Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... Perawat - A Nurse

wanita muslim, senang menulis, seorang perawat, Pejuang Nusantara Sehat Batch 2 Kemenkes RI. Punya banyak mimpi. twitter: @rintawulandari Karya yang pernah di terbitkan: - Tahun 2011 menulis buku bersama empat orang teman SMA berjudul “Buku Penting SMA” (Pustaka GoodIdea Indonesia), menulis cerita anak berjudul “Pelajaran Buat Kiki” (Lampung Post), cerita anak “Hantu Toilet” ( Lampung Post )- Tahun 2013 menulis antologi kumpulan cerpen berjudul “Dakwah dan Cinta” (Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerita anak berjudul “Pelangi untuk Ananda” ( Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerpen horor berjudul “The Haunted Night” (Meta Kata), antologi kumpulan cerpen horor komedi berjudul “Hantu Koplak in Action” (Publishing Meta Kata), cerpen yang berjudul “Jiwa Yang Luka” menjadi nominasi cerpen Favorite oleh event LMCR Rayakultura Rohto, cerpen berjudul “Cerita Lain pada Pantai Itu” diterbitkan dikoran Dinamika News, antologi kumpulan cerpen "Ruang(tak bernyawa)" oleh Az-Zahra Publisher. Tahun 2014; Cerita Anak Kode Rahasia Dika (Lampung Post), juara 3 even Phobia (Cerpen: Darah? No!)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Romantisme Kesyukuran di Ruang Mawar

5 April 2014   05:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:03 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_318576" align="aligncenter" width="505" caption="sumber foto: tri-corner.blogspot.com. Romantisisme bunga mawar"][/caption]

Ruang Mawar di Rumah Sakit daerah ini adalah ruangan pertama tempat kami berdinas. Kami mahasiswa tingkat III yang memasuki target kompetensi KMB 4 (Keperawatan Medikal Bedah) setelah sebelumnya KMB 1,2,3 berhasil kami lalui. Ruang Mawar adalah ruangan bedah khusus wanita, seperti namanya salah satu jenis bunga menjadi simbol ruangan wanita dirumah sakit ini. Sedangkan ruangan dengan simbol burung, seperti ruang Gelatik, Murai, dkk adalah untuk ruangan Pria.

Mawar memiliki ruangan yang banyak, mulai dari kelas II. Kelas IIA, IIB,IIIA,IIIB,IIIC,IIID, Kamar Ulkus dan kamar Kemoterapi. Karena ruangan ini adalah ruangan bedah, jadi penyakit yang rata-rata dialami pasien mengenai penyakit dalam, ada juga pasien yang sedang menunggu akan di operasi, maupun pasca operasi. Dan tentu jika kita tengok tulisan diatas, ada ruangan U.L.K.U.S tentu sudah tak asing bagi orang kesehatan, dan bayangan dahsyat mengenai nama ulkus. Sejenis luka, luka luar yang dahsyat, bahkan bisa ter-ter-terrr deeh. Ruang Kemoterapi, adalah ruangan para penjuang, manusia yang hidup dengan kanker namun tetap bermartabat karena mereka yakin berusaha adalah lebih baik daripada meratapi keadaan.

Menjadi mahasiswa tingkat III ditengah ruangan dengan pasien padat merayap, eh maksudnya perhari selama aku dinas 4 hari ini, pasien yang ada diruangan mawar tak jauh dari 40 oramg, bahkan dihari ini ada 44 pasien. Dahsyat ya? Kakak perawatnya yang dinas dipagi hari lumayan banyak. Namun sama saja, karena sebagian besar kakak perawat mengurusi administrasi pasien yang akan Kemotrapi, dan lain sebagainya. Namun perawat yang benar-benar terjun hanya 2 orang sebagai PJ Tim. Tim 1 dan Tim 2. Kami adalah anggota tim-tim tersebut. Minggu ini mahasiswa yang praktik diruangan ada 3 institusi. Tingkat 1 Keperawatan AKBH, Tingkat I Kebidanan Wira Buana (mereka hanya dinas pada shift pagi dan sore saja) dan kami Tingkat III Keperawatan Poltekkes Tanjung Karang.

Dari awal sudah ditekankan, bahwa ada sensai yang berbeda saat kamu mendapati posisi sebagai tingkat III, apalagi mahasiswa yang praktik di rumah sakit tersebut keseluruhan tingkat I otomatis kamu adalah paling senior. Dari awal Clinical Instructure kami sudah menekankan, bahwa yang dinas pagi harus lebih banyak dari shift lainnya. Karena para pria di kelompok kami dinasnya di ruang Kutilang, dan kami 7 perempuan dinas di mawar. Maka pembagian adalah pagi 3 orang, sore 2 orang, malam 2 orang. Saat pre confrence karu, kakak perawat lainnya selalu pesan untuk membimbing adiknya yang tingkat I, pesan itu ditujukan pada kami, tingkat III. Jika ada apa-apa sesuatu yang masih membuat adik tingkat I bingung, entah itu membereskan infus macet dll, mereka lapor pada tingkat III, disisi lain, kami sudah lebih dipercaya untuk melakukan tindakan sendiri, untuk bagi tugas dengan kakak ruangan. Kakak ruangan menyelesaikan tindakan pada pasien A, sedangkan kami yang tingkat III mengerjakan tindakan pada pasien B, tentu semua dalam pengawasan sembari kakak ruangan melakukan tindakan lain, sedangkan mahasiswa tingkat I cukup bisa diandalkan sebagai asisten hehe.

Tiba-tiba sudah masuk kelembar kedua aja nih, beda sama ngerjain KTI yah, yang ngetiknya bisa berminggu-minggu hehe. Oke, kita memasuki kisahnya..

KAMAR ULKUS

Aku mendapat shift SORE, PAGI, PAGI,PAGI, MALAM. Jadwal dinas yang mantap yaa? Dengan kesibukan full di pagi hari. Pagi hari ada buanyaaak sekali tindakan. Tim 1 dan Tim 2 sama saja, sama-sama ada GB(Ganti Balutan) sama-sama ada NGT, Kateterisasi dkk. Cukup melelahkan dan seru adalah saat kita GB. Khususnya Kamar Ulkus. Disini keseluruhan pasien dengan luka. Luka karena Kanker. Berbagai jenis kanker ada disini. Ada juga pasien luka bakar grade 2 yang mengenai seluruh kaki dan tangan kirinya.

[caption id="attachment_318577" align="aligncenter" width="303" caption="dok.pribadi"]

1396624556513535902
1396624556513535902
[/caption]

Hari pertama dinas pagi, aku mendapati diri menjadi Tim 2. Rutinitas pagi hari yaitu ganti balutan. Jadi ingat terakhir ketemu wewangian ulkus saat tingkat II diruang kenanga. Kini bertemu lagi, how sweet this! Pertama aku membantu kak Nuki, sebagai PJ tim 2 ini untuk GB seorang nenek dengan luka bakarnya,buka perbannya. Karena masih awal aku membuka dengan menggulung perban sedikit demi sedikit sampai akhirnya ditegur untuk menggunting saja perbannya daripada menggulungnya. Perban semakin dibuka, wangi semakin semerbak, wangi tambaaaah wangi, hidung yang tertutup masker mulai bereaksi. Oke baiklah, ini cobaan, ini tantangan. Pada bagian perban yang kering dan sukar dibuka, di guyur NaCl dulu, supaya perban jadi lunak dan si pasien juga ga kesakitan. Aku hampir membersihkan bagian luka, tiba-tiba Icul memanggil yang untuk membantunya melakukan GB pada pasien lain dengan luka di tengkuk kakinya, oke kemudian adik tingkat I beralih membantu kak Nuki melakukan GB.

Kali ini pasien dengan luka pada tngkuk kaki kirinya, yakni pada lututnya. Lututnya membesar, beliau mengidap Osteo Sarcoma. Di ruangan ini karena memang luka cukup besar dan lebar, kemudian nanah terus mengalir, dan ditakutkan resiko perdarahan, maka perban yang digunakan tak hanya kassa saja, namun menggunakan Softex atau pampers bayi sebagai deeper (agar nanah terserap, tak tercecer jika terjadi perdarahan, bisa tertahan oleh deeper ini), yap disisi lain kita harus paham, ada sesuatu yang bisa digunakan untuk menolong dan sebagai antisipasi agar tak terjadi hal yang tak diinginkan seperti blooding.

Oke, kami membuka plester dan pampers itu perlahan, semakin lama aroma mulai terasa, lagi, ini adalah tantangan. Dan aku selalu menguatkan hati untuk melakukan segalanya dengan niat tulus, dan ikhlas agar semuanya tak terasa sebagai beban. Setelah kami buka, pampers yang sudah penuh itu kami gulung dan kami masukkan kedalam plastik sampah yang sudah disediakan keluarga pasien. Saat menggulung, apa rasanya?hangat! seperti ada pipis bayi di dalamnya, berarti nanahnya sedang hangat hehe *maapjorok* kami membersihkan, menekannya perlahan sehingga keluarlah nanah dan segala jenis sesuatu yang padat dari luka beliau yang hanya 3 titik itu, setelah dirasa tak ada nanah yang keluar lagi, kami membersihkan permukaannya, memberikan cairan NaCl dengan merata, menutup bagian luka dengan kassa steril yang sudah direndam NaCl kemudian kembali menutup luka dengan softex dan pampers bayi yang baru. Memplester dengan baik agar tak masuk kuman dan membersihkan bagian bawah, kaki si ibu atau perlaknya dengan larutan antiseptik. Kemudian kami melakukan tindakan lainnya.

Semakin tinggi tingkatnya, semakin lebih leluasa melakukan tindakan dan entah apa ya, tertekan atau tertantang namanya ini, saat itu kakak perawat meminta aku meng-infus salah satu pasien diruang lain. Melakukan infus pada pasien memang bukan hal pertama, namun beliau meminta dengan kalimat.. “Adek, infus Ibu M ya, bisa ya, sudah tingkat III kan?”. Tentu saja segera aku kerjakan, namun kalau dipikir-pikir, kenapa harus dengan penekanan kata tingkat III nya itu ya? -_- oke karena tertantang dan agak ‘gimanaa’ kalau gagal tusukan infus pertama, jadilah aku mengerjakan dengan detil, menyiapkan plester, mencari pembuluh yang lurus, pembuluh yang agak besar supaya gak plebitis, kulit manula beda dengan kulit biasanya, memasang torniket dan lainnya dan kakak ruangan melakukan tindakan lain.

Oke dapat, darah sudah masuk pada pamflon, mulus, plester awal, selang infus yang terpasang di sambung pada pamflon. Cakep! Lalu mulai menaikkan roda tetesan infus, dan... “Kok darahnya naik ya? -_- waduhh. Dilihat-lihat.. gak plebitis, gak bengkak, ekspresi pasien biasa aja.. sakit gak nek?”

“Ndak kok..”

Masih bingung, mikir untuk beberapa saat, kenapa bisa naik, ini apa yang salah ya? Kemudian icul lewat, aku bertanya pada Icul, “kok gini ya cul? Padahal masuk loh cul, mulus, kok gak netes ya malah darahnya naik?”

Icul diam, mengamati. “Ini Rintaaa..” sambil memencet torniket yang masih terpasang ketat di lengan si Nenek. Torniket dilepas, tetesan infus mengalir deras.

“Yaaa ampuun! Iya juga ya! Duh bener-bener lupa kalo ada torniket masih kepasang gitu cul..” #tepokjidat. Si pasien juga ketawa-tawa aja, tentunya aku minta maaf sama si Nenek atas kehilapan ini hehe, untungnya khilafnya gak sampe yang buat kacau hehe, harus lebih jeli lagi nih.

RUANG KEMOTERAPI

Salah satu yang buat interest dan penasaran adalah ruangan kemoterapi ini. Gimana tidak, dari awal laporan ruangan aja, kak Pipit sebagai CI kami udah mengajari kami bagaimana cara Irigasi pasien yang akan kemoterapi, beliau sudah menjelaskan step-stepnya, sebelum kami berdinas. Kak Pipit juga menjelaskan “Kalau dinas di mawar, yang harus siap di kantong baju adalah masker, handskun, termometer, spidol, tensi ya di tas aja..”

Dari bayangan awal saat masih kecil, dari sinetron atau film tentang kemo-kemoan, tebayang kalau kemoterapi itu adalah pengobatan kanker dengan cara yang maha dahsyat, dengan sinar dimana-mana, dengan lampu yang menyala-nyala dan si pasien tidur kaku dibawahnya, dan lain-lain. Ternyataa bayangan dari sinetron itu salah besar. Ini sebenarnya penonton yang salah persepsi atau si pembuat sinetron agak lebay ya?

[caption id="attachment_318578" align="aligncenter" width="303" caption="dok.pribadi. ruangan kemoterapi"]

1396624597568535109
1396624597568535109
[/caption]

Tiga hari berturut-turut, dinas di shift pagi, jadi anggota di Tim 2 juga berturut-turut jadi lebih paham dengan rutinitas di siang hari ini. Perlu diingat untuk gak berlama-lama diruangan ini selama si pasien dalam masa pengobatan untuk menghindari efek radiasi. Oke untuk mahasiswa tingkat III lainnya, yang akan memasuki ruangan Mawar, berikut adalah step cara irigasi untuk persiapan pasien kemoterapi, mari simak!

Sebelum irigasi, lakukan pengecekan dibawah ini.

1.Absensi dulu, pasien mana yang sudah ada diruangan, dan pastikan dengan kakak ruangan mengenai jumlah pasien yang akan di kemo hari ini.

2.Cek obat yang sudah di tebus keluarga pasien. Kalau obat-obatan yang ada sama pasien biasanya hanya peralatan infus set, plabot NaCl, ampul IV ondansentron, ranitidin, dexamethasonsemacamnya untuk mengurangi mual dan ada juga dengan ampul IV anti alerginya.

Setelah pengecekkan beres siapkan spidolnya, oh ya melakukan apaaapuuun diruangan ini harus pakai handskun ya, walaupun hanya menensi darah, karena bersentuhan dengan pasien dan pencegahan infeksi nosokomial hehe. Ini step irigasinya:

1.Spidol siap, tulis kata “BILAS” besar-besar.

2.Siapkan tiang infus, siapkan plester sepanjang telunjuk jari, tempelkan di tiang infus.

3.Siapkan infus set, dengan plabot NaCl. Alirkan pada selang infusnya, jangan sampai ada udara.

Udah, itu aja. Nanti kakaknya yang pasangin infus. Karena rata-rata pasien yang sudah kemoterapi 1 kali pembuluhnya akan menghitam, selain itu pemasangan infus gak boleh sembarangan, karena harus dijamin gak akan macet selama 2 jam kedepan saat fase pemasukan obat melalui infus. Sebagian besar ada pasien yang hanya kemoterapi saja, lalu pulang, sebagian lagi jika rumahnya jauh ada juga yang masih menginap dulu diruangan. Obat Kemoterapi ini jenisnya cair saat sudah di berikan keruangan kemo. Gak tau jenis awalnya, karena disebelah ruang kemo ada ruangan farmasi khusus. Steril. Disana tempat pengoplosan atau pengolahan obat kemoterapinya. Kalau kata Vivin, awalnya dia pikir itu tempat bayi, karena ada sejenis box seperti boxs bayi yang ada bolongan untuk tangan saja itu hehe.ternyata itu adalah tempat steril pengolahan obat kemoterapinya. Ketika obat kemo datang..

Obat Kemo sudah dalam keadaan berada di plabot (botol infus) dengan cairan warna merah atau bening. Di label botol infus tertulis lengkap nama pasien yang dituju, data obatnya, dosisnya dan lainnya, dari ruangan farmasi itu, para botol infus yang berisi obat berada di box agak besar, seperti box penjual es itu. di mulut botol infus pun sudah diberi plastik untuk menutupi dan mengurangi radiasi. Jangan sekali-kali menyentuh plabot infus ini tanpa handskun yaa, bahaya radiasi. Di plabot juga tertulis, ‘Jangan Dikocok’ otomatis kita harus pelahan memindahkan obat-obat kemo tersebut, jangan terjadi guncangan kuatatau semacamnya.

Setelah obat sudah berada disisi pasien masing-masing kakak perawat memasang infusnya, mengalirkan dengan cairan NaCl sebanyak 100cc saja. Kemudian kakak perawat menandai obat mana yang akan diberikan lebih dulu, cairan obat mana yang diberikan terakhir. Biasanya jika cairan obatnya ada 2, merah dan bening, obat yang bewarna merah adalah cairan obat pertama dipasang. Biasanya. Sebelum memasukkan obat pertama, sebelumnya pasien dilakukan ‘premed’ alias pre medication. Sebelum melakukan kemo, pasien diberi obat melalui IV dengan obat injeksi, ondansentron, ranitidine, dexamethasone dkk penghilang rasa mual, pencegah alergi dan lain sebagainya itu, yak obat-obatan itu sudah jadi paket bagi para pasien.

Setelah cairan NaCl masuk sekitar 100 cc lebih, pemasangan obat pertama siap dilakukan. Jangan lupa handskun! Pasang seperti biasa botol infusnya, tapi untuk menghindari macet karena ujung selang tertutup plastik di moncong plabot, tarik lagi ujung penusukan plabot keluar, kemudian masukkan lagi, setelah yakin ini kuat, stabil, pasang seperti biasa plabot infusnya. Biasanya cairan obat ini hanya berisi 300 ml atau 250 ml saja makanya sering-sering di cek, atau buat tetesan infus agar habis dalam 1 jam. Setelah obat 1 habis, pasang lagi cairan NaCl, untuk membilas obat pertama yang mungkin masih menempel pada selang infusnya. Biarkan alirannya sampai 100 cc atau lebih sedikit. Kemudian pasang kembali obat kemo yang kedua. Setelah cairan obat kedua masuk, sisa cairan bilas NaCl itu pasang kembali, dan dihabiskan saja. Begitu selanjutnya.

OBROLAN BERSAMA PASIEN KEMO

Sebelum pemasangan obat, aku sedikit mengobrol pada pasien yang akan melakukan kemoterapi. Rata-rata mereka mengidap Ca Mamae di salah satu payudaranya. Obrolan pelan-pelan merujuk pada awal mereka mengidap, jawaban mereka beragam. Kemudian aku tanya tentang efek kemo yang sudah mereka hadapi, ya mereka mengaku selain sering mual muntah, efek yang paling terasa dan mengganggu citra diri adalah kerontokan rambut yang rontok gak sedikit sedikit, tapi langsung lepas semua. Sembari menunjukkan kepala mereka yang sudah licin itu, aku sungguh gak meminta mereka menunjukkan loh ya, mereka yang mengenakan topi atau jilbab itu menunjukkan sendiri kondisi kepalanya.

Salah satu pasien mengaku, setelah kemo pertama, saat rambutnya sudah plontos si ibu ini gak mau lagi kemo. Beliau marah, kenapa jadi begini rambutnya yang panjang sepinggang habis semua. Sempat ia berfikir “Untuk apa Kemo lagi, kalau gak menyembuhkan. Karena kata perawat di dekat rumah saya, Kemoterapi itu hanya mencegah, gak membunuh sel kanker..ah rasanya waktu itu mendingan saya mati aja”

Aku juga bingung itu teori dari mana ya, setahuku pencegahan kanker dengan pola hidup sehat dan menjauhi makanan junk food. Kemudian ibu itu melanjutkan lagi..

[caption id="attachment_318579" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: sehatkufreemagazine.wordpress.com. salah satu efek kemoterapi"]

13966247831117657021
13966247831117657021
[/caption]

“Terus gak tau kenapa, waktu itu kaki saya ingin masuk aja keruang mawar. Padahal gak ada siapa-siapa yang lagi sakit disana. Terus saya ketemu ibu-ibu diruangan sebelah itu... ibu otu habis operasi kanker juga, terus si ibu itu malah marahin saya pas tau saya gak mau di kemo lagi.. gini katanya.. Kamu itu bodoh, tolol! Kenapa kamu gakmau di kemo lagi? Kita itu harusnya usaha, itu kemo bunuh sel-sel kanker kita.. suaranya keras banget lagi Sus, sampe dilihat pasien lain..”

“Terus ibu marah, kesel?” tanyaku,

“Enggak, malah saya sadar dan pas itu anak saya juga cari-cari diinternet tentang kemoterapi, teru anak saya bilang.. ‘Buk, kemo itu bunuh sel-sel kanker buk,bukan untuk mencegah...!’ dari situ saya langsung niat mau di kemo lagi. Saya semangat lagi..”

Padahal sesungguhnya fungsi kemoterapi sebagai penghambat atau menhentikan pertumbuhan sel kanker bu :’) Kemudian disusul pengalaman selanjutnya dari pasien lain, dan menjadikan hikmah itu makin bertebaran, hikmah jika kesadaran diri atau saat terpuruk kadang ada orang lain yang memberikan kita jalan sebagai ajang mencari jalan keluar. Dimana ikhtiar adalah lebih baik dari pada meratap, dimana keputusan Allah dan segala takdirnya hanya Allah yang tahu, karena manusia hanya menjalankannya, mengolah jalan menuju ketetapan Sang Kuasa. Teringat Quran Surah Ar-Rahman, kalimat yang berulang 31 kali Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) yang terletak di akhir setiap ayat yang menjelaskan nikmat Allah yang diberikan kepada manusia.

Ada banyak yang harus kita syukuri, sebagai manusia yang masih diberi kesehatan. Saat disekitar kita ada berbagai pasien dengan segala kondisi yang beragam. Bagaimana perasaan mereka, raut keluarga pasien yang harap-harap cemas menunggu kerabatnya, bagaimana pasien menjalani hidup dengan penyakitnya. Lalu bagaimana dengan kita? Masih mengeluh? Masih kurang bersyukur? Maka ketika berada disekitar para pasien, derajat kesyukuran ini makin bertambah, Alhamdulillah, sehat masih di raga ini. Alhamdulillah masih bisa menjalankan segala aktivitas, Alhamdulillah masih bisa menyebut AsmaNYA, Alhamdulillah masih bisa membaca Qalam nya. Tinggal tetapkan diri ini untuk konsisten lebih baik, InsyaAllah : )

Salam Semangat Mahasiswa Tingkat Akhir!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun