Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Arti Falsafah Batak: Guru di Nagogo do Adian

29 Oktober 2021   14:00 Diperbarui: 29 Oktober 2021   14:04 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bahasa merupakan jati diri sebuah suku atau bangsa. Dari 7 unsur budaya universal, sistem bahasa menempati urutan paling utama. Karena tanpa bahasa, baik lisan, tertulis maupun bahasa isyarat, manusia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.

Sebagai masyarakat yang berbudaya, suku Batak memiliki banyak peribahasa yang mengandung falsafah atau pandangan hidup tentang segala sesuatu. Dan menurut saya peribahasa itu tetap kekinian hingga sekarang dan selalu menarik untuk dimaknai.

Kali ini saya mencoba untuk memaknai salah satu falsafah yang sangat kontekstual dengan permasalahan politik dan perebutan kekuasaan baik di tingkat terendah maupun di tingkat tertinggi, yaitu: GURU DI NAGOGO DO ADIAN.

Guru dalam bahasa Batak sama dengan arti "guru" dalam bahasa Indonesia yaitu "pengajar" atau orang yang pekerjaannya mengajarkan ilmu atau bidang tertentu kepada muridnya, contohnya seperti guru matematika, guru karate, guru huria, dsb.

Tetapi "guru" juga dapat dimaknai sebagai "pemimpin" atau orang yang memegang kendali atas sesuatu atau penentu keputusan atas sesuatu. Misalnya ungkapan: guru di tuhan do sude bermakna semuanya tergantung kepada kehendak Tuhan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas alam semesta.

Contoh lain penggunaan kata guru tetapi bermakna negatif adalah guru dok. Frasa ini ditujukan kepada seseorang yang memiliki sifat diktator, yaitu apapun yang dikatakannya harus dituruti dan apapun yang diinginkannya harus dia dapatkan.

Sedangkan nagogo dapat berarti orang kuat atau orang yang sangat kuat, orang yang memiliki power atau kekuasaan atas sebuah kelompok/komunitas atau sebuah wilayah. Jadi nagogo berarti penguasa atau pemegang kekuasaan atas sebuah kelompok atau wilayah.

Tetapi perlu diketahui, nagogo juga dapat digunakan untuk menunjuk komunitas binatang buas yaitu harimau, pemegang kekuasaan di hutan dengan sistem hukum rimba, yaitu: "yang kuat memangsa yang lemah dan yang lemah menjadi mangsa yang kuat".

Kata terakhir adian berarti tempat istirahat atau peristirahatan dalam sebuah perjalanan jauh atau dalam bahasa Inggris dapat disamakan dengan rest area. Lokasi adian biasanya dipilih ditempat yang nyaman, tempat yang memiliki pemandangan yang indah namun harus teduh dan udaranya sejuk.

Tetapi lagi-lagi jangan salah! Adian juga digunakan untuk menunjuk ke kuburan atau makam, yang dimaknai sebagai sebuah peristirahatan terakhir yang paling nyaman. Yaitu sebuah tempat dimana segala masalah hidup sudah selesai dan tidak terdapat lagi susah serta air mata.

Itu makanya dalam makam orang Batak khususnya yang beragama Kristen, pada salibnya selalu dituliskan dison maradian atau disini beristirahat dengan tenang atau dalam bahasa Inggris Rest In Peace (RIP).

Jadi apa makna dari guru di nagogo do adian?
Secara harfiah arti dari falsafah ini adalah "Tempat peristirahatan tergantung kepada penguasa" atau "Segala sesuatu tergantung kepada penguasa".

Menurut penulis falsafah ini dapat bermakna ganda, bisa bermakna positif tetapi bisa juga bermakna negatif. 

Bermakna positif jika penguasanya adalah seorang Arif dan bijaksana maka aman, tentram dan sejahteralah rakyatnya. Namun bermakna negatif jika penguasanya adalah diktator barbar maka adian akan selalu bermakna sebagai kematian atau kuburan.

Seperti yang dituliskan Raja Salomo dalam Kitab Amsal dan Kitab Pengkhotbah:
"Seorang pemimpin yang tidak mempunyai pengertian keras penindasannya, tetapi orang yang membenci laba yang tidak halal, memperpanjang umurnya" (Amsal 28:16)

"Kalau engkau melihat dalam suatu daerah orang miskin ditindas dan hukum serta keadilan diperkosa, janganlah heran akan perkara itu, karena pejabat tinggi yang satu mengawasi yang lain, begitu pula pejabat-pejabat yang lebih tinggi mengawasi mereka. Suatu keuntungan bagi negara dalam keadaan demikian ialah, kalau rajanya dihormati di daerah itu" (Pengkhotbah 5:8-9).

Falsafah ini juga mengisyaratkan kita agar selalu peka terhadap daerah dimana kita tinggal, bagaimana tipe penguasanya, apakah arif dan bijaksana atau diktator barbar yang tidak kenal belas kasihan.

Disisi lain kalau kita ingin menjadi pemimpin hendaklah kita mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana dan jika hendak berjuang menumbangkan pemimpin yang sedang berkuasa apakah engkau mempunyai power untuk menumbangkannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun