Sejak dibentuk pada 30 Desember 1980 oleh Jenderal Polisi Awaloedin Djamin melalui surat kepolisian SKEP 126/XII/1980, Satuan Pengaman (Satpam) telah 3 kali mengalami perubahan seragam, yakni: putih-biru, coklat dan krem-coklat.
Rupanya nasib seragam Satpam berwarna coklat alami yang memiliki makna filosfis identik dengan warna tanah dan kayu dan disebut melambangkan kebersahajaan dan kejujuran, tidak seberuntung seragam sebelumnya, putih-biru.Â
Jika usia seragam putih-biru dapat bertahan hingga 40 tahun (1980-2020) tetapi usia seragam coklat "tanah dan kayu" hanya bertahan seumur jagung dan selanjutnya akan diganti dengan seragam krem-coklat yang disebut lebih mirip dengan seragam kepolisian India.
Pada HUT ke-41 Satpam yang dihelat di Lapangan Bayangkhara, Mabes Polri, Jakarta pada Rabu 2 Februari 2022, secara resmi Polri memperkenalkan seragam baru Satpam berwarna krem-coklat walaupun pemberlakuannya disebut masih menunggu Peraturan Kepolisian (Perpol).
Mengutip dari Kompas.com (3/2/2022), Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan menyebutkan alasan pergantian  seragam coklat karena terlalu mirip dengan seragam Polri sehingga menyebabkan kebingungan dan kesulitan warga masyarakat untuk membedakan polisi dan Satpam.
Tetapi bukankah kemiripan itu memang disengaja dengan harapan agar terjalin kedekatan emosional antara Polri dan Satpam serta menumbuhkan kebanggaan Satpam terhadap profesinya sebagai pengemban fungsi kepolisian terbatas?
Seperti dikutip dari detik.com (13/1/2022), Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri ketika itu Brigjen Awi Setiyono menyebutkan:
"Filosofi kemiripan seragam satpam dengan Polri diharapkan dapat terjalin kedekatan emosional antara Polri dan satpam, menumbuhkan kebanggaan satpam sebagai pengemban fungsi kepolisian terbatas" (14/9/2020).
Pemilihan warna coklat "tanah dan kayu" yang ditetapkan melalui Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Perkap) Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pengamanan Swakarsa, tentu tidak dilakukan asal-asalan tetapi sudah melalui pengkajian mendalam.
Jika terjadi kebingungan dan kesulitan masyarakat untuk membedakan Polisi dan Satpam karena kemiripan seragam, itu adalah hal yang sangat wajar karena seragam tersebut masih sangat baru diberlakukan. Lama-lama juga masyarakat akan dapat membedakannya dengan mudah.
Menurut saya pergantian seragam coklat yang mirip seragam polisi erat kaitannya dengan Satpam BCA yang sempat trending topic. Ketika itu warganet membanding-bandingkan pelayanan Satpam BCA dengan kepolisian dan menyebutkan bahwa  "Satpam BCA better than Polisi".
Tidak berakhir sampai disitu, kemudian tagar: Percuma Ada Polisi, Percuma Lapor Polisi, Satpam BCA Gantikan Polisi, dsb yang menggambarkan buruknya kinerja polisi mungkin dikuatirkan akan semakin membuat masyarakat kebingungan dan semakin sulit membedakan mana sebenarnya polisi sungguhan, apakah Satpam atau Polisi?
Jika hal itu yang terjadi seharusnya bukan seragam coklat "tanah dan kayu" Satpam yang perlu diganti tetapi kinerja kepolisian dan polisi yang seharusnya benar-benar dievaluasi dan diperbaiki dan istilah "potong kepala" terhadap pimpinan yang "busuk" benar-benar dijalankan Kapolri.
Saya pikir Satpam sudah terlanjur bangga dengan seragam coklat "tanah dan kayu" dan mereka kelihatan sangat gagah dengan seragam tersebut dan tolong jangan diganti.
Jika diganti dengan seragam krem-coklat yang dikatakan mirip dengan seragam kepolisian India menurut saya itu sebuah degradasi. Bukankah lewat tayangan film-film India sering digambarkan bahwa pelayanan polisi India sangat buruk, korup dan selalu terlambat dalam memberikan pelayanan?Â
Dan kalau boleh jujur, manakah lebih baik antara pelayanan Polisi India atau Polisi Indonesia/rs
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H