[caption id="attachment_325294" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi suasana malam itu"][/caption]
Hari-hari masih berlanjut, masih di desa orang. Kami melanjutkan berbagai kegiatan, hasil dari Musyawarah Masyarakat Desa kemarin. Sebagian besar kegiatan memang sengaja di rancang fleksibel, menyesuaikan masyarakat sekitar. Hal itu dikarenakan, sulitnya mengumpulkan masyarakat apalagi masyarakat daerah Pringsewu Barat semi perkotaan, alias nyaris perkotaan dengan rutinitas yang padat dan kesibukan merayap. Kami memanfaatkan pengajian bapak-ibu untuk diselingi penyuluhan. Pengajian kapan? Seperti kita ketahui, pengajian biasa dilakukan di rumah-rumah warga, maupun di masjid.
Kemarin (22-Mei-2014), kami mendatangi pengajian bapak dan ibu-ibu. Di sebuah rumah. Setelah sebelumnya sebagian dari kami pun mendatangi pengajian di sebuah masjid. Untuk kelompok bagian ku pengajian di adakan di sebuah rumah di lingkungan 3 Pringsewu Barat, tentunya setelah berkoordinasi dengan pemilikrumah, dan izin ketua RT. Malam, setelah isya kami berangkat menuju rumah tersebut, sebuah ujian bagi kami, karena listrik sedang mati. Untungnya kami telah menyiapkan lembar balik, sebagai antisipasi, listrik mati, gak bisa nampilin Power Point yang telah kami siapkan.
[caption id="attachment_325299" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. bersalaman sebelum mulai acara"]
Sampai sana, para wanita harus masuk lewat pintu belakang, kata si bapak pemilik acara pintu depan untuk masuknya bapak-bapak. Oke kami lewat pintu belakang melewati dapur. Duduk disana, aah pakai baju panjang, plus almamater plus rok plus mati listrik tak ada angin sama sekali, membuat kami merasa sangaaat geraaah. Kaki dilipat, dan kesemutan -__-
Ibu-ibu mulai berdatangan, dengan bersalaman dengan setiap orang yang ada di ruangan itu.pengajian pun dimulai, dimulai pembukaan dari pemilik rumah, ustadz, dan doa untuk orang tersayang yang telah mendahului. Yasinan dimulai, kemudian dilanjutkan dengan sesi istirahat, yakni makan lontong sayur dari si pemilik rumah.
[caption id="attachment_325301" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. haha dalam keadaan kantuk, si lontong sayur bikin melek "]
Menikmati lontong sayur khas rumahan, khas pedesaan dengan telor bulat di dalamnya, dan kuahnya yang memang terasa nikmat, karena makan bersama-sama, haha padahal sore tadi aku baru makan masakan mbak bet di rumah -_-. Dan para warga makan habis semua yang dihidangkan di rumah itu, lontong sayur dihabiskan oleh seluruh warga, tanpa sisa.
[caption id="attachment_325302" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. ibu-ibu pengajian"]
Nah aku yang memang sudah kenyang, dan Vertia salah satu teman jurusan Analis kesehatan, juga baru makan tadi dirumah, terpaksa harus ‘memaksakan’ lontong sayur yang dihidangkan masuk kedalam mulut, lalu menelan paksa dengan dorongan air putih. gak enak kalau menyisakan makanan disana, sedangkan warga lain menghabiskan seluruh lontong sayur sampai habis di mangkuknya masing-masing :’)
Kemudian penyuluhan dilakukan dengan kolaborasi mahasiswi bidan dan mahasiswa keperawatan. Rasel dan Anton, mereka menjelaskan berbagai hal mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) serta berbagai hal mengenai ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) dari pengertian, pencegahan, sampai cara tradisionalnya penanganan pertama gejala ISPA.
[caption id="attachment_325304" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. para ibu mendapatkan leaflet agar informasi bisa dibaca dirumah"]
Ibu-ibu dan bapak-bapak yang duduknya dipisahkan sekat triplek itu mengamati dengan baik. Dan si bapak-bapak yang sedang merokok itu seharusnya tersindir karena salah satu penyebab terbesar ISPA adalah merokok dan asap rokok.
[caption id="attachment_325308" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. Bapak-bapak, merokok nya udahan doong, kasian, nanti ibu sama anak dirumah jadi kena ISPA :"]
Banyak pula warga yang bertanya mengenai masalah kesehatan yang tak sesuai dengan tema yang di angkat malam itu, seperti diabetes melitus, hipertensi dan lain sebagainya. Padahal penyuluhan ISPA da PHBS kami angkat sesuai survey yang telah kami lakukan. Aah sepertinya masyarakat kurang tertarik dengan ISPA nya hehe.
Setelah rangkaian acara selesai, kami dibawakan kue kotak dari pemilik rumah, seluruh peserta pengajian pun mendapatkannya. Kami justru dijamu, dan hal itu menandakan keterbukaan masyarakat yang telah menerima kami sebagai ‘warga’ sementara di daerah ini. Masih ada seminggu lebih untuk selanjutnya, kami akan mengisi dengan berbagai aktifitas sesuai target pencapaian kami. oke. Salam mahasiswa tingkat akhir! : )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H