"Kalah atau mengalah, akhirnya PB Djarum sepakat untuk mengubah nama yang semula audisi umum beasiswa PB Djarum 2019 menjadi audisi umum beasiswa bulu tangkis tanpa menggunakan logo, merek, dan brand image Djarum", (Kompas.com)
Melansir dari KOMPAS.com, dimediasi Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Perwakilan PB Djarum dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengadakan pertemuan di Kantor Kemenpora, Jakarta (12/9/2019).
Pertemuan tersebut dihadiri antara lain: Ketua KPAI Susanto, pengurus PB Djarum Lius Pongoh dan Sekjen Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Achmad Budiharto, menghasilkan 4 kesepakatan yang dibacakan langsung oleh Menpora Imam Nahrawi.
Inti dari kesepakatan tersebut tertera pada poin 3a, 3b dan poin 4, yaitu: PB Djarum akan tetap melanjutkan audisi bulu tangkis di beberapa seri tahun 2019 tanpa menggunakan logo, merek, dan brand image Djarum, namun untuk 2020, mereka akan merapatkan dulu secara internal.Â
Sementara dari pihak KPAI sepakat untuk mencabut surat KPAI tanggal 29 Juli 2019 tentang permintaan pemberhentiaan audisi Djarum.
***
Sampai disini, apakah KPAI perlu bangga karena merasa telah berhasil "mengalahkan" perusahaan raksasa sebesar Djarum dengan tetap melanjutkan audisi bulu tangkis di beberapa seri tahun 2019  tanpa menggunakan logo, merek dan brand image mereka?
Paling tidak untuk 3 bulan ke depan, Oktober hingga Desember 2019, KPAI boleh merasa menang tetapi dengan catatan PB Djarum sesungguhnya bukan kalah, tetapi dengan berbesar hati mengalah demi mendapatkan bibit muda atlet bulutangkis dan demi mempertahankan prestasi bulutangkis Indonesia di dunia internasional.
Tetapi bagaimana selanjutnya pada 2020 dan seterusnya, apakah PB Djarum akan tetap mengalah tanpa logo dan merek mereka?
Sesuai dengan kesepakatan pada poin keempat, keputusan ini tergantung pada konsolidasi internal PB Djarum. Tetapi menurut saya, hasilnya kelak pihak internal PB Djarum akan sepakat untuk tidak sepakat dengan KPAI.
Tidak ada yang mengharuskan Djarum Foundation untuk menyediakan beasiswa untuk audisi dan pembinaan bulutangkis di Indonesia. Jika mereka melakukannya itu hanyalah sebagai bentuk cinta terhadap anak negeri. Jika mereka menyertakan logo dan merek mereka, apakah itu merupakan bentuk eksploitasi terhadap anak?
Tergantung kepada persepsi masing-masing. Okelah kita sepakat bahwa logo dan merek Djarum yang tertera di sana menunjuk terhadap salah satu perusahaan mereka yaitu rokok.Â
Tetapi apakah dengan mencantumkan logo dan merek itu pada PB Djarum otomatis akan menaikkan penjualan mereka? Dan jika ya, apakah mereka tidak bisa mempromosikan produk mereka pada wadah atau kegiatan lain?
Apapun hasil konsolidasi internal PB Djarum untuk 2020 nanti, karena KPAI "bukan Kaleng-kaleng" maka mereka harus bersiap mencari sponsor baru untuk menggantikan PB Djarum yang kemungkinan besar "akan sepakat untuk tidak sepakat" dengan persyaratan KPAI.
Dan semoga saja KPAI berhasil sehingga mereka kelihatan lebih bermanfaat. (RS)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H