Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kesal Amien Rais Disebut Sengkuni, Bukan Alasan untuk Menghina Mbah Moen

12 Agustus 2019   20:48 Diperbarui: 13 Agustus 2019   05:14 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sehubungan dengan komentar saya pada media sosial Facebook, Rabu (7/8/2019), yang mana komentar saya tidak berkenan pada saat wafatnya KH Maimun Zubair. Saya menyatakan bukan anggota Muhammadiyah dan organisasi manapun. Demikian ini saya mohon maaf dan sungguh menyesal pada organisasi Muhammadiyah dan NU, keluarga KH Maimin Zubair, keluarga saya dan seluruh umat Islam. Saya bersungguh-sungguh tidak akan mengulanginya lagi," (FDUW saat membacakan surat permohonan maafnya-Surya Malang)

Dikutip dari KOMPAS.com, Ketua Barisan Kader Gus Dur Kota Malang Dimas Dersi atau Dimas Lokajaya mengatakan hampir saja terjadi konflik horizontal, kesalahpahaman yang melibatkan 2 institusi keagamaan terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah.

Penyebabnya adalah karena seorang pemuda asal Malang Fulvian Daffa Umarela Wafi (20), menghina almarhum KH Maimun Zubair atau Mbah Moen dan Nahdlatul Ulama (NU) lewat statusnya di Facebook dengan photo profil berlatar belakang Pemuda Muhammadiyah. 

Pengguna akun Facebook bernama Ahmad Husein ini mengunggah status yang mengatakan "turut bersukacita atas wafatnya Mbah Moen" di Mekkah pada Selasa (6/8/2019). Tentu saja hal tersebut membuat geram tidak hanya kalangan NU, tetapi seluruh masyarakat Indonesia.

Kuatir hal yang tidak diinginkan terjadi, Dimas Dersi dan rekan pun mengambil langkah bijak dengan melaporkan Fulvian Daffa Umarela Wafi ke pihak kepolisian. Dan setelah ditangkap Fulvian pun menyampaikan permintaan maaf secara tertulis dan terbuka di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang. Fulvian kemudian langsung ditahan untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Fulvian mengaku menghina Mbah Moen karena sakit hati Pak Amien Rais sering dibilang sengkuni padahal menurut dia, Amien Rais adalah orang Muhammadiyah dan juga pejuang reformasi.

Tetapi saya pikir alasan tersebut sama sekali tidak masuk akal dan terkesan dibuat-buat. Apa sangkut pautnya menghina Mbah Moen karena kesal Amien Rais disebut sengkuni? Bukankah Mbah Moen dan Amien Rais bersahabat?

Diketahui ternyata Fulvian juga bukan anggota dari Pemuda Muhammadiyah, lantas mengapa dia sengaja menggunakan photo profil berlatarlatar belakang Pemuda Muhammadiyah? Saya kira tujuannya jelas untuk membenturkan NU dan Muhammadiyah?

Walaupun Fulvian sudah menyatakan permintaan maaf secara tertulis dan terbuka, tetapi proses hukum tetap berjalan. Fulvian terancam hukuman maksimal 6 tahun penjara sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2018 tentang ITE.

Kasus ini menjadi peringatan keras bagi para pengguna media sosial, baik Facebook, Twitter, Instagram maupun perpesanan WhatsApp. Selalu berhati-hati dan berpikir berkali-kali sebelum mengunggah atau membagikan konten serta dalam berkomentar.

Jika dulu pepatah mengatakan "mulutmu adalah harimaumu" maka sekarang "jarimu adalah harimaumu". 

Akhir-akhir ini hampir setiap hari ada pengguna media sosial yang ditangkap polisi karena mengunggah konten atau komentar berbau SARA. Seakan-akan tidak ada jera dan tidak mau belajar dari pengalaman orang lain.

Ketika mengunggah status, beraninya luar biasa seakan-akan tidak takut terhadap siapapun. Tetapi ketika sudah tertangkap, langsung nyalinya hilang seperti kambing mau disembelih. Mukanya yang tadinya garang bagai singa jantan, setelah tertangkap langsung seperti kucing tak berbulu. Menggigil kedinginan.

Mudah-mudahan tidak ada satu orang pun di antara kita yang melakukan kebodohan yang terlalu seperti itu. Salam Kompasianer.

(RS)

Sumber: Kompas.com, Surya Malang.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun