“Padahal saya ini sulit minta izin kerja.. tapi entah kenapa karena SR ini saya jadi mau datang sempatin waktu kesini...” ucap Kak Dimas.
“Kenapa memang Kak? Memang ceritanya gimana?” tanyaku penasaran.
“Saya tu banyak kejadian tentang sedekah. Entah kenapa, tiap sedekah ada saja kemudahan yang Allah kasih... waktu itu akhirnya saya memutuskan resign dari RSUD, karena gajinya mulai tak jelas sedangkan saya tulang punggung keluarga saat itu.. saya di terima di RSCM, Alhamdulillah. Kemudian ada bukaan PNS tahun 2014.. saat itu saya benar-benar sedang sempit. Uang saya menipis, di rekening hanya ada uang 1,6 juta untuk hidup di Jakarta. Lalu saya mendengar ceramah ustadz Yusuf Mansur tentang sedekah.. akhirnya saya memutuskan untuk transfer uang yang satu juta ke rekening sedekah rombongan. Saya pikir.. saya sudah tak ada kontribusi tenaga di SR, setidaknya ada yang saya sedekahkan..”
Kami terus mengamati.. menanti kisah selanjutnya...
“Jadi jelang tes PNS, saya sudah belajar sebelumnya, belajar sedikit-sedikit soal. Di Bogor saat itu pesaingnya ada 250 an orang analis kesehatan. Sedangkan yang dicari, hanya dua orang. Saat itu sudah sistem C.A.T yah.. jadi saya melihat semua orang serius banget, saya jadi minder kenapa saya tenang sekali. Lalu saya buka soal demi soal.. pelan-pelan.. Entah kenapa saya sendiri bingung, tangan saya ringan sekali mengerjakan soal, saya sampai menitikan air mata loh, pikiran saya seperti terbuka dan bisa mengerjakan dengan enjoy.. sampai soal terakhir. Lalu dengan Bismillah saya enter score yang saya terima.. keluarlah angka 450..” Jelas Kak Dimas.
Waaah, angka itu salah satu score besar. Menurut pengalaman aku yang gagal lolos PNS kemarin :”) hehe.
[caption caption="dok.pribadi. Kurir Jogja paling banyak bawa rombongan. mereka masih muda-muda, berhati mulia, siip. Tengah: Kang Saptuari dan Istri."]
“Ternyata score saya waktu itu adalah paling tinggi diantara 250an orang disana, saya jadi yakin bahwa disaat sempit berbagilah, sedekahlah.. maka Allah akan kasih kita kelapangan.. Ya, jadi saya merasakan bahwa #sedekahrombongan itu sudah temani disaat saya belum seperti ini, sudah menjadikan saya pribadi yang beda. Sekarang.. saya sudah bisa bayar hutang keluarga.. saya dikasih rumah dinas oleh pemerintah, hanya saya yang diberi. Padahal saya siapa sih, gak punya saudara atau siapa-siapa, hanya perantau dari Pringsewu. Mungkin karena saya ditugaskan di Puskesma kali ya, tapi ya Alhamdulillah dengan semua itu.. saya seperti di permudah sama Allah...” tutup Kak Dimas sambil menyeruput kopi panasnya.
[caption caption="dok.pribadi. bertemu banyak orang dengan berbagai profesiii"]
Pagi yang dingin di area Camp ini membuat aku dan Sasa terinspirasi. Pagi ini kami seperti diberi suntikan semangat. Bahwa, iya loh.. ternyata bukti itu realm nyata... kisah sedekah itu bukan kisah buatan para motivator untuk membuat audiens nya terkesan. Tapi memang ada. Aku mulai bertekad untuk lakukan “Terima-Kasih” seperti kata Kang Jamil semalam.. “Terima--- Lalu Kasih—Lupakan”. Niscaya tabungan energi akan bertambah dan akan cair disaat yang tak terduga.. : )
[caption caption="dok. kurir SR. Panitia. Terimakasih atas kerjasamanya... sebagian panitia sedang berbenah di lokasi lain.hehe"]