Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... Perawat - A Nurse

wanita muslim, senang menulis, seorang perawat, Pejuang Nusantara Sehat Batch 2 Kemenkes RI. Punya banyak mimpi. twitter: @rintawulandari Karya yang pernah di terbitkan: - Tahun 2011 menulis buku bersama empat orang teman SMA berjudul “Buku Penting SMA” (Pustaka GoodIdea Indonesia), menulis cerita anak berjudul “Pelajaran Buat Kiki” (Lampung Post), cerita anak “Hantu Toilet” ( Lampung Post )- Tahun 2013 menulis antologi kumpulan cerpen berjudul “Dakwah dan Cinta” (Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerita anak berjudul “Pelangi untuk Ananda” ( Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerpen horor berjudul “The Haunted Night” (Meta Kata), antologi kumpulan cerpen horor komedi berjudul “Hantu Koplak in Action” (Publishing Meta Kata), cerpen yang berjudul “Jiwa Yang Luka” menjadi nominasi cerpen Favorite oleh event LMCR Rayakultura Rohto, cerpen berjudul “Cerita Lain pada Pantai Itu” diterbitkan dikoran Dinamika News, antologi kumpulan cerpen "Ruang(tak bernyawa)" oleh Az-Zahra Publisher. Tahun 2014; Cerita Anak Kode Rahasia Dika (Lampung Post), juara 3 even Phobia (Cerpen: Darah? No!)

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Dear Rafan,

4 Oktober 2014   04:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:27 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_345809" align="aligncenter" width="303" caption="dok.pribadi"]

14123479381116916517
14123479381116916517
[/caption]

Ah ya, beberapa hari setelah kelahiranmu, andungmu dengan semena-mena memberi nama panggilan kepadaku. “Hmm Rafan nanti panggil Wulan apa ya?” tanya nenek mu kepadaku. Aku diam, senyum. “Hmm Budang? Mak dang? Mak Wo?Cinda?Bungah?”. “Wiiih tua banget panggilannya” jawabku. diusiaku yang begitu kanak-kanak, 21 tahun, masa dipanggil Makdang, Budang, Makwo dan kawan-kawan. Aku tak setuju. Tapi akhirnya aku setuju dengan panggilan Cinda. Walau akhirnya sama persis seperti aku memanggil Cinda Ir, yang juga berprofesi sebagai perawat. Tapi aku, aku dipanggil Cinda Uni. Haha gatau itu bahasa ‘Cinda’ darimana artinya. Yang jelas intinya tante anak tengah. Sedangkan Uni adalah Kakak. Ninda memanggilku dengan sebutan Uni. Kami bukan orang Padang sungguh, tapi entahlah. Mungkin dalam bahasa Lampung juga ada kata seperti itu hehe.

Ada sesuatu yang berbeda dari datukmu (baca:kakek). Iya itu ayah ku. jadi datuk mu itu ada omongan unyu yang aku gak tau artinya. Haha biasa sekedar ngimbang sama bahasa bayi. Aneh deh kalo aku tulis, tapi logatnya lucu. Nah belakangan ini juga kau sangat akrab dengan datuk mu,Fan. Kau leih banyak tertidur di timangannya saat kau rewel. Ada sebuah jurus yang datukmu buat, seperti lagu ninabobo yang dikarangnya sendiri. Dengan kain gendong, kau ditimangnya. Datukmu sambil nyanyi “Ini Umpu ku, namanya Rafan. Umpu Tuha ku, namanya Rafan.” Begitu seterusnya pakai bahasa Lampung. Artinya “Ini Cucuku, namanya Rafan. Cucu tua ku, namanya Rafan”. Kata-kata itu terlantun dengan nada yang dibuatnya sendiri, sampai kami ngikik dibuatnya, karena nadanya yang rada lucu. Tapi tak apa. Toh kau tidur juga. Nyaman di timangan datukmu. Yang siap melihat kau tumbuh besar.

Teruntuk Andungmu. Iya aku ulang, ibuku. Artinya andung mu. Oke, Fan. Nah dia masih sigap mengurusmu. Selagi bundamu belajar mengasuh bayi. Ia yang memandikan mu. Kadang kau tidur dengannya. Kau merengek mau susu, dan diambilnya ASI dari kulkas, dan merendam botol ASI nya ke air hangat. Andungmu sangat menyayangimu. Ya, kami semua menyayangimu.

Nah, ada hal yang paliing membuatmu kesal. Aku tahu itu. yaitu ketika upilmu aku bersihkan!haha. tentu menggunakan alat yang baik, dan bersih, semacam besi kecil tapi tak tajam. Aku mencongkel perlahan, sampai kau bersin. Menarik lendir yang mengeras itu keluar. Supaya nafasmu tetap lega. Kau berontak. Kadang malah nangis sejadi-jadinya. Tapi tak masalah, yang penting upilmu bersih haha, tak ada yang luka, tak berdarah saat aku membersihkan upilmu kok. Ingat, tante mu ini lulusan Perawat. Hehe

Ah hampir terlupa. Saat kau lahir, kau dilihat oleh kami semua. Termasuk Om mu yang ada di Malang. Iya, adikku yang lelaki. Haikal namanya. Saat itu dia lagi liburan semeseter dari kampus Brawijaya nya. Dengan getol dia sering memfoto mu dengan berbagai ekspresi, supaya gak kangen katanya. Kelak kalau kau sudah bisa jalan, mau di ajak wisata ke Batu, Malang. Entah, supaya kau bisa mencicipi Apelnya orang Indonesia mungkin hehe.

Bucik. Kau memanggilnya itu. untuk adikku, Aninda. Remaja labil ini juga turut membantu mu. Paling tidak menjagamu. Tapi tak berani menggendongmu. Ohya, kemarin malam, kau meronta-ronta. Menangis sekencangnya. Tatkala Bucik mu menjatuhkan empengmu tepat di jidat mu. Merah memang. tapi nangismu, luar biasa. Melebihi tangis saat di suntik imunisasi saat umur sebulan -_-

Ah demikianlah, gak usah panjang-panjang. Setelah kau besar, kau bisa baca postingan Cinda mu ini. tak usah di eja, karena aku yakin kau cerdas dan dapat menyerap apa yang aku tulis. harapan terbesar adalah kau menjadi lelaki batak yang berguna, datukmu gak pernah kebayang punya menantu batak sebenarnya hehe. Menjadi rafan yang sehat, berbakti, dan selalu menjaga agama, keluarga dan nama baik. Sejak sekarang aku berdoa agar andung dan datukmu diberi usia yang panjang dan kesehatan oleh Allah, supaya mereka juga kelak bisa melihat cucu selanjutnya dan selanjutnya, dari bundamu, dari aku, dari om mu Haikal, dari Bucikmu Ninda di kemudian hari. Aamiin. Salam hangat dari tantemuu. Love.

[caption id="attachment_345810" align="aligncenter" width="560" caption="dok. pribadi. makin berekspresi"]

14123479942024119205
14123479942024119205
[/caption]

Supaya kelihatan nyastra nya, ini aku kutip pesan, dari puisi Kahlil Gibran yaa:

Buah Pohon tak mungkin berkata pada akarnya:

“Jadilah seperti aku, yang masak dan ranum ini,

Senantiasa memberikan kelimpahan hasilnya”

Sebab bagi sang buah, memberi adalah kebutuhannya.

Sedang bagi sang akar, menerima adalah kebutuhannya.

Ada lagi nih, yang semoga menohok. Masih, dari Kahlil Gibran, semoga para orangtua juga menyadari nya ya..

Anakmu bukan milikmu

Mereka Putera-puteri Sang Hidup yang rindu pada diri sendiri

Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau,

Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu.

Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu.

Sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.

Patut kauberikan rumah untuk raganya, tapi tidak untuk jiwanya,

Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan

Yang tiada dapat kau kunjungi, sekalipun dalam impian.

Kau boleh berusaha menyerupai mereka,

Namun jangan membuat mereka menyerupaimu.

Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,

Pun tidak tenggelam dimasa Lampau.

Kaulah busur, dan anak-anakmulah, anak panah yang meluncur.

Tulisan ini sengaja aku tulis, supaya kau tahu kami sungguh menyayangimu, Rafan : )

Selesai :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun