Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... Perawat - A Nurse

wanita muslim, senang menulis, seorang perawat, Pejuang Nusantara Sehat Batch 2 Kemenkes RI. Punya banyak mimpi. twitter: @rintawulandari Karya yang pernah di terbitkan: - Tahun 2011 menulis buku bersama empat orang teman SMA berjudul “Buku Penting SMA” (Pustaka GoodIdea Indonesia), menulis cerita anak berjudul “Pelajaran Buat Kiki” (Lampung Post), cerita anak “Hantu Toilet” ( Lampung Post )- Tahun 2013 menulis antologi kumpulan cerpen berjudul “Dakwah dan Cinta” (Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerita anak berjudul “Pelangi untuk Ananda” ( Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerpen horor berjudul “The Haunted Night” (Meta Kata), antologi kumpulan cerpen horor komedi berjudul “Hantu Koplak in Action” (Publishing Meta Kata), cerpen yang berjudul “Jiwa Yang Luka” menjadi nominasi cerpen Favorite oleh event LMCR Rayakultura Rohto, cerpen berjudul “Cerita Lain pada Pantai Itu” diterbitkan dikoran Dinamika News, antologi kumpulan cerpen "Ruang(tak bernyawa)" oleh Az-Zahra Publisher. Tahun 2014; Cerita Anak Kode Rahasia Dika (Lampung Post), juara 3 even Phobia (Cerpen: Darah? No!)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menikmati Sarapan 'Ringgit' Perdana

28 Desember 2015   22:38 Diperbarui: 28 Desember 2015   22:57 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

 

Ini adalah hari kedua kami menginjakkan kaki di bumi Sebatik. Kemarin, kami adalah anak baru. Hari ini, sama, kami juga anak baru. Hari ini kami ingin lebih mengenal Sebatik. Pagi ini kami ke Pasar yang biasa ada di hari minggu. Tak jauh dari daerah Pusekesmas kami, di Desa Aji Kuning. Beruntung kami tinggal di wilayah puskesmas, dan semua tenaga kesehatan di Puskesmas. Kami diajak salah satu bidan yang ada di Puskesmas. Kepasar.

Suasana Pasar sama saja di pulau manapun kupikir. Kecuali di pasar apung yah. Disini banyak dagangan, namun di campur. Tak spesifik. Di pintu masuk ada orang penjual makanan,agak ditengah adalah penjual baju dan pakaian, penjual makanan ringan, lalu dipinggirnya penjual nasi untuk sarapan serta lauk. Lalu agak kedala lagi adalah penjual ikan. Di awal, sebelum kami berangkat kesini, ibu bidan sudah ilang.. kalau disini pakai 2 mata uang. Apalagi dipasar. Kalau dipasar, 1 ringgit dihitung rupiah adalah Rp. 4ribu. Padahal biasanya 1 ringgit adalah rp.3500. lumayan tinggi yah 4 ribu untuk 1 ringgit. Tapi pedagang ternyata ngimbangi pedagang lainnya :”)

Karena belum punya kompor, jadi kami masih mengkonsumsi makanan jadi. Maklum, kami belum beli kompor. Kata Kepala Puskesmas kami, akan ada barang-barang untuk melengkapi rumah dinas kami, seperti tempat tidur, lemari, kompor dll. Tapi adanya barnag tersebut di bulan 2 (Februari 2016), kami kudu bersabar. Kemarin kami sudah beli banyak perabotan rumah tangga. Ember, sapu, kipas angi, Rice cooker, dll. Termasuk alat bebersihan rumah. Tnetu dananya dari iuran kelompok. Oke, akhirnya kami tertaut dengan Nasi Kuning yang ada disana.

            “Berapa bu?”

            “4 Ringgit..”

            “kalo pake ayam ini? (nunjuk ayam dengan santan)..”

            “itu 5 ringgit..”

            “kalo gak pake Ayam bu?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun