[caption id="attachment_324061" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. kenalin, namanya Albertin, seperjuangan haha"][/caption]
14-15 Mei 2014
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) masih berlanjut. Mulai hari selasa 14 Mei 2014, sampai 3 hari kedepan adalah kesempatan kami untuk beredar mengelilingi Pringsewu barat, untuk mendata kesehatan para warga disana. Kami sudah dibagi menjadi beberapa tim, menyebar ke beberapa RT yang telah di tentukan. Aku sendiri dapat lingkungan 4. Kelompok ku ini punya 8 orang, sedangkan RT di wilayah ini ada 6. Kami sudah memperhitungkan berapa sampel yang diperlukan sesuai target sasaran, yakni 50% dari populasi.
Langsung saja, ada berbagai cerita mengenai serunya mencari data ini, berjuang agar data terisi seluruhnya, dan berharap diterima dengan baik oleh rumah yangkami datangi, sehingga tercapailah tiap langkah tugas dari masing-masing kami. aku sendiri mendapat target untuk mendata ke 23 KK. Tiap orang pun sama, mendapat 23-25 KK. Karena Pringsewu barat emmeiliki masyarakat yang padat dan ramai.
Hari pertama, aku dan mbak Bet, panggilan untuk Albertin Rezti Yunita. Kami mendata pukul 11 pagi, karena ada berbagai hal yang harus dibicarakan kelompok dan ada beberapa dosen yang datang untuk memberikan pengarahan. Kami mulai dari RT 03. Sebuah rumah gribik berukuran 6x9 menerima kami dengan senyum ramah seorang nenek dan kakek, di tempat kami mendata perdana itu, ada seorang ibu pula yang sedang main disana, mau numpang nonton TV katanya. Sip, jadilah, si ibu yang berkunjung pun kami tanyai tentang informasi kesehatan keluarganya, sambil menyelam minum air, kami bisa dapat 2 KK sekarang. Dan untuk bagian pengisian observasi lingkungan rumah, kami mendatangi rumah beliau dibelakang.
Sebanyak 180 pertanyaan yang harus kami isi dengan pilihan Ya, tidak, atau isian usia, atau pilihan mengenai macam KB dan sebagainya, berbagai bisang kesehatan tercurah disini, sesuai jurusan di poltekkes. Kalau tidak di antisipasi, bisa-bisa warga yang ditanyai bosan jika kita bertanya dengan cara monoton. Ada berbagai cara untuk membuat pertanyaan ini menjadi obrolan yang santai, sambil mengisi pertanyaan di tiap lembar kuesioner ini. Pertama, mengobrol diawali dengan pertanyaan keluhan kesehatan yang dihadapi warga sebulan terakhir, tanya tentang penyakit yang diderita, sambil mengobrol, alihkan obrolan dengan pertanyaan masakan, seberapa sering masak makanan atau buat minuman manis, pakai micin atau tidak dll, tanya lagi tentang kesehatan gigi dan mulut dan lain sebagaianya, sambil mengobrol ringan, kamu bisa terus menceklis di sela obrolan. But, jangan kelamaan!
[caption id="attachment_324072" align="aligncenter" width="303" caption="dok. pribadi. mendata wargaaa"]
Tiap rumah maksimal 30 menit, itupun masih kelamaan, 20 menit deh. Soalnya kita hanya diberi waktu mendata 3 hari, selanjutnya entry data. Kalo bisa 2 hari kelar, dapat 23 KK. Alhamdulillah aku bisa beres dengan 23 KK hanya dalam waktu 2 hari. Huaah, tapi serius, lelaaah, pagi, sore, malam, kamu harus siap keliling sesuai dengan keadaan masyarakat yang ada di rumah. Terkadang waktu jadi gak terkendali lamanya, kalau si warga sudah cerita kemana-manaaa, bukan termasuk pokok pembahasan dalam kuesioner, mari kita alihkan!
[caption id="attachment_324062" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi dirumah wargaa"]
[caption id="attachment_324063" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. warga sedang di tanyai berbagai hal tentang kesehatan keluarganya"]
Tak jarang, kami ditolak. Yak, penolakan itu sangat menyakitkan ahaha, mungkin karena masih awam, seumur hidup gak pernah ditolak kali yah *eh. Sebagian besar penolakan biasanya datang di rumah yang cukup besar, maklum, Pringsewu Barat, termasuk bagian dari kota, dengan rutinitas perkotaan dan kesibukannya. Seperti sore itu, setelah sholat ashar di musholla, aku lanjut mendata, aku dan mbak Bet menyebar, berpisah. Agar kami bisa mendapat data lebih banyak hari ini. Lanjut, di rumah itu ada 2 orang anak kecil.. dengan senyum ke-kanakan aku tanya..
“Ada ibu didalam?” senyum semenarik mungkin.
“Ada!ada! ada di dalam, masuk aja masuk..” tutur si anak lelaki berusia sekitar 6 tahunan, sambil tersenyum imut main sama temannya di depan rumah. Aku mengucap salam dari luar, terdengar suara bayi menangis. Ada seorang ibu keluar melihat dengan gaya khasnya, matanya seperti bicara apa-banget-sih-sore-sore-ganggu-aja.
“Bu, saya mahasiswa PKL dari Poltekkes, mau mendata kesehatan keluarga ibu sebentar ya, mau tanya-tanya sedikit tentang kesehatan dirumah ibu..” tuturku seramah mungkin.
“Waduh saya masih repot nih, lagian saya cuma main kesini, yang punya rumah gak ada, anak saya juga masih nangis terus...” tuturnya
“Oh, yaudah bu gakpapa.. permisi ya Bu..” tuturku masih berusaha senyum, pergi.
Mau tau apa yang di bilang adik 6 tahunan yang tadi?
“Pergi sana-Pergi.... pergi yang jauh sana..” ucap si anak kecil yang tadinya berwajah imut, sekarang berwajah ngeselin.
Oke fine, pertama si ibu udah boong, karena dia bilang kalo dia hanya main kerumah itu. padahal si anak kecil tadi bilang, ibunya ada di dalam rumah, kedua, si adik kecil tadi membuat aku seolah... apa ya? Seolah orang yang harus diusir keluar. Ah dasar anak kecil, untung saya mahasiswa perawat dik!yang punya hati seputih seragamnya hahaha *eh
Kalau dirumah warga yang lain, yang rumahnya rata-rata dalam pembangunan, atau rumah-rumah gribik yang berada disekitarnya, atau rumah-rumah dengan usaha warung atau tambal ban di rumahnya, selalu menerima baik kami. membukakan pintu, bahkan minta di tensi, yak kami memang membawa alat kesehatan, supaya bisa menensi para warga, atau ada lah info yang membekas pada merekam info tekanan darah mereka hehe. Terkadang kami disuguhi air minum dan pisang goreng, ada pula yang menyuguhkan sirup, namun tak jarang menebar ‘kemarau’ panjang saat mendata, eh kami sudah siap minuman tentu.
Dari atas kebawah, lewati gang-gang sempit, melewati sawah sepetak, kami datangi warga, pada pukul 9 pagi adalah waktu yang sangat pas untuk mendata, karena sebagian besar ibu rumah tangga yang memiliki rumah gribik, atau rumah kecilnya selalu bercengkrama dengan tetangga lain, nah disaat itulah kami bisa mendata para ibu, bahkan sekali mendata bisa dapat 3 KK! Tentu kami akan tetap mendatangi rumah si ibu, untuk mengisi bagian observasi dalam lembar kuesioner.
[caption id="attachment_324066" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. ibu pertama kali hamil tahun berapa? aduh saya lupa, saya ambil buku nikahnya aja ya, jadi deeh ditunjukin buku nikahnya :D"]
[caption id="attachment_324064" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. beraksiii"]
[caption id="attachment_324067" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi"]
WC CEMPLUNG
Apa yang difikiran kita tentang ini? Kalau tentang WC biasanya dikuasai oleh jurusan kesehatan lingkungan. Tapi tenangm jurusan keperawatan selalu memperlajari berbagai aspek kesehatan, mengenai WC ini pernah diajarkan saat aku tingkat 2, di pelajaran komunitas, kesehatan masyarakat. saat itu materi ini diajari oleh bu Yuliati Amperaningsih selaku dosen. Ada berbagai tipe tempat pembuangan, salah satu yang masih ada di Indonesia khususnya pedesaan adalah adanya WC cemplung. Memang baru kali ini kami menemukan warga dengan WC cemplung di LK 4 Pringsewu barat. Karena sebagian besar sudah pakai WC jongkok dengan septik tank nya.
[caption id="attachment_324068" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. WC cemplung"]
WC cemplung yakni tempat pembuangan kotoran manusia, yang kotorannya iu dibuang kesebuah tempat/ kolam yang berisi ikan atau sejenisnya. Seperti di rumah ini, WC cemplung berada di samping rumah, terdapat area kolam yang tak begitu besar, hanya sepetak. Tanah bagian lain gak terlalu besar, di sekitar ada hewan ternah bebek-ayam dan seperanakkannya. Dengan air sudah bewarna kehijauan karena lumut, dengan aroma yang... hmm sejenis bau kotoran manusia. Dan didalam kolam ada banyak ikan lele Kami melihat lokasinya, dan izin untuk memfotonya. Sambil menerawang.. waah Lele nya mungkin udah sebesar tangan kali yak, pasti montok-montok haha, jadi ogah makan Lele sekitaran pringsewu nih -_-
[caption id="attachment_324069" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. area sekitaran WC cemplung"]
WARGA ORANG KESEHATAN
Terkadang ketika kami memasuki rumah yang agak besar dan berkramik, kami agak ragu. Yang bikin kami tambah ragu adalah, kalau yang penya rumah juga orang kesehatan! Bukan apa-apa, tapi, jika yang punya rumah adalah seorang dokter, mantri, bidan atau dosen kesehatan kami agak.. hmmharus lebih menata ucapan, supaya ucapan kami seusai dan tidak jadi perdebatan. Malah takutnya malah di test sama warga yang orang kesehatan itu, kan agak canggung gitu.
Seperti saat itu, kami berkunjung kesebuah rumah di RT 03. Ditengah obrolan si ibu bertanya, ini mahasiswa dari mana ya? Kami jawab, kami mahasiswa Poltekkes bu.
“Ooh mahasiswa Poltekkes, sama Bu Tanti, Pak Purbi ya? Sering ketemu soalnya”
“He eh, iya bu... ibu saudaranya ?
“Oh, bukan, sering ketemu aja di kampus...”
“Oo ibu dosen Poltekkes juga?” tanya kami bersamaan. *biasanya dosen yang ruang kerjanya di Rektorat kurang kami hafal wajahnya*
“Bukan, ibu staf di Stikes Muhamadiyah Pringsewu sini.. kan Bu Tanti dan Pak Purbi juga ngajar disana..”
“Oo iya-iya bu..”
“Enak banget kalian, PKMD nya di kota. Kalau Stikes sekarang PKMD di desa-desa pedalaman sana..”
“Iya nih bu, tapi kami dibagi kebanyak wilayah kok bu, ada yang di pedalaman juga...”
Akhirnya kami permisi, karena sudah terlalu malam, dan takutnya si ibu bertanya macam-macam hehe, kami lanjut mendata rumah lainnya di malam itu :’)
[caption id="attachment_324070" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. kalo lagi pada ngobrol begini nih kesempatan, dapat banyak data warga hehe"]
ENERGI YANG BANYAK
Mendata bukan pekerjaan yang mudah. Selain banyak resiko penolakan dan pengusiran hehe, bahkan pernah juga teman malah dikira sales -_-. Kita juga harus memiliki fisik yang kuat untuk jalan kedana kemari dibawah teriknya matahari. Datang ke areanya memang dengan motor, tapikami harus jalan kaki karena rumah memang rapat, dan ada rumah yang masuk-masuk sampai kedalam gang kecil. Buat targetmu, target yang besar memungkinkan kamu mendapat jumlah data yang banyak, selama pukul 9 sampai jam 12 kamu bisa mendapat 11 data warga untuk 2 orang pendata. Lanjut jam 1 sampai jam setengah 4 kamu bisa dapat 19 data untuk 2 orang pendata, lanjut lagi pukul 7 sampai jam 8 jamu bisa dapat 8 data untuk 2 pendata. Dan sisanya bisa kamu lanjutkan besok hari. Setelah data terkumpul, kamu siap entry data yang lebiiih melelahkan itu. berkali-kali kami sering membawa obroloan tentang petugas sensus atau statistik, Ooh begini toh capeknya jadi petugas sensus, keliling panas-panasan.
[caption id="attachment_324071" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. kesawah sawah rumah wargaa :3"]
Kalau begini caranya, kemudian dalam hati saya berikrar: “Kalau sudah besar saya gak mau jadi petugas statistik, saya maunya jadi perawat dan penulis saja!”