Saya tidak memohon supaya Anda tidak memanggil saya kafir. Dan saya juga tidak memaksa supaya Anda menyebut saya kafir. Tetapi jika seandainya pun Anda memanggil saya kafir, saya tidak akan marah dan menganggapnya sebagai sebuah candaan atau sejenisnya. (RS)
Jika Anda menyebut saya kafir, itu sama sekali tidak masalah bagi saya. Demi Tuhan, saya tidak akan marah dan tidak merasa terganggu sedikitpun.Â
Saya tidak melihatnya sebagai sesuatu hal yang serius untuk diperdebatkan. Apalagi dengan mencari dalil-dalil yang membuktikan bahwa saya bukan kafir? Itu sama sekali tidak ada gunanya dan saya anggap itu pekerjaan yang sia-sia.
Saya tidak sedikit pun merasa direndahkan jika disebut kafir. Nilai kemanusiaan, harga diri atau keimanan saya sama sekali tidak akan berkurang. Saya tidak akan masuk neraka jika Anda sebut kafir, juga tidak akan masuk surga jika Anda sebut bukan kafir.
Jadi mengapa saya harus marah?
Jadi saya tidak memohon kepada Anda supaya Anda tidak memanggil saya kafir. Dan saya juga tidak memaksa supaya Anda memanggil saya kafir. Tetapi jika seandainya pun Anda memanggil saya kafir, saya tidak akan marah, saya menganggap itu sebagai suatu candaan atau sejenisnya.
Mengapa saya sebut demikian?
Kata "kafir" itu memiliki definisi tersendiri  untuk setiap agama. Apalagi jika sudah ditafsirkan oleh orang-orang yang berbeda menurut "kacamata"nya masing-masing?
Sebagai contoh: orang Yahudi menyebut orang non-Yahudi sebagai kafir, apakah saya akan marah jika orang Yahudi menyebut saya kafir? Sama sekali saya tidak akan marah karena kenyataannya saya bukan Yahudi.
Demikian juga jika umat muslim menyebut saya kafir karena saya non-muslim, apakah saya harus marah? Sama sekali tidak karena kenyataannya saya memang bukan muslim.
Bagaimana jika seandainya sesama umat Kristen menyebut saya kafir, apakah saya harus marah karena kami seagama? Mengapa saya harus marah? Jika dia menyebut saya demikian, dialah yang sebenarnya bermasalah dengan dirinya sendiri.
Apakah saya itu sebenar-benarnya kafir atau tidak, itu sepenuhnya urusan Tuhan dan sepenuhnya hak prerogatif Tuhan untuk menilainya. Jika manusia menyebut saya kafir, manusia bisa saja salah. Tetapi jika Tuhan menyebut Anda kafir, apakah mungkin Tuhan salah?
Jadi sekali lagi, saya sama sekali tidak akan marah jika Anda sebut kafir dan sedikit pun saya tidak merasa terganggu dengan panggilan itu. Tetapi jika Tuhan menyebut saya kafir, saya akan gemetar dan segera bertobat.
Kafir menurut manusia itu bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan dan sama sekali tidak menentukan apakah upahnya surga atau neraka. Karena sesungguhnya surga atau neraka adalah hak prerogatif Tuhan kepada siapa Dia memberikannya dan tak seorang pun manusia dapat mencampurinya.
Jangan marah jika manusia menyebutmu kafir, tetapi gemetar dan bertobatlah segera jika seandainya Tuhan menegurmu dengan sebutan kafir.
(RS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H