Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... Pegawai -

wanita muslim, senang menulis, seorang perawat, Pejuang Nusantara Sehat Batch 2 Kemenkes RI. Punya banyak mimpi. twitter: @rintawulandari Karya yang pernah di terbitkan: - Tahun 2011 menulis buku bersama empat orang teman SMA berjudul “Buku Penting SMA” (Pustaka GoodIdea Indonesia), menulis cerita anak berjudul “Pelajaran Buat Kiki” (Lampung Post), cerita anak “Hantu Toilet” ( Lampung Post )- Tahun 2013 menulis antologi kumpulan cerpen berjudul “Dakwah dan Cinta” (Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerita anak berjudul “Pelangi untuk Ananda” ( Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerpen horor berjudul “The Haunted Night” (Meta Kata), antologi kumpulan cerpen horor komedi berjudul “Hantu Koplak in Action” (Publishing Meta Kata), cerpen yang berjudul “Jiwa Yang Luka” menjadi nominasi cerpen Favorite oleh event LMCR Rayakultura Rohto, cerpen berjudul “Cerita Lain pada Pantai Itu” diterbitkan dikoran Dinamika News, antologi kumpulan cerpen "Ruang(tak bernyawa)" oleh Az-Zahra Publisher. Tahun 2014; Cerita Anak Kode Rahasia Dika (Lampung Post), juara 3 even Phobia (Cerpen: Darah? No!)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Wisata Hati di IGD RSAM

11 Januari 2014   20:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_305472" align="aligncenter" width="183" caption="sumber foto: www.rsharapanbunda.com. sebagai simbolis IGD aja iini yak, ga sempet foto lokasi langsung hehe"][/caption]

IGD atau Instalasi Gawat Darurat, merupakan tempat para pasien yang mengalami kegawatdaruratan pada kesehatannya. Tak beda dengan UGD, atau Unit Gawat Darurat mereka juga mengurusi para pasien gawatdarurat. Bedanya, Instalasi Gawat Darurat biasanya hanya ada di Rumah Sakit besar atau menengah yang mempunyai fasilitas dan tim medis khusus dalam penanganan gawat darurat. UGD yakni Unitnya. Lebih kecil dari IGD, lingkupnya ada di rumah sehat atau klinik kesehatan biasa.

Dinas di ruangan IGD Rumah Sakit Umum awalanya sangat bikin penasaran, semangat dan takut. Semangat karena teman-temang yang berdinas disana sebelumnya menceritakan berbagai hal menyenangkan, pasien yang banyak banget, tindakan yang lumyan penuh, dan kita bisa melakukan tindakan keperawatan dan melakukan apa yang telah dipelajari di kampus. Gimana cerita kawan?

“Di IGD, lo bisa lakuin tindakan apapun, mau tindakan apa?RJP?suction?Infus?pasang Kateter?Hecting luka?ada... tindakan itu adaa banyak malah...”

“Di IGD, lo bakal leluasa liat berbagai penyakit, terus lo bakal sering lihat darah-darahan. Kepala bocor lah, luka tusuk, luka tembak, macam-macam kesadaran, adaa.”

Penasaran makin bergelantungan, kemudian jadi takut karena.. “Gimana nih ntar kalo pas ada pasien malah bingung mau ngapain?gimana nih ntar kalo salah tindakan? Gimana?gimanaa?

Pertanyaan itu seketika blurr, hilang. kabur.

Karena saat di IGD kita gak akan bingung. Di IGDRS ini, setelah di rehab bangunannya, menjadi lebih memanjang, aku gak tau sebelumnya ruangan IGD ini seperti apa, yang jelas, kini ruangannya jadi semakin memanjang dan memiliki banyak ruang. Oke, pertama kita akan orientasi ruangan dulu ya guys, tulisan ini juga semoga bisa gambarin tentang ruangan IGD bagi adik-adik tingkat III selanjutnya supaya ada sedikit bayangan tentang ruangan ini.

