Dan bagaimana mengenai pernyataan Prabowo: "daripada jatuh ke orang asing, lebih baik saya yang kelola. Karena saya nasionalis dan patriot"? Saya pikir itu tak selalu benar dan jika dipaksakan itu namanya pembenaran.
Mengapa saya sebut demikian?Â
Ketika negara kita belum bisa mengelola kekayaan alamnya sendiri karena keterbatasan SDM dan teknologi maka jika terpaksa harus dikelola secepatnya maka orang asing pun boleh mengelolanya dengan perjanjian yang menguntungkan kepada bangsa dan negara.
Apakah jika lahan di negeri ini jika dikelola oleh putra-putrinya sendiri sudah pasti lebih baik? Jawabannya adalah, belum tentu. Jika putra-putri bangsa itu mengelolanya tidak becus dan hasilnya hanya untuk memperkaya dirinya sendiri? Masihkah kita berani mengatakan "daripada dikelola asing?"
Teringat sebuah cerita disebuah kabupaten yang karena sistem otonomi daerah harus di kelola oleh putra-putri dari provinsi lain karena SDM di daerah itu belum memadai. Seorang putra daerah di kabupaten tersebut mengatakan: "Lebih baik kabupaten kita ini hancur ditangan kita daripada maju di tangan orang".
Dapatkah pernyataan seperti itu dibenarkan dengan alasan tertentu?
Saya hanya mau mengatakan, jika ada putra-putri negeri ini yang berkhianat kepada nusa dan bangsa misalnya memperkaya diri dengan korupsi atau mencuri kekayaan alam negeri kita, maka mereka lebih kejam dari bangsa asing. Saya tidak pro asing tetapi tak juga anti asing. Selama menguntungkan mengapa kita tidak menjalin kerjasama?
(RS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H