[caption id="attachment_317715" align="aligncenter" width="377" caption="dok.pribadi. penjelasan inform consent"][/caption]
Hari Sabtu(29/03/14) bukanlah hari libur bagi kami seperti biasanya. Hari sabtu kali ini kami harus melapor ke ruangan di Rumah Sakit yang menjadi tempat kami melakukan praktik di rumah sakit seperti biasa. KMB 4 adalah targetan kali ini. Ini adalah praktik lapangan di rumah sakit yang terakhir yang akan kami jalani. Setelah dari tingkat 1 dan seterusnya kami menjalankan praktik dengan berbagai rasa di tempat yang berbeda-beda dan derajat kesibukan yang sama: sibuk.
Selama 29 hari kami akan berdinas, sebagian dari kami akan bertugas di rumah sakit ketentaraan, yaitu rumah sakit tipe C. Dan sebagian lagi bertugas di rumah sakit milik pemerintah, RS tipe B. Aku salah satu yang beruntung, karena mendapatkan jatah tugas di rumah Sakit milik pemerintah. Hari ini, kami telah laporan ke ruang Mawar. Dan di sambut hangat oleh Clinical Instruktur kami, Kak Pipit, panggilannya. Selama kami laporan, baik CI, maupun kepala ruangan selalu menekankan pada kami untuk sadar diri dan lebih aktif kreatif karena kami adalah TINGKAT TIGA, penekanan 2 kata itu selalu diucapkan berulang-ulang. Kata TINGKAT TIGA adalah salah satu kata yang menjadi beban bagi kami, dimana tingkat tiga adalah tingkatan sudah senior dan mumpuni dalam praktik keperawatan. Beban? YA. Takutnya kami mengecewakan. But, ada rasa tertantang pada diri kami masing-masing, dan insyaAllah kami bisa melaksanakan sesuai pengalaman yang telah kami jalani sebelumnya.
[caption id="attachment_317711" align="aligncenter" width="377" caption="dok.pribadi. suasana di SMP"]
Bukan, bukan tentang laporan di RS yang akan aku bahas kali ini. Karena tentang ruang Mawar akan aku posting kelak setelah merasakan dinas disana selama beberapa hari. Kali ini aku akan membahas mengenai serunya melakukan Uji Validitas dan Realibilitas di sekolahan. Sebagai peneliti *eh, jangan ketinggian deh ya bahasanya, hmm sebagai mahasiswa tingkat akhir, melakukan uji validitas penting dilakukan, sebenarnya yang melakukan uji validitas adalah perangkat komputer. Oke, Uji validitas ini digunakan untuk mengetahui angket/kuesioner kita akan diterima dan dapat dijawab responden atau tidak. Oleh karenanya responden pun harus sesuai dengan kriteria inklusi.
[caption id="attachment_317712" align="aligncenter" width="377" caption="dok.pribadi. anak-anak pramuka sedang duduk santai menunggu teman-temannya datang"]
Kriteria inklusi adalah kriteria atau semacam persyaratan bagi orang yang bisa mengikuti atau menjadi responden di penelitian kita. Dan jangan lupa, jika ingin uji validitas, ketentuannya adalah mereka yang berbeda institusi, namun sesuai dengan kriteria inklusi kita. Misalnya penelitianku mengharuskan siswa SMP kelas 8, harus berusia 14 – 16 tahun, laki-laki atau perempuan, sehat walafiat. Nah untuk uji validitas, aku menggunakan kriteria inklusi diatas itu, agar sesuai. Bedanya, mereka beda sekolah. Aku penelitian di sekolah A, maka aku melakukan uji validitas di sekolah B.
[caption id="attachment_317713" align="aligncenter" width="377" caption="dok.pribadi. sambil menunggu teman-teman lain dataang"]
Gak ada yang lebih seru dari perjuangan menikmati prosesnya. Hari ini aku sendiri sudah janjian pada teman semasa Taman Kanak-Kanak, jauuuh banget ya, masih inget aja kan? Hebat kan?hehe. dia juga merupakan salah satu alumni dari SMP B ini, sekaligus pembina Pramuka disekolah itu. Setelah sampai di sekolah yang bertempat di Kemiling ini, kami menuju sanggar pramuka. Ternyata memang ada jadwal latihan pramuka, dan hari ini karena besok libur, mereka hanya melakukan bersih-bersih saja. Awalnya mereka bertanya-tanya, dikira aku mau kasih imunisasi atau nyuntik katanya -_- laah padahal aku sendiri pakai seragam putih-coklat, pikirannya udah kritis banget, beda di SMP sebelumnya kan saat presurvey memang pakai seragam putih-putih, lah ini pakai seragam putih-coklat pun dikira mau nyutik, dasar anak muda -_-
[caption id="attachment_317714" align="aligncenter" width="377" caption="dok.pribadi. mulai hadir sedikit demi sedikit hehe"]
Kemudian kawan TK ku itu, mengajak muridnya ke dalam kelas yang kosong. “Mau ngapain?” tanya beberapa siswa. “Mau disuntik ya kak? Mau diambil ginjalnya?” tanya teman lainnya. *ambruk ditempat* ini anak-anak beneran udah terpengaruh film bunuh-bunuhan kali ya. “Enggak cuma sebentar kok, isi soal aja. Soal biologi tentang reproduksi...” jawabku. “Oo yaya, sip, saya suka plajaran biologi mbak, apalagi pelajaran reproduksi..” jawab anak laki-laki lain. Dengan semangat mereka masuk kelas.
Sedikit demi sedikit mereka berkumpul, masuk kedalam kelas. Baru 19 orang, tapi jadilah untuk diawal kuesioner dibagikan. Soal dibagikan, pertama tentu perkenalan dan menjelaskan inform consent penelitian. Mereka harus menjawab 20 soal dengan jenis soal pilihan ganda, dan tidak boleh mencontek. Mereka mengerjakan dengan tenang, walau ada beberapa yang nyeletuk dengan pertanyaan-pertanyaan isengnya.. “Mbak, kok gak ada pilihannya cuma perempuan atau laki-laki?saya kan setengah laki-laki setengah perempuan..” diikuti tawaan temannya lagi. Udah ah skip aja, manusia pubertass -__-
[caption id="attachment_317716" align="aligncenter" width="377" caption="dok.pribadi. serius-serius bangeet"]
[caption id="attachment_317717" align="aligncenter" width="377" caption="dok.pribadi"]
Kemudian tak lupa untuk dokumentasi, sepanjang mereka mengerjakan, kamera membidik mereka dengan keseriusan. Ada yang mengerjakan sambil pegang-pegang jakun, ada yang sambil menerawangkan mata, ada yang sambil bercandaan sama temannya. Namun mereka tetap pada pengawasan, yaitu mengerjakan sendiri dan tak menggunakan jawaban dari temannya.