Ada banyak aplikasi perpesanan yang menunggu dengan tangan terbuka. Seperti aplikasi Telegram yang sekarang sedang naik daun dan aplikasi Line yang sempat terlupakan. Dan saya pikir masih akan ada lagi muncul aplikasi perpesanan lain yang lebih baik dari yang ada sekarang ini.
Tetapi menurut dugaan saya, kebijakan baru ini hanya akal-akalan saja agar WhatsApp kembali viral dan terus menjadi bahan perbincangan ditengah-tengah semakin menaiknya pengguna aplikasi Telegram.
Karena sekitar 2 tahun lalu juga ramai pesan berantai di WhatsApp yang mewajibkan penggunanya membagikan sebuah pesan kepada minimal 10 pengguna lainnya. Tujuannya agar pengguna tetap dapat menikmati WhatsApp gratis dan jika tidak akan dikenakan biaya dengan tarif tertentu untuk setiap pesan.
Saya tidak tahu darimana sumber pesan berantai tersebut, apakah benar-benar dari WhatsApp atau bukan. Tetapi pertanyaannya adalah, apakah WhatsApp selama ini memang gratis?Â
Jawabannya jelas tidak. Pengguna tidak dapat menggunakan WhatsApp tanpa kuota. Dan itu menandakan bahwa WhatsApp tidak gratis. Sebagai aplikasi jelas pasti ada hitung-hitungannya dengan provider internet.
Kita tunggu saja nanti setelah 8 Februari 2021, apakah WhatsApp benar-benar berani menerapkan kebijakan barunya tersebut. Jika memang benar-benar dilakukan, maaf saja saya akan beralih ke Telegram dan jika Anda ingin menghubungi saya, mari kita berbagi kontak.
Jika kelak Telegram juga membuat kebijakan yang sama, saya akan beralih berkirim surat lewat kantor pos. Dan jika kantor pos juga menerapkan kebijakan yang sama, saya akan beralih menggunakan merpati pos. Saya lebih yakin dengan merpati karena "Merpati tak pernah ingkar janji". (RS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H