Ada isu kudeta untuk mengambil alih pimpinan Partai Demokrat secara paksa. Dan gerakan ini diduga kuat turut didukung oleh seorang pejabat penting di lingkaran Istana Negara. Kira-kira seperti itu informasi yang didapatkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari beberapa kader partainya yang diakuinya sangat akurat.
Dan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat yang berjiwa muda, AHY pun langsung tanggap dan melakukan tindakan preventif untuk menyelamatkan partai dari serangan musuh. Tidak hanya musuh dari dalam selimut, tetapi musuh di luar selimut juga. Termasuk dari lingkaran istana, pokoknya harus disikat habis jika dianggap membahayakan kedaulatan partai.
Sebagai pemimpin muda yang energik, dengan gagahnya AHY pun berkirim surat ke istana, kepada orang nomor satu di negeri ini, Presiden Republik Indonesia. Isinya meminta klarifikasi dan konfirmasi kepada Presiden Jokowi, mengenai keterlibatan orang di lingkaran istana yang katanya juga direstui Jokowi.Â
Intinya AHY ingin menunjukkan bahwa dia bukan Ketua Umum sembarangan. Walaupun masih muda dia tidak mau dipandang sebelah mata oleh siapapun. Tidak mau dianggap bahwa jabatannya adalah pemberian sang ayah. AHY ingin membuktikan bahwa ditangannya Partai Demokrat akan kembali kepada masa kejayaannya yang dulu. Bahkan kalau bisa, lebih bagus lagi.
Itulah mungkin salah satu alasan mengapa AHY berusaha melibatkan orang nomor satu di istana, dengan cara berkirim surat meminta klarifikasi dan konfirmasi mengenai informasi yang didengarnya. Agar istana tahu bahwa AHY bukan anak kemarin sore. Dan pihak istana jangan mencoba-coba mendzalimi partai Demokrat.
Dalam situasi ini AHY pun mungkin ingin menunjukkan kepada publik bahwa istana yang dipimpin kader PDIP seolah-olah ingin mendzalimi Partai Demokrat. Dan dalam hal ini permainan masa lalu mungkin ingin diulang, Partai Demokrat didzalimi penguasa.
Tetapi ternyata pihak istana tidak selugu yang dipikirkan AHY. Pihak istana sangat tahu bahwa ini adalah permainan recehan dari seorang Ketua Umum partai yang baru belajar dan terjun dalam politik praktis tak lebih dari 4 tahun. Istana mungkin melihat permainan ini tak lebih dari seorang anak kecil yang menarik tangan ayahnya agar ikut bermain lumpur. Tapi ayahnya pun menepis tangan anaknya dengan cuek.
Mengutip dari Kompas.com (4/2/2021), pihak istana melalui Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno mengakui telah menerima surat AHY terkait permintaan klarifikasi dan konfirmasi mengenai pengambilalihan kekuasaan AHY oleh orang di lingkaran istana, tetapi Pratikno menyebutkan bahwa istana tidak akan membalasnya.
"Jadi kami sudah menerima surat itu, dan kami rasa kami tidak perlu menjawab surat tersebut. Karena itu adalah perihal dinamika internal partai, itu adalah perihal rumah tanggal internal Partai Demokrat yang semuanya kan sudah diatur di dalam AD/ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga)," kata Pratikno, seperti dikutip Kompas.com melalui tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (4/2/2021).
Kalau dibilang memalukan mungkin ini bisa dibilang memalukan bagi seorang Ketua Umum partai. Ketika suratnya tidak dibalas alias di"cueki" oleh pimpinan tertinggi di negeri ini karena dianggap salah alamat. Karena menurut istana perihal dinamika internal partai bukan urusan istana, tetapi cukuplah ketua umumnya saja beserta pengurus lainnya menyelesaikannya sesuai dengan AD/ART-nya.
Dan dalam hal ini pihak istana tidak sepolos yang dipikirkan AHY. Presiden Jokowi bukan lawan politik yang sepadan dengan AHY, sudah jauh beda level. Dari segi usia, jabatan dan pengalaman, AHY belum apa-apanya Jokowi. Lain kali kalau ingin "menyeret-nyeret" pihak istana, AHY harus lebih lihai dengan siasat yang lebih tinggi.