Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gotong-royong Cara HAMARS dan Penduduk Hadataran Membangun Kampung

19 Desember 2020   01:53 Diperbarui: 19 Desember 2020   09:21 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan untuk pertama kali saya menulis tentang kampungku Hadataran dengan segala suka-dukanya di Kompasiana, tetapi ini sudah yang keempat kalinya. Setelah ini saya masih akan terus mengeksplorasi kampungku dengan segala tingkahnya, dan hanya akan berhenti jika suatu saat nanti saya benar-benar tidak dapat menulis lagi.

Pada tulisan pertama 'Jokowi Menyulap Desa Hadataran Menjadi "Surga"', saya menceritakan bagaimana setelah 72 tahun Indonesia merdeka, akhirnya pada 23 Desember 2017 yang bertepatan dengan malam Natal Sekolah Minggu, kampung kami berubah terang-benderang setelah jaringan PLN memulai debutnya disana.

Pada tulisan kedua "Aku dan Kampungku, Sebuah Keniscayaan" mengisahkan kegagalanku meraih cita-cita menjadi seorang jenderal, yang seyogyanya posisi itu dapat saya gunakan untuk membangun jalan dan segala fasilitas ke kampungku agar terbebas dari isolasi dan kekolotan.

Pada tulisan ketiga "Covid-19 Mengubur Impian Penduduk Hadataran Memiliki Jalan dan Jembatan yang Layak" saya menumpahkan segala kesedihanku yang membuncah tatkala melihat betapa parahnya jalan menuju kampungku dan berharap pandemik ini segera berlalu sehingga rencana pemerintah yang tertunda untuk membangun kampungku dapat segera terwujud.

Penampakan kampungku dari google earth/dok. pribadi
Penampakan kampungku dari google earth/dok. pribadi

Pada tulisan kali ini saya akan menceritakan bagaimana upaya kami anak rantau Hadataran yang tergabung dalam Grup "Virtual" Facebook "HAMARS" akronim dari "Hadataran Marsada", yang secara harfiah berarti "Hadataran Bersatu" tetapi secara filosofis memiliki makna yang jauh lebih dalam.

Keprihatinan dan kepedulian kami Perantau HAMARS terhadap ketertinggalan kampung kami dalam segala hal, terutama: jalan, pendidikan, kesehatan dan jaringan telekomunikasi, membuat kami terus tertantang untuk melakukan berbagai macam upaya untuk mengatasinya.

Beberapa usaha yang sudah kami lakukan adalah seperti mengunggah foto-foto kampung kami di media sosial agar dilihat warganet sebanyak mungkin, termasuk pemerintah atau orang lain yang mungkin tergerak hatinya membantu kami. Di samping itu kami juga berusaha membangun komunikasi dengan siapa saja yang sekiranya bisa menjembatani kami dengan pemerintah.

Kami juga melakukan pengumpulan dana untuk berbagai kegiatan pembangunan. Misalnya seperti tahun ini kami mengumpulkan dana untuk pembangunan semenisasi (rabat beton) jalan penghubung Kampung Hadataran-Hapesong yang selalu berlumpur terutama pada musim penghujan. Padahal jalan ini fungsinya sangat vital, seperti untuk ke gereja, sekolah dan aktivitas penting lainnya.

Kegiatan seperti ini bukan baru pertama kali kami lakukan tetapi sudah yang ke-7 kalinya sejak Grup HAMARS didirikan sekitar 10 tahun silam. Beberapa kegiatan yang sudah pernah kami lakukan diantaranya seperti: bantuan dana pembangunan jalan utama menuju ibukota kecamatan, bantuan dana untuk pembelian laptop, printer dan proyektor untuk SD Negeri 173221 Hadataran, dan sebagainya.

Indahnya kebersamaan yang diaplikasikan dalam gotong-royong/dok. pribadi
Indahnya kebersamaan yang diaplikasikan dalam gotong-royong/dok. pribadi
"Dan jika Tuhan berkehendak, kerjasama yang positif ini akan terus dilakukan dan terpelihara hingga ke anak-cucu dan seterusnya dan seterusnya....," demikian harapan Perantau HAMARS melalui adminnya Jago Hutajulu yang berprofesi sebagai Chief Engineer di Kapal Offshore dan Rintar Sipahutar yang berprofesi sebagai guru serta Jonni Sipahutar sebagai penasehat yang berprofesi sebagai Perwira TNI aktif.

Pada tahun pandemik 2020 ini mustahil rasanya mengumpulkan donasi dari perantau HAMARS, mengingat situasi dan kondisi ekonomi yang sangat sulit. Tetapi mengingat begitu pentingnya fungsi jalan penghubung Hadataran-Hapesong maka admin pun memberanikan diri untuk mengumpulkan donasi dari anggota HAMARS.

Pertama-tama tujuannya hanya untuk membangun jalan rabat beton selebar 1 meter dengan panjang sekitar 200 meter. Dengan perkiraan biaya untuk membeli semen saja sekitar Rp10.000.000, (sepuluh juta rupiah) sedangkan batu kerikil, pasir dan tenaga sesuai dengan kesepakatan, akan diusahakan oleh penduduk kampung.

Bermodalkan usaha dan doa serta motivasi dari penasehat Jonni Sipahutar yang terus digaungkan: "Memberi tidak perlu banyak, sedikit saja dari yang kita punya. Memberi itu jangan menunggu kaya, saat kekuranganlah justru diri harus bermurah hati" akhirnya kami berhasil menghimpun dana dari anggota HAMARS sebesar Rp15.550.000,- (lima belas juta lima ratus lima puluh ribu rupiah)

Penampakan semenisasi (rabat beton) hasil kerjasama antara Perantau HAMARS dan Penduduk Hadataran/dok. pribadi
Penampakan semenisasi (rabat beton) hasil kerjasama antara Perantau HAMARS dan Penduduk Hadataran/dok. pribadi

Mungkin sama orang lain dana sebesar itu adalah jumlah yang kecil tetapi bagi kami itu adalah jumlah yang sangat besar dan tak ternilai harganya. Karena kami mengumpulkannya di tahun-tahun yang sulit, namun perantau HAMARS berusaha memberikan yang terbaik untuk kampungnya. Dan akhirnya pembangunan rabat beton itu pun dapat terlaksana seperti foto-foto dalam artikel ini.

Tidak hanya itu, sukacita kami pun bertambah sempurna ketika Bupati Tapanuli Utara, Bapak KRAT Drs Nikson Nababan Darmonagoro MSi mengalokasikan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ke kampung kami sebanyak 3 titik.

Jalan yang tadinya kami rencanakan hanya selebar 1 meter akhirnya berubah menjadi 2,5 meter menyesuaikan dengan lebar bantuan dana PEN. dan tugas kami pun bertambah ringan karena hanya menyambung (meneruskan) dari batas yang sudah dibangun Pemkab Tapanuli Utara.

fb-img-1608120404650-5fdcf79a8ede485acc188592.jpg
fb-img-1608120404650-5fdcf79a8ede485acc188592.jpg
Dengan haru para penduduk disana berkata "nga boi hami mar natal dang pola marbustak be dalan, pokok na jadi do natal i taonon," (sudah bisa kami merayakan natal tahun tanpa harus berlumpur ke gereja, pokoknya tahun ini natalnya jadi), kata mereka bergurau.

Demikian sedikit dari banyak kisah yang masih ingin saya ceritakan tentang kampungku. Dan melalui tulisan ini saya ingin meminta perhatian Presiden, Bapak Jokowi untuk memperbaiki jalan utama dari kampung kami menuju ibukota kecamatan Garoga yang sekarang rusak parah. Jangankan kendaraan roda 4, kendaraan roda 2 pun sangat sulit, padahal jalan itu adalah urat nadi perekonomian penduduk kampung Hadataran. (RS)

Ibu-ibu dan yang berusia lanjut tidak mau ketinggalan, mereka bekerja dengan ikhlas/dok. pribadi
Ibu-ibu dan yang berusia lanjut tidak mau ketinggalan, mereka bekerja dengan ikhlas/dok. pribadi
Alamat Kampung kami:

Dusun III Hadataran-Hapesong-Paratusan, Desa Lontung Jae II, Kecamatan Garoga, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Kami percaya, kami pasti bisa🙏🙏🙏

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun