Pengolahan sampah di Jakarta oleh Pemda DKI, masih sangat buruk. Ke depannya sangat mengkuatirkan karena masih dikelola dengan cara konvensional. Sedangkan pengolahan sampah di Surabaya sudah berjalan bagus. Dapat menghasilkan tenaga listrik hingga 10 MW per hari. Pasalnya sudah dikelola dengan moderen.
Penduduk DKI yang berjumlah 10,4 juta jiwa, menghasilkan sekitar 7.500 ton sampah setiap harinya. Dan sampah-sampah itu berakhir di tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi.Â
Kapasitas maksimal TPST itu adalah 49 juta ton. Namun saat ini diperkirakan hanya sanggup menampung 10 juta ton lagi. Diperkirakan pada 2021 akan penuh dan tidak bisa lagi digunakan. Lalu kemana Pemda DKI akan membuang sampahnya?
Di Surabaya dengan jumlah penduduk sekitar 3,07 juta jiwa, dihasilkan sekitar 1.300 ton sampah setiap harinya. Padahal berdasarkan rasio, dengan jumlah penduduk sebesar itu seharusnya dihasilkan sampah sekitar 2.600 ton atau dua kali lebih banyak dari yang sekarang.Â
Artinya Pemkot Surabaya telah berhasil menekan jumlah sampah dengan memanfaatkan "bank sampah" dan "rumah kompos". Ini adalah sebuah langkah yang sangat perlu ditiru daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Sekitar 1.000 hingga 2.000 ton, sampah-sampah itu setiap harinya dibuang ke TPA Benowo. Dan kini TPA itu sudah dilengkapi dengan teknologi yang mampu mengubah sampah menjadi energi listrik sebesar 2 Mega Watt setiap harinya.
Dari kabar yang beredar, mulai November nanti Surabaya akan menjadi kota pertama mengoperasikan pembangkit listrik berbasis biomassa. Dari volume sampah sebesar 1.500 ton/hari akan dihasilkan daya listrik hingga 10 Mega Watt (MW) per hari.
Berawal dari buruknya pengelolaan sampah di DKI Jakarta inilah Anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD DKI Jakarta, Bestari Barus melakukan kunjungan kerja ke Surabaya. Maksudnya untuk meniru cara-cara pengolahan sampah ala Walikota Surabaya, Tri Rismaharini.
Dan sesampainya disana, rupanya Bestari Barus yang merupakan Ketua Fraksi Partai NasDem ini "terkejut, terheran-heran". Lalu dengan emosional dia pun berkata:
"Apakah Ibu Risma mau kita boyong ke Jakarta dalam waktu dekat? Masalah sampah ini bisa terselesaikan kalau di pilkada yang akan datang Bu Risma pindah ke Jakarta," kata Bestari, (Kompas.com, 29/7/2019).
***
Tahukah Anda maksud Bestari Barus yang sebenarnya?
Bu Risma diboyong ke Jakarta bukan hanya sebatas menyelesaikan masalah sampah secara harfiah. Tetapi Bu Risma pada Pilkada 2022 diharapkan sudah pindah kantor ke Balai Kota Jakarta. Menggantikan Anies Baswedan yang dianggap telah gagal menyelesaikan permasalahan di DKI termasuk persoalan sampah.
Lantas, apakah hal ini akan terwujud? Dan bukankah rencana Bestari Barus ini bertentangan dengan kebijakan ketua umum mereka, Surya Paloh, yang menginginkan Anies tetap menjabat 2022 lalu menjadi calon presiden di 2024?
***
Kisah ini mirip dengan perjalanan panjang Pak De Jokowi menjadi DKI-1 lalu kemudian menjadi RI-1.
Sebelumnya Pak De tidak pernah berpikir akan menjadi presiden. Jangankan menjadi Gubernur DKI, menjadi Walikota saja, tidak? Tetapi takdir berkata lain ketika Pak De bekerja keras membenahi Kota Solo.
Cerita kesuksesan Pak De di Kota Solo kemudian terdengar oleh para jurnalis media-media nasional. Bukan saja hanya karena kinerja, tapi lebih karena kepribadiannya. Terutama soal kesederhanaan, kejujuran dan kesantunan Jokowi dalam berpolitik.
Maka beberapa tokoh penting di tanah air seperti Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto, meminta Pak De untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012, ketika Pak De masih menyisakan sekitar 3 tahun lagi masa jabatan di Solo. Dan Pak De pun maju berpasangan dengan Ahok, dan menang.
Dan tahukah Anda bahwa kedua tokoh penting yang mencalonkan Pak De itu kemudian akan bernasib sangat kontras?
Rupanya Pak De tidak berhenti hanya di kursi DKI-1. Keinginan rakyat Indonesia untuk dipimpin seorang pekerja keras, sederhana dan jujur, terdengar dimana-mana. Dan Pak De pun maju pada Pilpres 2014 berpasangan dengan Jusuf Kalla, lalu berhasil menyingkirkan Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa.
***
Lalu saya ingin mengatakan apa?
Saya hanya berkata, keberhasilan Bu Risma membenahi Kota Surabaya sudah terdengar ke "seantero jagat". Beliau adalah seorang pekerja keras yang tidak tahu istirahat siang dan malam. Bahkan ketika sakit pun masih tetap memaksakan diri bekerja menggunakan kursi roda.
Tidak berbeda jauh dengan Pak De. Bu Risma juga memiliki kepribadian yang bagus. Sederhana, jujur dan santun. Tetapi para pegawainya jangan coba-coba main-main dalam bekerja. Bu Risma bisa berubah menjadi "monster" yang sangat menakutkan.
Lihat saja videonya di YouTube ketika beliau memarahi anak buahnya yang "tengengel" ketika apel pagi. Atau ketika beliau memarahi anak buahnya di Disduk Capil yang tidak bisa memperpendek birokrasi dalam kepengurusan data kependudukan. Pasti Anda akan "terkejut terheran-heran" melihat betapa galaknya beliau demi memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat.
Sudahlah, tak perlu berpanjang-panjang lagi. Saya yakin, dan tidak hanya saya. Bersegerah Bu Risma berkantor ke Balaikota DKI 2022 ini. Dan jangan lupa, 2024 Ibu akan menjadi "The next Jokowi".
(RS)
Data-data dalam artikel ini diambil dari : Kompas.com dan Detik.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H