakai embel-embel. Mencari pemimpin yang melayani bukan untuk dilayani. Pemimpin yang mau keluar dari zona nyaman dan tidak terus mencari kemapanan hidup, melainkan terus berimprovisasi dalam membuat terobosan-terobosan yang mempercepat pembangunan bangsa kita.
Kebijakan-kebijakan yang dibuat bukan hanya sampai di kertas keputusan semata, melainkan ada implementasi yang dikerjakan. Kebijakan-kebijakan yang bukan hanya bisa diterapkan ditingkat pusat saja, melainkan bisa dilihat kinerjanya sampai ke akar masyarakat yang paling bawah.