“Iya kak. Transit aja di Jakarta, terus mau ke Lampung..”
“Oo Lampung? Jauh ya. Ngapain ke Aceh?”
“Liburan Kak, hehe. Sekalian isi senggang, baru wisuda kemarin hehe..”
“Oo hehe, Banyak saudara di aceh? kemana aja di Aceh?”
Aku ceritakan kemana saja aku pergi menelusuri peninggalan-peninggalan tsunami dan cobain kuliner khas Aceh :D
Lagi, dasar selalu pingin tau. Aku mulai tanya-tanya lagi mengenai Tsunami dengan Ka Lila. Kak Lila yang hanya beda satu tahun dari aku usianya, dan sekarang sedang menunggu wisuda di jakarta. Ka Lila sendiri adalah orang Aceh. Sekarang tinggal di Jakarta. Sudah hampir sepuluh tahun. Karena memang setelah kejadian itu Kak Lila langsung hijrah ke Jakarta tinggal bersama tantenya.
Saat Tsunami. Ka Lila sekeluarga ada di rumah semua. Kecuali sang kakak, sedang mondok pesantren di Aceh. Di pesantren itu tak terkena tsunami karena lokasinya cukup tinggi. Sedangkan Kak Lila berada di Banda Acehnya, lupa daerah mana.
Saat itu masih pagi. kejadian sangat cepat. Tiba-tiba air naik dan menghanyutkan semuanya. Termasuk mereka sekeluarga. Ka Lila sendiri terpisah dengan orangtua dan adiknya. Ka Lila hanyut. Sempat berusaha menggapai ayah dan ibu yang saat itu masih terlihat namun tak kuasa. Kak Lila yang saat itu masih kanak-kanak, hanya melihat kejadian yang tak diduganya.
Ia melihat mayat bergelimpangan. Sempat tersangkut diatas pohon, dan lain sebagainya. Sampai akhirnya ia di tolong oleh seseorang di atas kapal. Saat itu petugas menolong Ka Lila kecil. Kak Lila bertanya.. “Kita mau kemana, Bang?” tapi petugas itu bilang.. “Jangan banyak tanya dulu, yang penting kamu selamat.. ayo naik..” Ka Lila menurut.
Setelah berada di tempat yang aman. Sebagai anak yang memiliki keluarga, tentu hasratnya ingin bertemu dengan orangtua dan adiknya. Setelah mencari-cari... “Duh.. kan aku jadi pingin nangis ingetnya...” tutur ka Lila sambil tersenyum, dan hampir menangis saat itu. “Orangtua udah gak ada, meninggal sama adik juga... aku langsung diajak sama tante untuk tinggal di Jakarta gak lama dari hari itu...”ucap Ka Lila. Haaah, saat itu aku merasa bersalah banget. Seolah buka keperihan masa lalu orang lain.
Berkali-kali aku menucapkan ‘maaf’ sama Ka Lila. Tapi ia tersenyum dan bilang.. “Ah gakpapa kok dek.., nanti deh aku cerita lebih banyak ya. Nanti aku kirim tulisanku tentang itu ke kamu...” ucapnya. Setelah itu kami mengobrolkan hal lain, berusaha untuk tak mengungkit itu lagi, ah terlalu sensitif saat itu.