Lalu berutang bagaimana utang yang dapat membunuhmu?
Mereka yang berutang untuk gaya-gayaan, membeli baju dan tas mahal, lalu traveling tiap bulan dari Tibet, Nairobi, Sudan, Paris, hingga ke Suriname. Makan di restoran India, Jepang, hingga Mesir dan Honolulu.
Lalu berutang untuk menutupi utang. Utang pun bertumpuk dan bertumpuk. Menghitungnya saja sudah pusing, apalagi membayarnya?Â
Tiap hari telepon berdering, debt kolektor bolak-balik datang. Bergonti-ganti dari kulit hitam hingga kuning langsat. Datang dan pergi, besok-besoknya juga terus datang. Tidak hanya kita, bahkan tetangga pun ikut terganggu. Bagaimana lagi enaknya hidup?
Nasihat-nasihat
Berutang boleh, tetapi berutanglah dengan cerdas. Bukan karena ingin hidup gaya-gayaan, bukan karena tergiur nafsu tetapi benar-benar kebutuhan, untuk investasi, dan sebagainya.
Kalau belum bisa mencicil mobil "sport" mengapa harus dipaksakan? Kalau tidak bisa ke salon untuk pedikur dan medikur, kenapa harus memaksakan diri? Kalau tv kabel atau parabola berbayar juga tidak terlalu penting, untuk apa harus berlangganan?
Apa pentingnya tas h**m*s dan jam r*l*x untuk Anda jika untuk makan saja masih "berkaus"? Itu untuk mereka yang duitnya tidak tau lagi harus ditaruh dimana, gitu!
Lakukanlah perhitungan yang matang sebelum membuat utang dan jangan sekali-sekali membohongi diri. Banyak yang mencoba tidak jujur dengan dirinya dan akhirnya menyesal 7 turunan.
(RS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H