[caption id="attachment_349120" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. Lapangan Blang Padang Banda Aceh"][/caption]
Minggu, 19 Oktober 2014
Hari pertama di Banda Aceh. Halo Aceh! Pagi ini kami jalan-jalan ke Lapangan Blang Padang, jika hari minggu disini rameee banget warga Aceh yang datang untuk olah raga, rekreasi, senam, dan sarapan. Lapangan ini luaaaas, jadi banyak warga Aceh yang mengikuti jalan tempat pejalan kaki, untuk memutari lapangan, selebihnya ada lapangan rerumputan hijau, dan tempat penjual makanan yang tertata.
[caption id="attachment_349121" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. suasana lapangan blang padang"]
[caption id="attachment_349122" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. bertabug gelembung balon sabuun"]
Mulai dari penyediaan bubur ayam, nasi uduk, bubur ayam Bandung, bubur ayam Sukabumi, siomay dan lain-lain. Yang keren disini adalah semuaaanya tertata. Ada lapangan hijaunya. Ada spot rekreasi anak-anak, ada permainan odong-odong disana, mancing mania untuk anak-anak sini.
[caption id="attachment_349123" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi"]
Untuk mancing ini konsepnya adalah ketanggapan. Jadi di kolam plastik ini di ada air, dengan berbagai isinya, ada ikan, kura-kura, bola, dan lain-lain. Di ujung-ujungnya di tempel magnet. Nah diujung pancingan plastik ini juga ada magnet, jadi tinggal di dekatkan saja, sudah menempel di magnet, dan anak-anak bisa bergembira mendapatkan pancingannya tertangkap.
[caption id="attachment_349124" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. mancing mania ala bocah Aceh, mantaap!"]
[/caption]
[caption id="attachment_349135" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. Fabiaaaan"]
Diujung sana ada masyarakat yang sedang senam pagi mulai dari anak-anak, mahasiswa, sampai orangtua. Hari minggu yang ramai, aku dan Cengah Maya sudah menikmati bubur ayam. Dan ada omku dan tante juga yang sedari pagi memang rutin melakukan jalan sehat tiap hari minggu pagi. bertemu dan mengobrol sembari mengajak Fabian, keponakan yang baru berumur 1 tahun ini ke spot anak-anak. Dia senang sekali, pusat yang dia lihat adalah balon plastik dan balon gelembung yang dengan suka rela diterbangkan penjualnya untuk menarik minat para pembeli.
[caption id="attachment_349133" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. tabur gelembung balon"]
[caption id="attachment_349134" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. spot anak-anak"]
Lapangan Blang Padang adalah salah satu tempat berkumpulnya masyarakat Aceh untuk mengisi hari minggu dengan berkumpul bersama kawan, berwama-sama keluarga untuk olahraga dan lain sebagainya, selain tempatnya pun strategis. Di lapangan ini juga, dulu tempat terkenanya tsunami, dan disini pun banyak mayat bergelimpangan. Oh ya, dulu, waktu tsunami, ada sepupuku lelaki, sedang bermain bola saat kejadian. Dan untuk menyelamatkan diri dia memanjat pohon Asam. Pohon Asam yang sudah tua, cukup kuat menahan terpaan air dan mengangkut masyarakat yang ingin menyelamatkan diri.
[caption id="attachment_349137" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. beberapa keluarga di Aceh, masih banyak personil yang tak datang hehe"]
[caption id="attachment_349148" align="aligncenter" width="404" caption="dok.pribadi. Fabian with his mother (Cengah Maya)"]
[caption id="attachment_349156" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. di depan lapangan Blang Padang Banda Aceh"]
REKREASI KE GUNUNG GEUREUTEE
Gunung Geureutee adalah tempat selanjutnya, setelah tadi di tawari oleh bucik Nur kesini, mumpung hari minggu keluarga masih berkumpul.Gunung Geureutee. Nama gunung yg masih awam & baru kudengar. Aku yg tinggal dirumah Cengah Maya segera di jemput sesudah sholat dzuhur. Suasana hujan. Tadinya kupikir tidak jadi, karena akan naik gunung. Ternyata... tak masalah ada hujan, karena pendakian di dalam kendaraan yey! Perbekalan sudah siap ya hanya minuman kecil sm kue bolu dari Cengah Maya. Karena kata Bucik Nur disana kami pun akan santai di warung kopi yg pemandangannya luar biasa.
[caption id="attachment_349149" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. jalan as-al yang muluus dan luas"]
Oke, kita bahas perjalanan dulu. Perjalanan menuju gunung Geureutee gak mudah. Kita harus melewati 2 gunung terlebih dahulu, baru sampai ke gunung Geureutee. Perjalanan mendaki, naiiik turun, tikungan tajam huwaa. Ini sangat menguji kemampuan driver. Dan Wancik Iq adalah driver terbaik to this case! Hehe.
[caption id="attachment_349150" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. benar-benar tikungan tajam nih"]
Perjalanan dibawah gunung batu, melewati jurang, taman, tempat makan sampai deretan sapi yg bisa ke tengah jalan. Naik-naik turun-turun. Tikungan tajam hingga 180 derajat pun ada. Untuk sampai di Gunung Geureutee, kami harus melewati dua gunung, dengan perjalanan yang menanjak dan berliku. Yakni melewati Gunung Paro, Gunung Kulu baru sampai di Geureutee. Tak jarang, karena ini jalan memang mulus banget, terbesit lah ungkapan dari tanteku.. “Ni Lan.. bayangin gunung Batu dikeruk sampai begini. Ini memang idenya orang Belanda, tapi orang Indonesia juga yang kerjakan dengan sistem kerja paksa tu. Yaa walaupun sekarang kita juga yang nikmatin jalannya...” Tutur Bucik Nur kepadaku yang duduk di belakang dengan Maulana, anak lelakinya yang kedua.
[caption id="attachment_349155" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. kadang suka macet kalo depannya truk angkut. di tikungan harus jalan pelan-pelaan"]
[caption id="attachment_349151" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. karena Hujan, jadi berkabut. sayang bangeet. tapi tetep keren deeh"]
[caption id="attachment_349154" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. ini warung kopinyaa di pinggir jurang. eh"]
Setelah melewati perjalanan panjang melewati gunung akhirnya kami sampai di tepi gunung Geureutee. Disini ada warung kopi pinggir jalan yang berhadapan langsung dengan laut & tepinya. Ditengah laut terlihat ada 3 pulau, ada pantai dengan pasir telihat lembut, ada deretan pohon cemara mejulang hijau. Ada sapi-sapi yg dipelihara, sedang menikmati rerumputan sekitar pantai.
[caption id="attachment_349152" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. eh bukan bos-bos ini yang diliat, hehe. lihat backgroundnya tuh gunung batu yang di sulap jadi aspaal"]
Semua terlihat indah dari atas ini. Sapi terlihat hanya seperti titik bewarna cokelat, apalagi manusia, hanya terlihat titik kecil bewarna hitam dari atas sini. Hamparan biru & hijau menjadi spektrum yg harmonis. Walaupun.. saat itu berkabut, kami bisa menyerapi maknanya. Bahwa Allah menjadikan seluruhnya, keindahan ini agar manusia berpikir, bahwa nikmat Allah meliputi apapun!
Sembari duduk dipinggir gunung, sambil mendengar rintik hujan, kami menikmati teh manis panas, sambil melihat keindahan alam, sambil makan-makanan ringan. Setelahnya kami kembali pulang dan kembali mendapat tikungan menyenangkan mengaktifkan adrenalin Wuhuuu.
[caption id="attachment_349145" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. Alhamdulillah. akhirnya sampai, menikmati segala ciptaan Allah. Alhamdulillah"]
MIE ACEH LEUPUNG. MEULABOH
Hari sudah sore, kami mampir dulu ke mie Aceh. Hujan tetap mengguyur daerah Meulaboh itu. namanya Mie Aceh Leupung. Aku pilih mie dengan kepiting.
[caption id="attachment_349147" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. ini dia nih :D mampir yuk!"]
Porsi orang Aceh memang besar-besar, persis porsi orang Arab. Ini aku pesan mie Aceh Kepiting, karena ku kira kepitingnya sudah di suir atau sudah dicampur kedalam mie, seperti mie yang ada di Lampung. Ternyata mie Aceh ini memang jujur-jujuran tanpa manipulasi, jadilah kepiting utuh yang sudah di goreng di hidangkan ke meja. Di persiapkan pula peralatan makannya. Yaitu Tang, agar bisa mudah membuka kulit kepitingnya.
[caption id="attachment_349146" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi, Mie Aceh Leupung. nikmat!"]
Khas makanan orang Aceh adalah bumbunya yang tajam serta rasa pedasnya. Pertama di mulut langsung nikmat dengan kuah kari dan mie nya yang kenyal. Di dalam mie nya pun ada beberapa udang, dan ditemani pula acar, bawang merah mentah yang sudah diiris serta emping. Makan nya satu porsi saja sudah Kenyang banget dan kepitingnya nikmat walaupun tangan harus belepotan karena pegang kepiting buka-bukanya.hehe
Saat kami masih makan di resto mie aceh tersebut, terdengar Adzan Maghrib. Seketika pegawai restoran menutup pintu restoran, dan menutup tirai. Waktu sholat, mereka meninggalkan pekerjaan sejenak. Begitupun para pembeli, menghentikan makan dan melaksanakan sholat maghrib terlebih dahulu. Wiihh keren yaa. Mereka meninggalkan aktivitas sejenak untuk menyembah Allah yang Maha Pemberi Rezeki. Semoga seluruh Masyarakat Aceh tetap teguh dan hangat. aamiin. Mie Aceh memang juaraaaa.
[caption id="attachment_349153" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. uhuk"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H