Di IGD di bagi menjadi beberapa ruang, tim nya juga dibagi menjadi beberapa tim. Untuk ruang sendiri, di gerbang awal, ada ruangan TRIASE. Biasanya jika ada pasien masuk, baik perorang atau rujukan dengan ambulance perawat menyambut pasien dengan membawa kursi roda atau brancar(tempat tidur beroda).Satu orang keluarga mendaftar, sedangkan pasien yang datang di periksa TTV atau tanda vitalnya, kemudian ditanyai keluhannya sebagai anamnesa. Jika pasien yang datang banyak, misalnya dalam suatu waktu ada serombongan orang yang sakit karena keracunan, atau kecelakaan dengan banyak korban, biasanya TRIASE mulai diberlakukan, memilah pasien mulai dari derajat kegawatan penangannya. Tentu yang didahulukan adalah pasien dengan kegawatdaruratan. Jika pasien yang gawat tapi tidak darurat bisa di tunda beberapa waktu sehingga bisa fokus pada pasien yang gawatdarurat dulu, tentu tidak menyampingkan pasien yang gawat tidak darurat itu. keuntungannya adalah tim medis jadi bisa menyelamatkan orang yang gawatdarurat namun dengan harapan hidup pun bagus. TRIASE biasanya ada saat bencana alam saat korban bergelimpangan. Kalau di IGD sendiri, tahap Triase ada, namun karena tim medis memadai, jadi semua bisa tertangani baik.

Ruang selanjutnya, ada ruangan TINDAKAN. Ruang tindakan ini ada dua ruangan, pertama ruangan dekat pintu, kedua, ruangan di seberang. Ini jika pasien penuh di ruang tindakan 1, kita bisa melakukan tindakan di ruang 2. Tapi selama ini, ruang tindakan 2 yang sering digunakan untuk penanganan korban kecelakaan atau korban luka-luka.

Next, ruangan Observasi. Ruangan observasi ini bisanya di isi oleh para korban yang memiliki penyakit dalam dan harus dilakukan observasi dalam penanganannya. Para pasien diruangan ini biasanya menempati waiting list di ruangan ICU atau ruangan ROI. Karena memang dalam perawatan intensive harus berada diruangan Intensive, bukan di IGD, biasanya setelah ada tempat kosong di ruang ICU atau ROI, pasien segera dipindahkan ke ruang tersebut.

Ruang Anak Dan Ruagan Bayi

Berada di agak belakang ruangan tindakan 2. Disana terdapat fasilitas penanganan para bayi, seperti box bayi, penghangat, oksigen, dan lain sebagainya. Kemudian ada bed untuk para anak yang sakit dan memerlukan penanganan.

Terakhir, ruang ROI. Ruang ROI ini berada agak dibelakang. Kalo kamu masuk IGD dari depan, lurus aja, sebelum pintu kaca ada pengkolan ke kiri, lewat sana ada pintu keluar, namun langsung bertemu pintu ruang ROI. Eh jangan mengkol kiri ke wc ya, hehe.

[caption id="attachment_305483" align="aligncenter" width="600" caption="sumber: www.anatomicaljustice.com. Craniotomi."]

13894482671177378537
13894482671177378537
[/caption]

Apa sih ruang ROI? Ruang Observasi Intensive. Ruang ini juga pasiennya diperlukan pemantauan khusus. Saat dapat tugas jaga disana, yaa ruangan ROI sebagian besar adalah para pasien yang belum sadar, delirium, sopor ada juga composmentis yang sudah sadar dari koma. Sebagian besar pasien adalah pasien post op craniotomi, karena cedera kepala berat, dsb. biasanya karena kecelakaan lalu lintas, dan hei, ternyata sebagian besar penderita adalah lelaki, dan masih muda! Kita tau sendiri, pembedahan tengkorank kepala, atau bagian kepala yang dibedah karena suatu indikasi menyebabkan berbagai efek samping, selain efek adanya luka bekas jahitan, beda bentuk kepala, dan.. perbedaan sikap atau perubahan tingkah laku akibat efek operasi bagian kepala, itu tergantung juga sama jenis operasinya sih.. tapi, kalau masih muda sudah pernah mengalami pembedahan pada bagian kepalam ah alangkah sayangnya masa muda? Masa muda para lelaki yang sedang labil, dan berani nekad ini. Nah itu lah sekilas mengenai ruangan IGD RS ini.

Ruang DEPO. yaitu tempat pengambilan segala alat dan obat yang diperlukan, biasanya suntikan, obat injeksi, alat infus ada disini. kita tinggal bilang nama pasien serta perlu alat apa, kemudian petugas akan mendata dan memberikan alat atau obat yang kita perlukan :)

KOK SEPI SIH?

Kata-kata diatas dibilang omongan jorok. Gak boleh ngomong seperti itu diruangan! Karena biasanya, setelah ngomong kata-kata diatas, pasien langsung datang ramai-ramai. Mitos sih, tapi yaa biasanya begitu. Tapi gak terjadi untuk saat ini kenapa? Ya karena memang hari-hari awal dines pagi di IGD sepi. Jarang ada pasien. Kenapa ya? Iya, kalo kata temen atau kembaran aku, katanya di IGD itu pasien bisa puluhan bahkan ratusan. Saking banyaknya.

OH karena BPJS

[caption id="attachment_305473" align="aligncenter" width="620" caption="sumber: setkab.go.id"]

13894473921908748370
13894473921908748370
[/caption]

Ternyata penyebabnya adalah BPJS. Ya, BPJS. Hal ini memang sudah digembar-gemborkan di kalangan orang kesehatan, pihak rumah sakit. Tapi untuk sosialisasi ke masyarakat itu sendiri?sepertinya belum maksimal.

BPJS adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. BPJS merupakan badan hukum nirlaba. BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT. Askes Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenaga kerjaan PT. Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat di Jakarta, dan bisa memiliki kantor perwakilan di tingkat provinsi serta kantor cabang di tingkat kabupaten kota. (Wikipedia Bahasa Indonesia)

Jadi para pasien BPJS ini harus mengikuti alur dulu untuk sampai ditangani oleh rumah sakit bertipe B seperti rumah sakit ini. Mereka harus ikuti alur, dari puskesmas, bila tak bisa ditangani akan di rujuk ke Rumah sakit daerah atau rumah sakit kota(rumah sakit tipe C), bila keadaan tak mendukung karena ketiadaan fasilitas atau dokter yang mumpuni untuk penyakit itu, baru pasien di rujuk ke rumah sakit tipe B ini. Dan alur ini tak berlaku bagi pasien gawatdarurat seperti korban kecelakaan. Jika kecelakaannya di depan RS tipe B, gak mungkin dong korban kecelakaan berdarah-darah harus dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit kota dulu?

Yang jadi masalah adalah kurangnya sosialisasi. Cukup banyak pasien yang datang dari rumah dengan tujuan berobat ke rumah sakit harus di tolak karena harus mengikuti alur BPJS dulu, harus ke puskesmas, RS kota, dan seterusnya. Dan gak jarang juga, karena gak mau ribet, pasien memilih jadi pasien umum dengan uang sendiri tanpa menggunakan jaminan BPJS ini. Sedangkan jamkesmas, jamkesda tak terdengar lagi kisahnya, karena program itu perlahan terhapuskan oleh program yang baru mulai awal januari itu. jaminan pegawai negeri pun yang biasanya dengan Askes kini harus pakai BPJS, dan menanggung keribetan alur itu, ah -_-

[caption id="attachment_305474" align="aligncenter" width="368" caption="sumber: www.kangdadang.com"]

13894474501193239054
13894474501193239054
[/caption]

Sebenarnya maksud adanya alur tersebut baik, agar penanganan rumah sakit juga tak terlalu berat, sehingga masyarakat yang sakit hanya batuk, pilek, diare ringan bisa ditangani di puskesmas dahulu, kalau penyakit itu sedang dan bisa ditangani di RS kota bisa terurus, sedangkan jika penyakit berat, penyakit dalam, harus dilakukan pembedahan dan lain-lain baru dibawa ke rumah sakit yang bertaraf lebih tinggi, yakni rumah sakit tipe B.

Jadi saat dines di awal ruang IGD, pasien sepiii. Sebagian besar pasien adalah rujukan dari rumah sakit tipe C misalnya rumah sakit DKT, rumah sakit imanuel, atau rumah sakit mardi waluyo dan lainnya. Itupun ada pasien saat jam 12 siang keatas saat shift pagi. adapula pasien dari puskesmas, langsung ke RS ini, akhirnya harus memasukkan pasien lagi ke mobil karena pasien harus ke rumah sakit tipe C dulu. Alhamdulillahnya rumah sakit tipe C bersebelahan dengan Rumah sakit tipe B ini, jadi gak harus jauh-jauh memutar. Bayangin kalo rumah sakit tipe C berjarak 5 kilometer dari rumah sakit tipe B ini? -_- berbagai resiko juga sering dihadapi pekerja kesehatan, seperti kemarahan keluarga pasien, sedangkan pihak rumah sakit harus menjalankan aturan yang ada. namun sekali lagi, pasien yang memang gawatdarurat segera ditangani, jika pasien gawat namun tidak darurat biasanya harus tetap mengikuti aturan tersebut. Ah sudahlah, rada ribet memang kalau membicarakan aturan baru itu, semoga pratutan tersebut bisa di adaptasikan dengan keadaan masyarakat, serta tak merugikan tenaga kesehatan yang mengabdi untuk kesembuhan para pasien.

Tentang para KOAS

Koas yang jaga di IGD alhamdulillah sangat bisa dijadikan tempat bertanya, kerjasama dan diskusi. Tidak ada saling acuh apalagi saling mencerca. Kami sama-sama belajar disini walaupun kami mahasiswa keperawatan mereka sarjana kedokteran, disini juga ada kakak sarjana keperawatan yang mengambil gelar ners atau program kerja lapangan selama satu tahun. Kerjasama bisa dilakukan dari awal sampai pasien di rawat, dari anamnesa, sampai tindakan lainnya, pemasangan infus, kateter, hecting luka dan lainnya. Walaupun sikap orang berbeda-beda, dan teman sempat mengalami hal yang kurang enak terhadap salah satu kakak koas karena suatu hal, tapi alhamdulillah sepanjang shift aku berdinas, aku selalu satu shift dengan para koas yang mau bekerjasama dan berdiskusi.

Tentang para kakak perawat dan para dokter

Biasanya setelah anamnesa, koas datang kemudian dokter menyambangi pasien menanyakan berbagai keluhan, dokter segera memberi tahu tindakan apa yang harus kami lakukan di awal, misalnya.. “Infus RL makro, IV Ranitidin satu ampul”. Kemudian kami melakukan tindakan dan biasanya petugas Lab mendatangi pasien untuk mengambil sampel darah pasien untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan.

Tentang kakak perawat?alhamdulillah mereka membimbing dengan baik. Terutama kak Kadir. Biasanya saat datang ia menggunakan kemerja rapi plus celana jeans bertalipinggang. Gaya khas, ekspresi wajah meyakinkan. Malah awalnya aku pikir beliau dokter, jadi ingat dokter di rumah sakit urip, yang jarang pakai jas putihnya, hanya pakai kemeja rapi plus celana jeans. Ternyata beliau perawat. Beliau sering memberikan pembelajaran pada kami, seperti saat itu tentang EKG, beliau sempat bertanya pada mahasiswa tentang EKG, tentang elektroda yang dipasang di dada pasien tentang membaca hasil rekam irama jantung.

[caption id="attachment_305475" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: pribadi"]

13894475281700557308
13894475281700557308
[/caption]

Kemudian ia juga menjelaskan berbagai jenis luka sesuai kejadian pasien saat itu, saat itu ada pasien dengan vulnus laceratum. Letaknya di telapak tangan, ia berkelahi, sang lawan bawa pedang, pedang ingin menebas kepalanya, namun ia sanggah dengan tangan kirinya, jadilah telapak tangan kiri pasien itu terbelah, terbelah maan! Pasien sempat gak bisa menggerakkan jari-jarinya akibat luka sobek itu. kemudian setelah kak Kadir menjahitnya dengan sigap, menghubungkan tendon dengan tendon dan berbagai strukttur yang harus dihubungkan akhirnya si pasien bisa menggerakkan jari-jarinya lagi. Setelah menjahit dengan rapi itu, kak Kadir berdiri mendekati kami yang dari tadi melakukan observasi menjahit luka dari otot hingga kulit itu, kak kadir berdiri memberi tahu kami berbagai jenis luka atau vulnus. Pentingnya memahami anatomi fisiologi bagian yang akan dijahit sebelum melakukan penjahitan. Kak Kadir juga menjelaskan pentingnya vaksin tetanus untuk luka robek, luka tusuk, luka gigitan binatang atau semacamnya sehubungan adanya resiko bakteri clostridium tetani berkembangbiak pada luka.

[caption id="attachment_305477" align="aligncenter" width="720" caption="sumber: pribadi"]

1389447684877637169
1389447684877637169
[/caption]

Biasanya pasien dengan vulnus atau luka yang bersifat robekan karena benda seperti besi atau semacamnya, kemudian luka belah atau luka gigitan binatang atau manusia diberikan vaksin TT(Tetanus Toksoid) dan ATS(Anti Tetanus Serum). Nah kak Kadir mulai menguji kami dengan pertanyaannya, “Terus bedanya vaksin TT dengan ATS apa?”

“Beda efeknya kak,” sebagian dari kami menjawab.

“Bedanya apa?”

“Hm.. kalo vaksin TT itu untuk pertahanan tubuhnya, kalo ATS itu efeknya lebih besar kak..” jawab kami sekenanya.

Kak Kadir nyengir sambil geleng-geleng. “Kita analogikan gini, vaksin TT itu beras, sedangkan ATS itu makanan siap saji ya..”

Kami masih penasaran, apanih kalimat selanjutnya? “Kalo beras kan, kita butuh masak dulu, rebus dulu pakai air, kemudian ditanak dulu, sedangkan makanan cepat saji bisa langsung kita nikmati tanpa proses panjang seperti beras tadi.. jadi vaksi TT itu diberikan sebagai kekebalan tubuh untuk melawan virus tetanus, jadi ia akan mendorong tubuh membuat serum untuk melawan tetanus selama 3 bulan kedepan , berproses melawan. Sedangkan ATS.. ya seperti makanan cepat saji, efeknya langsung bisa dirasakan, langsung berbentuk serum dan ia bisa langsung melawan bakteri tetanus itu. Nah, biasanya pemberian ATS diberikan pada pasien yang mengalami luka robelan sampai dalam, terbelah tendonnya, luka tusukan. Kenapa coba?” lagi-lagi kak Kadir mengajak kami berpendapat dengan pertanyaannya.

“Karena itu tadi kak, ATS kan langsung berasa efeknya..” jawab sebagian dari kami.

“Karena luka tusukan atau luka belahan itu lebih besar resiko kena bakteri clostridium tetani kak..”

“Emang luka robekan dikulit gak beresiko?”

“Yaa beresiko sih kak, hehe..” si mahasiswa itu nyengir, haha aku yg nyengir :3

“Seperti yang kita ketahui,bakteri clostridium tetani itu kedap sama udara, bakterinya gak kuat sama udara dan akan mati. Sedangkan kalau luka dalam seperti tadi ini, telapak tangannya terbelah, tendonnya terbuka, inikan kita jahit, tertutup kan jahitannya, bagaimana dengan dalamnya? Lembab kan?bakteri ini senang sama udara lembab seperti itu. Nah, resiko berkembangnya bakteri ini lebih besar dan lebih bahaya kalo gak segera dilumpuhkan dengan ATS ini. Kalau luka robek biasa atau luka robek kulit saja, biasanya cukup di beri vaksin TT saja, karena luka luar kan langsung bertemu udara jadi bakteri tetanus juga gak akan bisa berkembang..” tutur kak Kadir panjang lebar.

[caption id="attachment_305478" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: pribadi. spuit anti tetanus serum"]

13894477471330132241
13894477471330132241
[/caption]

Waaah! Kami jadi mengerti akhirnya. Kemudian kak Kadir juga menjelaskan teknik hecting yang baik, dan berbagai hal tentang perawatan luka. Eh beliau ini cerdas sekaliiii : )

Balik yuk ke kisah tentang para pasien!

Kisah para pasien selama seminggu ini tentu beraneka ragam, dari yang memprihatinkan, sedih, ceria, sampai keanehan dan keunikan daripada pasien imut-imut.

PASIEN ROI MERACAU

Hari-hari awal, karena pasien sepi, maka kebanyakan dari kami duduk dan melakukan aktivitas lainnya. Aku lebih memilih jalan-jalan ke ROI, menengok teman-teman disana. Pas, saat pagi justru ruangan ini banyak kegiatan. Seperti ganti balutan pasien setelah operasi, kumbah lambung, pasang NGT dan sebagainya. Aku mengikuti kakak perawat dalam melakukan tindakan, selain itu kami juga diperbolehkan dalam melakukan tindakan keperawatan tersebut, tentu atas bimbingan kakak perawat. Melihat jahitan yang banyak membelah kepala pasien dan jahitan yang ada disana membersihkan kemudian memberikan betadine serta menutupnya kembali. Hati-hati, kepala itu berhargaa :3

Setelah melakukan kegiatan pagi itu, kami diintruksikan untuk mengecek tanda-tanda vital pasien. Terdengar dari kejauhan seorang lelaki meracau dengan omongan yang tak jelas, omongan tiada arti. Tapi omongannya kadang berbentuk kalimat seperti memanggil-manggil..

