Jika Anda bertanya seputar vaksin covid-19, sebagai orang awam saya akan menjawab seperti ini:
Selamat siang pak Rintar, apakah Anda bersedia kami wawancarai sejenak terkait vaksin covid-19?
Selamat siang juga. Tentu saja, dengan senang hati.
Apakah Anda bersedia divaksin?
Ya, saya bersedia.
Apakah Anda tidak takut divaksin?
Ya, saya takut.
Apakah Anda ragu divaksin?
Ya, saya ragu.
Kalau Anda takut dan ragu, mengapa Anda bersedia divaksin?
Karena keinginan saya untuk kebal terhadap covid-19 mengalahkan keraguan dan rasa takut saya.
Apa tujuan Anda divaksin?
Agar saya tidak tertular dan tidak menularkan kepada orang lain, terutama kepada keluarga saya, tetangga saya, orang-orang di lingkungan kerja saya atau siapa saja yang mungkin kontak erat dengan saya.
Apakah Anda yakin akan kebal jika divaksin?
Belum terlalu yakin.
Alasan Anda?
Karena menurut saya belum ada data yang jelas mengenai keberhasilan vaksin covid-19 karena memang masih relatif sangat baru, bahkan baru ini yang pertama, kan?
Bukankah beberapa media terpercaya sudah memberikan data efikasi mengenai uji vaksin covid-19, apakah Anda tidak mengikutinya?
Ya, beberapa kali saya membacanya tetapi menurut saya datanya masih simpang-siur, hasil ujiannya dibeberapa negara juga berbeda dan yang pasti itu semua masih sebatas uji coba.
Kalau begitu mengapa Anda tetap mau divaksin?
Pertama karena saya harus berikhtiar agar tidak tertular dan menularkan, yang kedu saya mengikuti anjuran pemerintah dan percaya bahwa pemerintah pasti sudah melakukan kajian yang mendalam mengenai vaksin covid-19.
Kalau begitu mengapa Anda masih takut dan ragu, apakah Anda takut dengan jarum suntik?
Sama sekali saya tidak takut dengan jarum suntik, masa iya body sekekar ini takut dengan jarum suntik? Yang saya takut dan ragukan adalah efek samping jangka pendek dan jangka panjang dari vaksin covid-19.