Fadhli Zon menyayangkan keteledoran portal media online Viva.co.id yang membuat berita tak benar mengenai dirinya terkait posisinya di Kepungurusan Partai Gerindra.
Setidaknya ada dua judul berita hoaks yang dimuat Viva.co.id mengenai Fadli Zon: "Fadli Zon Tersingkir, Angkat Cucu Pendiri NU Jadi Wakil Ketum" dan "Nasib Fadli Zon Usai Cucu Pendiri NU Jadi Waketum Gerindra".
Walaupun klarifikasi kedua berita tersebut sudah ditulis VIVA dengan judul: "Fadli Zon Bantah Tersingkir dari Posisi Wakil Ketua Umum Gerindra" dan "Cucu Pendiri NU Klarifikasi Disebut Singkirkan Fadli Zon di Gerindra"Â tetapi tetap saja kelalaian ini dianggap fatal.
"Duh kok bisa sekelas @VIVAcoid menulis tak akurat begini? Dulu namanya kaidah check n recheck. Sy tetap menjadi Wakil Ketua Umum sekaligus Wakil Ketua Dewan Pembina @Gerindra. Knp ngga ada wartawannya telp n tanya sy," tulis Fadli Zon lewat akun Twitter miliknya sambil menyertakan link berita Viva.co.id yang sudah tidak tersedia lagi.
Tidak hanya Viva.co.id tetapi akun tvonenews juga ikut disebut Fadli Zon mereproduksi hoaks berjalan, dan miskin inisiatif untuk melakukan checking and rechecking.
Sangat disayangkan dan sulit dipercaya bagaimana sebuah media berita sekelas VIVA bisa menurunkan sebuah berita tanpa terlebih dahulu melakukan chek and rechek. Dan muncul dugaan, mungkinkah ini sebuah unsur kesengajaan sekedar mencari sensasi di tengah persaingan media yang semakin ketat?
Sebenarnya tidak hanya VIVA, beberapa media berita besar juga pernah menulis berita palsu, seperti Majalah New Republic yang bahkan pernah meminta maaf sebanyak 27 kali atas berita palsu yang pernah diterbitkannya dan bahkan harus mengahadapi tuntutan dari berbagai pihak.
Melansir dari Kompas.com (26/4/2016), beberapa media arus utama di tanah air juga pernah melakukan klarifikasi dan meminta maaf atas keteledorannya.Â
Kompas.com pernah meminta maaf atas berita "Peretasan Laman Kantor Berita Antara". Sementara CNN Indonesia pernah melakukan koreksi atas berita: "Megawati Bubarkan KPK", sedangkan Republika online melakukan klarifikasi atas kesalahan pemasangan foto dalam berita: "210 WNI Diduga Kelompok ISIS Dideportasi dari Enam Negara"
Jika media arus utama saja yang sudah bertekad melawan hoaks masih bisa bisa kecolongan, bagaimana dengan media online skala kecil dan media sosial yang sering luput dari pengawasan?Â
Waspadalah, waspadalah! Jangan memproduksi hoaks dan jangan ikut-ikutan mereproduksi atau menyebarkan hoaks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H