“Sri.. mana Sri..”

Kami yang berada disana kemudian bertanya pada kelarga pasien, “Sri itu siapa bu?”

“Sri itu nama mbaknya dikampung..”

“Oo..”

“Mas, di tensi dulu ya..” ucap temanku di seberang bed. Aku disebelah kiri pasien itu. akan mengukur suhu tubuh si mas-mas. “Sriiiiii..!” dia masih teriak juga.

Aku mulai mendekatkan termometer ke ketiak pasien, dan hap! Hampir saja tangan ini sompel. Dia mau menggigit doong. Emang ini daging ayam apa ya? -_- untung keluarga pasien dengan sigap memegang kepala paseien. Karena memang kaki dan tangan pasien sudah dikaitkan di tempat tidur, agar pasien tidak menarik-narik segala alat medis pada badannya. Pasien ini memang gelisah terus. Jangan main-main. Pasa pasien cedera kepala sedang ini. Seingatku, waktu itu dosen pernah menerangkan tentang cedera kepala yang kalau yang cedera kepala bagian verbal atau bicara, pasien yang awalnya pendiam bisa jadi cerewet dan tadinya cerewet nisa jadi pendiam, tegantung jenis cederanya.

[caption id="attachment_305486" align="aligncenter" width="300" caption="sumber:pribadi. kala senggang di ROI"]

13894487301534030387
13894487301534030387
[/caption]

RONTGEN BAYI

Hari itu hari minggu. Pasien tentu tak mengenal libur, sakit. Mana bisa si penyakit cari jam sibuk atau jam libur untuk kambuh? Nah begitupun kami yang tetap bertugas di hari minggu. Jadi saat itu ada pasien berusia 3 bulan, mengeluh sesak nafas. Tanpa riwayat sesak sebelumnya. Karena keluarga pasien khawatir si anak tersedak atau kemasukan benda asing di parunya, jadilah hari itu pasien harus di rontgen. Paman pasien ini mengatakan kalau kakaknya baru berusia 1 setengah tahun, dan suka masukin benda kemulut, takutnya adiknya juga dimasukin benda-benda asing.

Oke mas petugas mengantar pasien sudah siap dengan kursi rodanya. Kami bingung, kok kursi roda? “Iya nanti salah satu dari kalian naik ke kursi roda sambil mangku bayinya, ini bayi harus pake oksigen terus soalnya. Yaudah diantara kalian yang badannya gak berat naik..”

[caption id="attachment_305479" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: pribadi. mak uun!"]

13894478681776478061
13894478681776478061
[/caption] [caption id="attachment_305480" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: pribadi"]
1389447929232157198
1389447929232157198
[/caption]

“Aku aja kak aku aja kak...” si Uni langsung manawarkan diri. Padahal kalo omongin berat badan, berat badan Uni lebih berat daripada badanku. Haha tapi berhubung Uni dengan suka cita mau membawa itu bayi, silakaaan. Sepanjang jalan si Uni di dorong pake kursi roda, sepanjang jalan itu pula Uni diketawain dan dilihat masyarakat rumah sakit.wkwk diketawain mbak-mbak teh upet pula hahaha.

DISLOKASI RAHANG

[caption id="attachment_305481" align="aligncenter" width="200" caption="sumber: health.detik.com"]

1389447977957528392
1389447977957528392
[/caption]

Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi perubahan dari letak permukaan tulang satu terhadap lainnya yang membentuk persendian. Bila permukaan sendi tidak berhubungan satu sama lain. Jadi pagi itu ada mbak-mbakpakai masker, sama ibunya datang ke IGD RS ini. Ternyata pasien mengalami dislokasi rahang. “Kenapa bu, anaknya?”

“Ini sus, anak saya pagi tadi nguap, terus gak bisa balik lagi mulutnya..” tutur sang ibu. Ah iya, saat dibuka maskernya ternyata memang kondisi si anak ibu itu keadaan maaf* mangap. Dan si mbak itu merintih kesakitan. Sambil menangis. Dan sambil posisi mulut yang seperti itu. “Ini sudah yang ketiga kali nya dok, sebelumnya juga 2 tahun yang lalu begini juga.. dia kan terapi juga disini.”

“Oo sudah terapi juga?”

“Iya dok, fisioterapi disini juga..” tutur dokter sambil memakai handskun

“Kenapa gak belajar dari pengalaman bu?” tukas salah satu kakak perawat.

“Iya mungkin dia kelupaan tadi mas..” jawab si ibu.

“Keluarin dulu mbak air liurnya..” tutur dokter tampan ini *uhuk

Si mbak itu mengarahkan mulutnya kearah bengkok dan mengeluarkan lendirnya. Sang dokter sudah bersiap dengan kain kasa dikedua jempol tangannya. “Yuk mbak duduk yang tegap, nah tahan sedikit yaa.. jangan dilawan, relax saja..” dengan bersungguh si dokter mencoba menempatkan posisi rahang ketempat semula, dengan merentangkan menggeser sedikit kedua jempol dokter yang sudah denga sarung tangan dan kain kassa itu memasukkan kedua jempolnya ke rahang pasien itu, sedangkan jari lainnya memposisikan letak rahangnya. Dari luar. “Belum.. keras banget..” dokter belum bisa memposisikan rahang. Kemudian dokter mencoba lagi.. masih belum bisa. Kemudian si ibu nyeletuk biasanya disuntik dulu dok, supaya lemes ototnya.

[caption id="attachment_305482" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: kesehatan.kompasiana.com"]

13894480611477164394
13894480611477164394
[/caption]

“Ohya, diazepam, mas IV..” tutur dokter.

Pasien tiduran di bed, kemudian kakak perawat memasukkan cairan diazepam itu dari ampul, dan menyuntikkannya melalui intravena di lengan mbak itu. setelahnya si pasien mulai tenang, kemudian kembali pada posisi duduk seperti tadi. Kakak perawat datang dengan handskun, kemudian kasa dililitkan di kedua jempolnya, sama seperti yang dilakukan dokter tadi.

“Oke, sekarang duduknya tegak ya, merapat. Sama tembok. Nah jangan di tahan ya.. ini rahangnya mau di balikin posisinya..” tutur kakak perawat dengan terapeutiknya. Si pasien mengangguk.

Dengan tenang, kk peraawat menggeser perlahan.. dan hanya sebentar..

“Udah? Udah pas posisinya?”

“Iya sudah..” jawab pasien. Waah sudah kembali di posisi semula. Si pasien sudah bisa mengatup mulutnya. Kemudian kk perawat mengambil kasa gulung, kemudian mengikat kepala pasien melingkar sesua wajah dengan kasa gulung itu.. tak lupa kk perawat mengikatnya dan menyelesaikan ikatan berbentuk pita. #eaa kak kenapa gak pake kasa warna pink kak sekalian? :3 yak itu supaya posisi rahang gak terjadi resiko geser lagi tuh. : )

“Alhamdulillah, untung bisa langsung balik ini.. kalo harus dirawat dulu, repot juga dia kan mau UAS.. makasih ya dok, sus, mas perawat.. yang lain juga ya.. kalau menguap jangan besar-besar..” #plak! Iya serius ini pesan dari ibunda sang pasien. Pelajaran hari ini: Menguaplah dengan santun, jangan lebar-lebar, nanti dislokasi rahang! ;3

Itu doang kisahnya?buanyaaak bangeet. Tapi gak mungkin di posting semua, selain resiko tinggi jari saya keriting, resiko juga yang baca bosen. Hehe, ohya ini aja udah 9 halaman Ms.Word. banyak deh kejadian, anggap aja semua kejadian disini jadi wisata hati. Refleksi diri. Tetap yang diambil adalah hikmah nya, gak ada yang lain. Makasih banyak yang sudah membaca ribuan kata ini dengan runut, dan makasih sudah membuka judul postingan ini, walau hanya baca sekilas hehe. Semoga tulisan ini minimal bisa mejadi tulisan yang dapat ‘menemani dan menghibur’ sebagai tingkatan menulis yang paling awal. Karena kata Penulis Tere Liye: Menulis itu, levelnya ada 3.. level yang pertama adalah menemani dan menghibur, kedua: bermanfaat, ketiga: menginspirasi.

[caption id="attachment_305485" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: pribadi. kami bukan jamaah haji, doain ya hehe. bukan inilah perlengkapan yang harus dibawa para petugas IGD. tas kecil. tas kecil ini berisi Handskun kurang lebih 5 pasang, masker kurang lebih 3, gunting kecil, stetoskop, alat tensi darah, pena, buku catatan kecil."]

1389448556428819244
1389448556428819244
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun