Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rumus Kebetulan

18 Januari 2022   18:08 Diperbarui: 1 Februari 2022   13:40 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seorang siswa berkata kepada saya bahwa rumus  keliling persegi adalah panjang sisi yang satu dikalikan dengan sisi yang lainnya atau K = x^2

"Tidak, itu rumus untuk menentukan luas persegi," kata saya singkat dengan menunjukkan ketertarikan yang serius dengan pendapatnya.

"Ini saya berikan contoh!," dia mencoba meyakinkan saya dengan mengeluarkan selembar kertas dan sebuah pulpen.

"Misalkan saya memiliki sepetak tanah berbentuk persegi berukuran 4m x 4m, dan setelah saya ukur panjang semua sisinya atau kelilingnya adalah 16m. Bukankah 4 x 4 = 16 dan 4 x 4 = 4^2?," jawab dia bersemangat merasa berhasil mematahkan keraguan saya.

"Betul...," kata saya datar. "Sekarang coba Anda misalkan ukuran tanahnya 5m x 5m dan coba ukur panjang semua sisi atau kelilingnya? Apakah hasilnya 25m? Tidak, bukan? Coba ukurannya diganti lagi dengan sembarang bilangan, misalkan 10m x 10m, 25m x 25m, 60m x 60m, apakah rumus  tadi K = x^2 berlaku?," kata saya masih dengan suara mendatar.

Sesaat dia terdiam sambil mencoret-coret sesuatu pada kertas selembar tadi. "Kalau ukuran 5m x 5m kelilingnya 20m bukan 25m, kalau ukurannya 10m x 10m menjadi 40m bukan 100m, kalau 25m x 25m menjadi 100m bukan 625m dan kalau 60m x 60m menjadi 240 dan bukan 2400m," kata dia setengah berbisik.

"Artinya apa?," kata saya. "Keliling persegi panjang itu adalah sisi + sisi + sisi + sisi atau empat kali sisi atau dapat dituliskan K = 4s atau lazim juga dituliskan K = 4x bukan x, itu rumus luas," saya menjelaskan sambil menggambarkan sebuah persegi panjang dan mencoret-coret rumus-rumus di sekelilingnya.

Dia memperhatikan sambil manggut-manggut. "Tetapi bagaimana dengan contoh awal yang saya sebutkan tadi 4m x 4m, mengapa kelilingnya pas 16," kata dia masih penasaran.

"Nah, begini," jawab saya sambil kembali mencoret-coret pada bagian kertas yang masih kosong.

"Ada saatnya luas sebuh persegi sama dengan kelilingnya, atau dapat dituliskan x^2 = 4x dan kebetulan nilai x yang memenuhi untuk persamaan tersebut adalah x = 0 dan x = 4, dan saya menyebutnya sebagai "rumus kebetulan'" kata saya sambil menyodorkan langkah-langkah menentukan nilai x:

x^2 = 4x
x^2 - 4x = 0
x(x - 4) = 0 >>> x = 0 
atau x = 4

"Dalam sains, rumus merupakan hukum atau patokan yang merupakan simpulan atau generalisasi dari serangkaian uji coba berulang yang dilakukan dengan teliti dan memperhatikan kaidah berpikir ilmiah," saya mencoba menjelaskan sesederhana mungkin.

"Tetapi ingat, dalam prakteknya hukum sains juga mengalami beberapa penyimpangan, teori tidak sepenuhnya sesuai dengan fakta di lapangan. Misalnya untuk persamaan gas ideal: PV=nRT, itu hanya berlaku untuk gas ideal dan tidak berlaku untuk gas tak ideal," kata saya melebar.

"Lain lagi halnya dengan rumus kehidupan, manusia tidak dapat meng-copy-paste sukses orang lain. Manusia hanya bisa berikhtiar, berusaha dengan sekuat tenaga sambil berdoa memohon kehidupan yang lebih baik kepada Tuhan dan Tuhan jugalah yang menentukannya. Itu terlalu rumit untuk dijelaskan," kata saya sebelum semakin melebar kemana-mana.

Sekejap saja saya teringat kepada teman-teman sekelas di SMP dulu. Beberapa diantara mereka yang berasal dari keluarga sederhana dengan "otak pas-pasan" dan seakan-akan tidak mempunyai masa depan tetapi justeru sekarang mereka memiliki kehidupan yang lumayan sukses dan sangat jauh di luar dugaan.

Sementara beberapa diantara mereka yang dikemudian hari diharapkan akan menjadi orang-orang besar justru melempem dengan kehidupan yang pas-pasan.

Tetapi itulah kehidupan, manusia hanya bisa berikhtiar untuk kehidupan yang lebih baik tetapi bagaimanapun saya masih yakin bahwa "Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun