Meskipun usianya tak muda lagi tapi namboru Tiur ngotot ingin kuliah. Dengan berat hati, amangboru Poltak, suaminya mengabulkan permintaan namboru Tiur dengan syarat, semua urusan dapur seperti masak, cuci, strika dan membersihkan rumah tetap menjadi tanggung jawab namboru Tiur.
"Okelah, terserah kaulah. Kularang pun kau nanti tetap juga kau ngotot merengek-rengek. Daripada pening kepalaku, kuliahlah kau. Tapi ingat, semua piring-piring, gelas-gelas dan pakaian, kau cuci semua. Jangan pula aku mengerjakan itu nanti. Banyak perkara yang mau aku urus di pengadilan sana" kata Poltak setengah mengancam
***
Namboru Tiur orangnya asyik. Biarpun nada suaranya kalau berbicara sering meninggi dan kedengaran hingga radius 1 kilo meter, tetapi sebenarnya hatinya selembut "ulat sutra". Kalau tak terbiasa berbicara dengannya, kita pikir dia gatal seperti ulat bulu, padahal tidak. Dia suka melontarkan kalimat-kalimat absurd yang mengalir sesuka hatinya dari mulutnya, seperti tidak ada rem.
Suatu kali saat perkuliahan akan dimulai, Pak Viktor dosen ilmu hukum karma bertanya, "sudah semua datang, boleh kita mulai?" kata pak Viktor. "Sudah pak, mulai saja," kata hampir semua mahasiswa kecuali namboru Tiur.
"Tunggu dulu pak, masih ada yang belum datang," kata namboru Tiur dengan wajah serius sambil mengancungkan jarinya. Dan suasana pun menjadi tegang sesaat.
"Siapa lagi namboru, kita kan semuanya sudah disini," kata teman-temannya.
"Coba lihat! si penyesalan belum datang. Si penyesalan memang datangnya selalu terlambat," kata namboru Tiur dengan nada serius dan tanpa sedikit pun merasa berdosa.
Semua diam sejenak, saling berpandangan lalu tertawa. "Sudahlah namboru, ada-ada saja kau ini, nanti kena karma si penyesalan kau" kata Viktor bercanda, dan semuanya pun tertawa.
***
Suatu hari di ruang kuliah, Pak Togar dosen Bahasa Indonesia berkata: "Sebagai mahasiswa, kalian tidak boleh malas membaca. Kalian harus rajin membaca buku apa saja dan sebanyak-banyaknya. Ya minimal 1.000 halaman bukulah setiap minggunya," kata Pak Togar.
"Dan agar bisa membaca banyak buku, kalian harus mempunyai teknik membaca cepat. Ada kalanya kita membaca beberapa halaman tertentu secara berulang-ulang, tetapi banyak halaman hanya kita baca sekilas saja," lanjut Pak Togar.
"Contohnya, di tangan saya sekarang ada sebuah Novel berjudul 'Sayur Kol' setebal 500 halaman, kalian butuh waktu berapa lama untuk membaca ini?" tanya Pak Togar.
"6 jam, pak," kata Lisa
"5 jam, pak," kata Sabar
"3 jam, pak," kata Butet
"1 jam, pak," kata Ucok.
Melihat namboru Tiur diam saja, Pak Togar bertanya: "kalau kau, namboru berapa lama?"Â
Dengan santai namboru Tiur menjawab: "kalau saya sih tak butuh waktu," kata namboru Tiur santai.
"Luar biasa," kata Pak Togar. "Bagaimana caranya, namboru, tolong beritahu sama teman-temanmu," kata Pak Togar melanjutkan.
Namboru Tiur pun maju ke depan lalu berkata: "seperti kalian tahu kan, aku ini malas kali membaca. Daripada aku membaca novel 'Sayur Kol' yang tebal dan tak jelas, lebih bagus aku main fesbuk sambil 'makan daging a*j*n* dengan sayur kol'," kata namboru Tiur yang disambut dengan tertawa oleh teman-temannya. Sementara Pak Togar merasa dilecehkan karena novel "Sayur Kol" yang dibilang namboru Tiur tak jelas itu adalah karya Pak Togar sendiri.
***
Suatu kali namboru Tiur sakit usus buntu dan harus di operasi. Namboru Tiur pun pergi ke rumah sakit termahal di kota Medan, ditemani suaminya Poltak yang sengaja cuti 1 hari untuk menemani isteri tercintanya.
Sebelum membedah namboru Tiur, dokter Turun yang usianya sudah sangat tua bertanya: "Wajah namboru kelihatan sangat pucat setelah melihat saya, apakah namboru tidak yakin dengan kemampuan saya?" kata dokter Turun dengan suara gemetar.
"Ya sangat yakinlah, dok," kata namboru Tiur menghibur diri karena sangat tidak yakin.Â
"Saya sudah berpengalaman membedah lebih dari 1000 pasien" kata dokter TurunÂ
"Hasilnya, dok," kata Poltak ikut bertanya.Â
"Nah itu dia, belum seorangpun yang selamat..." sahut dokter Turun sedih.
"Hei, jangan macam-macam kau ya, dokter. Kuperkarakan kau nanti dengan pasal malpraktek. Bisa kena pasal berlapis, kau. Belum tau kau aku pengacara terkenal, ya? Poltak raja minyak tanah? Tak tahu, kau?" kata Poltak geram.
"Ayo, mama. Kita pergi saja dari rumah sakit ini. Sembuh sajalah kau tak usah dioperasi segala," kata Poltak sambil menarik tangan istrinya dari meja operasi.
Dan mereka pun pergi entah kemana, Hahahaha...
(RS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H