Mohon tunggu...
Pujangga Langit
Pujangga Langit Mohon Tunggu... -

suka apa saja yang filosofis, sastra, edukasi, seni, botani, lebih suka menyendiri, dan tak berani tampil.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kita Adalah Ruhani

18 Agustus 2010   04:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:56 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita adalah jiwa,

yang terperangkap dalam kuasa materi,

yang melalaikan,  dan membuat kita begitu memujanya

bahkan mungkin membencinya.

Kita adalah angin yang menghirup cahaya,

melahap harapan dan cinta.

Kita adalah jiwa yang tengah berendam

membasuhi lumpur noda

yang melekati pakaian duniawi,

menepis debu angkara

yang menyelimuti ruang-ruang napas

untuk melayang

menjangkau kemurnian,

Menggapai kesucian

kala kembali pada Sang pencipta

Kita adalah ruhani

yang dahaga mereguk kejernihan firmanNya.

Kita adalah cermin bening

yang memantulkan gambar buram wajah kita.

Kita adalah gelas kristal yang rindu manis anggur kasihNya.

Kita adalah kertas putih

yang berharap goresan ridhoNya.

Karena kita sebenarnya suci

dan berasal dari yang maha Suci.

Kita adalah embun

yang merindukan,

setia menanti dan mencintai cahaya pertama kala fajar.

Kita adalah keheningan

yang menyelinap di kesunyian

membisikkan tasbih

memecah kegelapan,

dengan cahayaMu,

dengan kilauMu.

Kita adalah ruhani

yang diciptakan dengan cintaMU

bukan dengan murkaMu.

Mengapa kau lupakan fitrah itu?

dan tersesat jauh dalam lingkaran jerat duniawi?

Saatnya tuk kembali....

Karena Dia memanggili jiwamu

tuk kembali suci

melalui RamadhanNya

Subhanallah....

maha suci Allah

Arrahman Arrahiim....

Sungguh Allah maha pengasih dan  maha penyayang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun