Budaya patriarki, yang mengedepankan dominasi laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan masih kental terasa di Indonesia. Meski era modern telah membawa perubahan menuju kesetaraan gender, pengaruh patriarki tetap kokoh, khususnya di sektor media. Melalui sinetron, film, hingga iklan, budaya ini terus dipertahankan secara tidak langsung dengan memperkuat stereotip gender tradisional.
Tayangan media memiliki kekuatan besar dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap peran gender, yang berpotensi memperkokoh norma-norma tradisional yang tidak selamanya menguntungkan.
Â
Sinetron: Potret Perempuan Lemah dan Bergantung
Sinetron lokal di Indonesia menjadi salah satu tayangan yang mempertegas stereotip gender, terutama dalam penggambaran perempuan. Tayangan ini hampir selalu menampilkan perempuan dalam peran yang lemah, emosional, dan cenderung bergantung pada laki-laki. Contohnya, dalam sinetron populer Ikatan Cinta, karakter pria kerap digambarkan sebagai sosok yang tegas dan menjadi pengambil keputusan, sementara karakter perempuan lebih banyak ditampilkan dalam situasi emosional yang membuat mereka terlihat pasif.
Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, lebih dari 70 persen sinetron yang ditayangkan di televisi lokal menunjukkan stereotip gender yang serupa, mendorong pandangan masyarakat bahwa peran-peran tersebut adalah norma yang patut diikuti. "Sinetron-sinetron ini seakan mengajarkan bahwa perempuan selayaknya lembut dan penuh pengorbanan, sementara laki-laki adalah pengambil keputusan," kata Dewi Puspita, seorang pengamat media dari Universitas Indonesia.
Â
Iklan dan Peran Gender di Rumah Tangga
Tidak hanya sinetron, iklan komersial di Indonesia juga turut memperkuat stereotip gender. Produk rumah tangga, misalnya, sering kali menampilkan perempuan sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab penuh atas kebersihan dan kenyamanan rumah, sementara laki-laki digambarkan sebagai pencari nafkah utama. Â
Penelitian di Journal of Advertising (2019) menunjukkan bahwa representasi ini dapat memperkuat pandangan bahwa tugas domestik sepenuhnya adalah tanggung jawab perempuan, sedangkan laki-laki lebih dominan di ranah publik. Anak-anak yang menonton tayangan ini juga lebih cenderung menganggap peran gender tradisional sebagai norma yang tak bisa diubah.
Dampak Streotip Gender pada Anak dan Remaja
Streotip gender di media memiliki dampak besar terhadap perilaku anak dan remaja. Teori Pembelajaran Sosial dari psikolog Albert Bandura menyebutkan bahwa individu cenderung meniru perilaku dari lingkungan, termasuk media. "Anak-anak yang sering menyaksikan penggambaran seperti ini cenderung menginternalisasi sikap patriarkis dan menganggap peran gender tradisional sebagai hal yang normal," ujar Siti Rohayati, seorang psikolog anak.
Studi dari Media Psychology Review juga mengungkapkan bahwa penggambaran perempuan sebagai sosok yang kurang berdaya di media dapat menurunkan motivasi perempuan untuk mengejar karir di bidang kepemimpinan dan meningkatkan ketergantungan pada laki-laki dalam aspek kehidupan mereka.
Mengikis Pengaruh Patriarki dalam Media
Tidak semua tayangan media memperkuat stereotip gender. Beberapa serial, seperti Imperfect the Series dan film Kartini, menghadirkan peran perempuan yang kuat dan mandiri. Dalam Imperfect the Series, karakter perempuan digambarkan sebagai sosok berdaya dan mandiri yang menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki potensi untuk sukses di berbagai bidang. Tayangan seperti ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk menghargai kesetaraan gender.
"Media seharusnya bisa memainkan peran besar dalam perubahan sosial, bukan justru memperkuat norma-norma patriarki," kata Tika Wijayanti, aktivis kesetaraan gender dari Komnas Perempuan.
Langkah-langkah Mendukung Kesetaraan Gender dalam Media
Agar dampak positif dari tayangan media semakin meluas, masyarakat perlu lebih kritis dalam mengkonsumsi media. Menonton tayangan yang mengangkat tema kesetaraan gender, serta mendukung karakter perempuan yang kuat, dapat membantu mengubah persepsi.
Pendidikan tentang kesetaraan gender juga perlu dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah. Dengan memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai peran dan hak setiap individu, diharapkan generasi muda akan tumbuh menjadi pribadi yang menghargai keberagaman dan kesetaraan.
Selain itu, industri media juga perlu didorong untuk lebih banyak menghadirkan tayangan yang mendukung kesetaraan gender. Dengan menciptakan konten yang beragam dan inklusif, media dapat berperan aktif dalam menciptakan masyarakat yang lebih menghormati keberagaman.
Pentingnya Peran Media dalam Mengurangi Pengaruh Patriarki
Sebagai mahasiswa Psikologi di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG), Rintis Salsabilla Icha Sahara, yang kini mengambil mata kuliah Komunikasi dan Gender di bawah bimbingan Dr. Merry Fridha Tri Palupi, M.Si. menyoroti pentingnya peran media dalam membentuk persepsi gender di masyarakat. Saya berharap tulisan ini bisa membuka mata masyarakat tentang pentingnya peran media dalam mendorong kesetaraan gender di Indonesia. Melalui kerja sama antara media, pendidikan, dan masyarakat, kita bisa bersama-sama mengurangi pengaruh budaya patriarki yang masih ada.
Media memiliki kekuatan besar dalam membentuk cara pandang masyarakat. Dengan perubahan kecil dalam konten tayangan, media bisa menjadi salah satu pendorong utama dalam menciptakan dunia yang lebih setara bagi semua.Â
Sumber Data
Bandura, Albert. (1977). Social Learning Theory. New Jersey: Prentice Hall. Â
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. (2023).Â
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan). (2024). Laporan Tahunan: Kekerasan Berbasis Gender di Indonesia. Jakarta: Komnas Perempuan.
Media Psychology Review. (2020). "Impact of Stereotypical Gender Representation on Young Girls' Ambition and Leadership Aspirations." Media Psychology Review, 12(2), 101-112.
Puspita, Dewi. (2022). Kajian Sosiologi Media dan Pengaruhnya pada Persepsi Gender Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tika Wijayanti. (2021). Kesetaraan Gender dalam Media Indonesia. Jakarta: Komnas Perempuan.
Journal of Advertising. (2019). "Gender Roles in Household Advertising: A Global Review." Journal of Advertising, 48(3), 235-249.
Rohayati, Siti. (2020). Psikologi Anak: Dampak Media pada Perkembangan Sosial Anak. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). (2023). "Laporan Tahunan KPI: Kualitas Tayangan Televisi dan Dampak Sosialnya." [kpi.go.id](https://kpi.go.id).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI