Pencuri itu menjadi kaya karena mencuri. Jadi dia bukan taubat. Tapi dia malah menikmati hasil curiannya itu. Minum-minuman, judi dan lain-lain. Selang dua tahun akhirnya pencuri itu meninggal. Entah karena di gebukin masa, sakit, atau meninggal sendiri karena merasa bersalah. “Tak jelas pula pun, akhirnya bagaimana... intinya orang tu meninggal setelah dua tahun tsunami..” ungkap Bang Rudi.
Kisah di Luar Nalar Manusia
Kisah masjid yang berada di pinggir pantai Lampuuk yang kokoh saat kejadian tsunami. Sekitar areanya ada penduduk warga yang padat, tapi masjid itu tetap kokoh. Walaupun tiangnya beberapa rubuh, tapi tetap bisa terlindungi. Ada juga kisah masjid di dekat pelabuhan Ulelhuee. Masjid ini juga kokoh, padahal di arenanya rumah warga dari yang ukuran sederahana sampai besar ada di sana, semua rata dengan tanah juga.
Makam Syah Kuala. Tempat pemakaman ini berada di pinggir pelabuhan. Persis. Kanan-kirinya adalah lautan. Tapi saat kejadian tsunami, arus tsunami seperti terbelah, bercabang.
Tak mau mengenai makam Syah Kuala ini. menurut penuturan warga. Aku juga tak habis fikir, kenapa itu bisa terjadi. Tapi menurut warga, dulu para Ulama di Aceh adalah Ulama termahsyur yang sangat dekat dengan Allah. Bahkan pemerintahan di Aceh yang dulunya banyak dipimpin oleh Ratu, kebijakannya pasti melalui pertimbangan Ulama dan semua kebijakan harus berasaskan islam. Ulama yang benar-benar ulama dan takut pada Allah. SubhanAllah.
Saat itu aku akan menuju Jakarta, kemudian menuju Lampung. Hari itu aku akan pulang. Setelah tiket di miliki, aku menunggu pesawat datang di Lounge. Banyak penumpang yang menunggu. Termasuk aku. Di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda. Berangkat sendiri, pulang pun sendiri. Duh anak yang sangat mandiriii. Agar tak boring,duduk mencari tempat yang di sisi tempat duduk lain adalah orang muda yang kooperatif. Setidaknya bisa menjadi teman mengobrol sambil menunggu.
“He eh, iya.. kamu juga?”