Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangkitkan Generasi Pemimpin "AHOK"

20 April 2017   00:08 Diperbarui: 20 April 2017   00:23 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.indoheadlinenews.com/

Dalam sebuah pertarungan pasti ada yang menang dan ada juga yang kalah. Yang menang gak cepat berpuas diri sedang yang kalah juga tak harus larut dalam kesedihan. Sebenarnya aku mau buat artikel ini tiga hari yang lalu. Aku berpikir dan bahkan menyaksikan bahwa telah banyak hal-hal yang telah dilakukan pak Ahok selama ini. Baik ketika dia menjadi Bupati, kalah dalam pilgub Babel, menang menjadi anggota legislatif, menang menjadi Wagub dan akhirnya menjadi gubernur di DKI dan akhirnya kalah lagi dalam menjadi Gubernur DKI di tahun 2017 ini.

Hidup ini gak harus menang dan sukses terus, terkadang ada saatnya kita juga mengalami kekalahan dan kegagalan. Tetapi dalam semua itu ada satu nilai yang harus dipegang terus, bahwa kita berpantang untuk menyerah dan selalu memperbaiki diri terus menerus.

Saya mencoba menuliskan hal ini, membangkitkan generasi Ahok di kalangan generasi-generasi muda sekarang ini. Kita sudah melihat banyak hal bagaimana perjuangan hidup Ahok, bagaimana dia tetap mempertahankan nilai-nilai kebenaran dalam setiap perjuangannya. Dan banyak istilah-istilah bagus dan menginspirasi yang keluar dari mulut pak Ahok. Yah disamping itu juga banyak yang memanfaatkan kekuatan itu menjadi titik lemah dari Pak Ahok.

Contoh perkataan yang sangat luar biasa adalah berani menyatakan bahwa hidup adalah perjuangan dan mati adalah keuntungan. Dan memang pernyataan ini juga jelas terinspirasi dari sebuah nats Alkitab yang ada dalam kepercayaannya pak Ahok. Mengindikasikan bahwa segala perjuangan dan perubahan-perubahan drastis yang beliau kerjakan adalah selalu beresiko. 

Perjuangan dimana menegakkan kebenaran dan keadilan ditengah-tengah banyaknya proyek-proyek pembangunan yang dikerjakan. Banyak orang yang mau berusaha untuk maling duit proyek, melakukan penggelembungan harga atau mark up, dan banyak hal lainnya yang ujung-ujungnya untuk memperkaya diri sendiri, merasa terancam untuk tidak bisa melakukan hal tersebut lagi dikarenakan adanya Pak Ahok. Contoh riilnya adalah yang tampak jelas adalah kasus UPS.

Kemudian perjuangannya dalam berusaha untuk mengembalikan uang jalan dinas ketika keluar kota atau daerah manapun. Ketika ada sisa uang yang tidak terpakai ketika melakukan perjalanan dinas, Pak Ahok akan segera mengembalikan uang tersebut kepada negara. Yang sebenarnya bisa-bisa saja, beliau tidak mengembalikan uang tersebut, sebab hal tersebut sah-sah saja dimata hukum. 

Tapi pak Ahok berbeda dengan rekan-rekan seperjalanan lainnya, sewaktu menjadi anggota DPR. Yang jelas-jelas dengan nyata untuk membujuk pak Ahok untuk tidak mengembalikan uang dinas yang sudah dianggarkan. Beliau mengambil langkah yang berbeda dari teman-teman sejawatnya. Ketika untuk hal-hal yang kecil, Pak Ahok tetap setia, yah sudah tentu untuk hal-hal yang besar apalagi. Beliau menjadi batu sandungan kepada teman-temannya yang berlaku tidak jujur dalam menjalankan kedewanannya.

Perkataan berikutnya yang juga sangat mengispirasi saya adalah ketika kepalanya lurus, maka bawahannya tidak mungkin tidak akan lurus. Ini adalah suatu sikap keteladanan kepemimpinan yang patut untuk ditiru. Ketika pemimpin mencerminkan perilaku keteladanan yang baik, hal itu akan menjadi standar patokan yang sama kepada bawahannya. Demikian juga hal sebaliknya bisa terjadi, ketika pemimpinnya saja sudah mulai berpihak kepada oknum atau golongan tertentu,dan tidak bisa menjaga integritasnya dengan baik,bagaimana bisa menuntut bawahannya melakukan hal yang terbaik, tidak akan mungkin terjadi.

Ditambah lagi dengan pernyataan, seorang pemimpin itu seharusnya, adalah memiliki hobi dalam melayani masyarakat. Ketika sudah menjadi hobi, akan merasa terus bergairah dalam memenuhi segala kebutuhan aspek masyarakat dan tidak akan pernah memiliki sikap untuk menutup mata akan segala penderitaan rakyatnya. “Mengadministrasikan keadilan”, istilah yang diungkapkan pak Ahok itu sebenarnya masih baru dalam pemahamanku. Tapi hal ini juga baik menurut saya untuk dikerjakan. 

Ada sistem bantu silang, ketika ada orang yang mampu, melihat teman atau rekannya tidak mampu, maka akan bersedia mengeluarkan sejumlah uang lebih dalam membantu kekurangan dari rekannya itu. Membuat sebuah program atau kebijakan yang tidak memberatkan sama sekali, baik bagi orang mampu atau berada, maupun bagi orang yang kurang mampu. Dan juga jelas indikator-indikator kesuksesan pencapaiannya, bukannya menjadi mengambang tak tentu arahnya.

Membangkitkang generasi Ahok, adalah sebuah harapan bagi pemimpin-pemimpin baru dan pemula seperti saya dan bahkan untuk yang lainnya juga. Penyelesaian masalah di Jakarta sejak ditahun 2012 hingga di tahun 2017 sudah mengalami banyak kemajuan. Dari memiliki segunung sampah yang berserakan dimana-mana, seperti di waduk, di sungai, di selokan, sudah tidak ada lagi pemandangan seperti itu. 

Pembangunan di bidang transportasi, yang mulanya pemimpin sebelum di tahun 2012, merasa skeptis untuk membangun MRT, LRT, dan lain-lainnya, pada masa Jokowi, Ahok dan Jarot, hal tersebut mulai dan terus dikebut pembangunannya. Masalah premanisme yang terus menguasai pasar dan keramaian lainnya, dan bahkan pungli disana-sini, itu semua, mulai digerus dan bahkan sekarang mulai nihil keberadaannya.

Dan bahkan sampai masalah banjir, yang dulunya mencapai hingga 2000-an titik banjir, sekarang hanya tinggal 40-an lagi titik banjir yang ada. Saya ingat dulu dan bahkan memang disaksikan di media-media televisi, pada tahun-tahun 2012 kebawah, banjir itu bisa hingga sampai setinggi atap rumah. Sekarang coba kita saksikan, masalah banjir tinggal hitungan jam, pasti akan surut. Itu sebuah catatan dan bukti prestasi yang dibuat oleh Pak Ahok dan jajarannya.

Kekalahan pak Ahok dalam pilkada DKI Jakarta ini, bukanlah akhir dari segalanya. Sudah ada start awal yang baik yang ditinggalkan pak Ahok nantinya bagi pemimpin berikutnya. Dan memang pemimpin seharusnya begitu, harus meninggalkan legacy,yang akan diingat sepanjang sejarah Jakarta. Mungkin warga Jakarta melihat, bahwa pemimpin baru Jakarta sekarang, adalah pemimpin yang akan membawa Jakarta untuk lebih baik lagi kedepannya.

Itu baru kasus yang terjadi di Jakarta. Bagaimana dengan kota-kota lainnya? Perlu generasi pemimpin seperti Ahok dalam mengatasi masalah-masalah yang sering terjadi juga di kota-kota lainnya. Contohnya di Sumatera Utara, banyak harapan masyarakat untuk meminang Ahok bisa memimpin di Sumatera Utara ini. Sebab memang Sumut menjadi jawaranya ladang Korupsi. Tetapi apakah mungkin? Yang mungkin adalah membangkitkan dan bahkan melahirkan generasi Pemimpin seperti Ahok. Itu adalah pilihan yang mungkin. Sebab Ahok sendiri, tidak akan sanggup mengubah daerah-daerah yang ada di seluruh Indonesia ini. Menjadi daerah yang lebih baik lagi. Yang mungkin adalah membangkitkan generasi pemimpin yang jujur, bersih, profesional, dan tidak berpihak.

Dan para Parpol yang ada, berhenti untuk membesarkan nama parpol itu sendiri. Tapi mari coba lihat, dan bahkan latih dan bentuk sendiri insan-insan manusia seperti pak Ahok dalam memimpin. Dan beri kesempatan kepada pemimpin-pemimpin muda untuk bisa berkarya banyak.

Saya sebagai pribadi, juga merasa bersyukur, karena sudah melihat ada seorang teladan yang baik dalam memimpin suatu bangsa. Sebab, pada masa-masa kini, sulit untuk melihat figur teladan yang baik untuk ditiru oleh generasi muda sekarang ini. ketika melihat Pak Ahok, ada suatu harapan yang muncul, bahwa akan lahir generasi-generasi pemimpin seperti Ahok dan bahkan kalau bisa prestasinya melebihi Ahok. Sehingga Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Sibolangit, 19 April 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun