Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Robohnya Surau Kami", Autokritik untuk Semua Umat Beragama (1)

5 Februari 2021   12:45 Diperbarui: 7 Februari 2021   07:51 2213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar dari goodreads

Dalam salah satu dialog, Tuhan bertanya kepada rombongan demonstrasi yang dipimpin Haji Saleh mengenai negara asal mereka: "Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?"

Saya pikir hal ini masih terjadi sampai saat ini, dimana sesama bangsa sendiri sering "bersoal-soal" tentang hal-hal yang seharusnya tidak perlu, terutama masalah agama yang selalu dikait-kaitkan dengan masalah dukung-mendukung dalam Pilkada/Pilpres, dll, dan tidak jarang menimbulkan "kekacauan" dalam skala kecil. Dan kita tidak pernah sadar bahwa dalam keadaan seperti itu bangsa lain sudah mengambil banyak keuntungan.

Ketiga, Robohnya Surau Kami, adalah autokritik terhadap semua umat beragama dan tidak hanya untuk umat Islam saja. Tetapi juga kepada saya sendiri sebagai pemeluk agama Kristen dan siapa saja yang mau jujur mengakuinya. 

Dulu saya juga berpikir bahwa ketaatan beragama itu hanya dititikberatkan pada kegiatan-kegiatan ritual peribadatan saja seperti pergi ke gereja mengikuti kebaktian Minggu, ibadah tengah Minggu dan perayaan hari besar agama saja. Rajin berdoa dan membaca kitab Injil, saya pikir itu sudah cukup. Sudah merasa menyenangkan Tuhan, lalu merasa lebih benar dari yang lainnya yang tidak serajin seperti saya.

Haji Saleh adalah representasi dari umat beragama yang menurut saya bukan hanya agama Islam saja tetapi semua umat beragama lain yang memahami ibadah hanya sebatas ritual. Yang lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Yang mengira bahwa Tuhan suka pujian, mabuk di sembah saja.

Perlu digarisbawahi, Haji Saleh masuk neraka bukan karena dia beragama Islam. Bukan pula karena dia taat beribadah. Tetapi karena ketaatan Haji Saleh hanya di luarnya saja tetapi tidak meresap dalam kehidupan sehari-hari. Haji Saleh beragama semata-mata hanya karena takut masuk neraka bukan karena sepenuhnya mencintai Tuhan lalu ditunjukkan melalui cinta terhadap kaumnya, anak, istri dan sesamanya.

(Bersambung...)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun