Sambil makan, tercetuslah ide mendadak itu.. “Kita Sahur on The Road yuk? Kita buat nasi goreng, kita panasin lauk yang ada, buat sop buah terus kita bagiin ke bapak/ibu yang ada di jalan pas saur? Gimana?biar nasinya ga kebuang..” cetus Ka Nora. Aku langsung setuju sama ide itu. Jadilah setelah makan, semua kami mencari kertas nasi, secara spontanitas. Padahal sudah jam setengah 11 malam hehe. Cari mini market yang masih buka, sudah tutup. Target lainnya sih cari tempat makan yang buka, biasanya kan jual kertas nasi :). Daerah Pramuka saat itu memang sudah sepi dan lumayan gelap. Sempat mampir ke beberapa warung yang masih buka, tapi kertas nasi tak kami temukan disana. Akhirnya, dipertengahan jalan kami melihat gerobak nasi goreng disana. Disana juga ada kertas nasi yang terlihat menggoda. Kami berhenti, panggil si abang yang lagi duduk merokok di seberang jalan. Pasti si abang udah geer, “Asik ada yang beli nasi goreng..” pikirnya. Haha padahal kami mau beli kertas nasinya doang. Singkat cerita kami dapat kertas nasi sebanyak 10 lembar dengan harga 5 ribu rupiah. Setengah harga dari nasi goreng si abang nasgor. Setelah sampai rumah, kami tidur. Dan berencana untuk sebelum saur mengerjakan semuanya.
03.00 Alarm berbunyi.
Mata masih berat dan akhirnya kami bangun sadarkan diri pukul 03.30. segera cuci muka dan kasak-kusuk dapur. Ka Nora buat nasi goreng beserta lauk-pauk. Aku menyiapkan sup buah, menuang air putih, membentang kertas nasi. Kami mengerjakan dengan kecepatan tinggi sambil terus melirik jam dinding. Mengejar waktu, intinya kami juga harus saur kan. Nah, kami agak kesulitan melipat kertas nasi ala-ala ibu penjual nasi uduk, atau nasi padang Cagem. Gak berpengalaman dan akhirnya ndak rapi. Baiklah, apa adanya, ikatan nasi ala pemula. Lumayan nasi di magic-com habis, dibuat nasi goreng. Dapatlah 5 bungkus nasi goreng beserta lauk-pauk. Ohya, ini nasi goreng merah sambalnya buatan dokter Hani loh, jadi semua orang menikmati sambal nanas perdananya Kak Hani : )
Sudah di packing. Sup buah, nasi goreng beserta lauk, air putih, sendok. Kami masukan ke plastik kecil-kecil. Kemudian kami menyiapkan perbekalan untuk kami sendiri. Melihat jam, sudah hampir pukul empat. Kami buru-buru salin dan keluar menembus dinginnya dini hari. Huwaaah jalan yang lengang membuat kuda besi melaju kencang. Ternyata tak mudah menemukan orang yang membutuhkan makan disaat saur, maksudnya orang yang memang berhak mendapatkan menu sahur dari kami. Kami mengawasi kanan dan kiri. Beberapa kali Ka Nora mengerem mendadak karena melihat bapak yang mengais sampah atau ibu/bapak penyapu jalan, nah itulah target kami. Kami memberikan bungkus demi bungkus makan sahur sekadarnya. Semoga terselip berkah didalamnya. Kadang kami harus menyeberang dan melawan arus jalan karena target berada di seberang. “Makasih ya... Makasih banyak dek... Alhamdulillah, makasih banyak ya Neng...” ucap para ibu/bapak pengais rezeki di dinginnya dini hari. Akhirnya kami sampai di tengah kota. Dari jalan Pramuka ternyata kami sudah sampai di daerah Plaza Post. Yak, di daerah pasar tengah itu adalah bungkusan terakhir yang kami berikan ke mas-mas yang diam saja, sambil bingung melihat kami berlalu. Kami segera ke masjid terdekat. Masjid Taqwa. Karena kami belum makan sahur. Nah, kami agak terburu-buru karena sudah imsak dan 10 menit lagi jelang adzan berkumandang. Kami makan perbekalan dengan cepat. Namun makan sahur kami tetap nikmat, Alhamdulillah, nasi goreng nya enak :) kami hampir selesai makan tinggal minum, adzan subuh sudah berkumandang. Kami tetap minum air putih, selagi adzan belum selesai, hehe. Maafkan kami Ya Allah.. :”) Setelah selesai makan, akhirnya kami ditegur bapak-bapak.. “Mbak, udah adzan gak boleh makan lagi..” tukas si bapak sopan sambil tersenyum. Kami meng-iyakan, karena memang kami sudah selesai makan sahur.hehe. Kemudian kami sholat subuh berjamaah dan mengikuti ceramah di masjid itu. Kantuk yang cukup berat. Setelah selesai ceramah, kami meletakkan mukena ketempat semulanya. Dan kami kembali di tegur bapak-bapak lagi.. “Mbak, lain kali kalau sudah adzan gak boleh makan lagi ya..” ucap si bapak. Kami mengiyakan lagi, sambil tertawa kecil, ternyata banyak yang memperhatikan kami makan buru-buru tadi.. hiks :”)
AH YA, intinya hari itu adalah Saur On The Road yang keren! Dari awal berjuangnya, sampai makan saur pun berjuang bekejaran sama waktu hehe. Makasi Ka Nora, ide-ide keren dan spontanitas tinggi, ajakin terus dalam kebaikan yah! :*
*Catatan ini hanya sekedar dokumentasi hidup. Tanpa bermaksud apapun. Mungkin para kompasianer mau coba Saur on The Road seperti kami? YUK! : )
“Dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku. Dan Yang mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),” (QS. Ash-Shua’ara: 79,80,81).
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terimakasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan,” (QS. Al Insan: 8,9,10).
“Katakanlah: “Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak memberi makan?” Katakanlah:” Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (Kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik,”(QS: Al-An’am:14).