Apapun agama yang Anda anut tetapi dalam hal ini saya terlalu yakin bahwa kita pasti sependapat: "Dalam segala kegemilangannya manusia tidak akan pernah dapat menipu Tuhan dalam hal apapun dan dengan cara apapun.
Termasuk dengan kata-kata yang dirangkai menjadi puisi yang "maha" indah dan dilafalkan dengan irama mendayu-dayu dan merayu-rayu yang disebut doa. Tuhan pasti tak akan pernah terperdaya oleh lihainya lidah serong dan manisnya bibir palsu manusia yang penuh dengan tipu daya.
Seperti dikatakan saudari Hennie Engglina dalam tulisannya bahwa manusia bisa saja salah berdoa tetapi Tuhan pasti tidak akan pernah salah dalam menjawab doa. Kesalahan manusia dapat dianggap sesuatu yang manusiawi tetapi kemahabenaran Tuhan tidak akan pernah dirusakkan oleh kemanusiawian itu.
Karena doa bukan sekedar kata-kata atau mantra, juga bukan hanya petikan dari ayat-ayat kitab suci semata yang dihafalkan dengan fasih. Tetapi doa harus lahir dari hati yang tulus dan suci, yang dibarengi dengan tindakan yang istiqomah. Yaitu adanya kesesuaian antara perkataan dengan tindakan dan tindakan dengan perkataan.
Siapapun manusia dalam kedudukannya sebagai penguasa, politisi, pengusaha, rakyat biasa atau ulama sekalipun. Bisa saja mereka salah berdoa. Apakah kesalahan itu disengaja, khilaf, silaf atau mengaku-ngaku keseleo lidah tetapi satu hal, manusia tidak akan pernah dapat menipu Tuhan dalam hal apapun dan dengan cara apapun.
Manusia hanya bisa melihat rupa luarnya saja tetapi jauh ke dalam lubuk hati manusia siapa yang tahu?, Hanya Tuhan dapat selami hingga bagian terdalam sekalpun. Karena bagi Tuhan tidak ada yang tersembunyi, Tuhan tahu apa yang ada di dalam pikiran manusia, bahkan sebelum manusia itu berkata-kata. Tuhan mengetahui apa yang akan manusia ucapkan ketika itu masih berupa ide dalam pikiran.
Karena Tuhan dapat menembus ruang dan waktu, Dia adalah Alpa dan Omega, yang awal dan yang akhir, yang tidak berawal dan tidak akan pernah berakhir, pencipta segala sesuatu yang tidak diciptakan.
Dalam kepongahannya manusia sering memberontak kepada Tuhan tetapi Tuhan tidak akan pernah dapat dikudeta atau digantikan, dilengserkan atau dimakzulkan. Tuhan bukan tandingan bagi siapapun yang mencoba ingin menguji kekuasaannya.
Berhentilah berpuisi jika puisi itu hanya menimbulkan kegaduhan. Berhentilah berkata-kata jika kata-kata itu hanya mendatangkan kekacauan. Berhentilah berdoa jika doa itu hanya "doa politik" yang dimaksudkan untuk menipu Tuhan.
Karena doa bukan hanya masalah indahnya kata-kata. Juga bukan hanya fasihnya lidah dalam merapalkannya. Tetapi doa lebih dari itu semua. Doa adalah berbicara dengan Tuhan dari hati yang paling dalam. Mengadukan segala beban berat kita kepada Tuhan dalam ratapan dan erangan yang tidak putus-putusnya. Mengaku dosa dan meminta ampun dengan segala kerendahan hati.Â
Manusia hanya dapat berdoa dan berdoa saja tetapi bukan "puisi yang ditukar" oleh para pujangga dan politisi licik. Karena pujangga bisa salah berdoa dan politisi bisa menyalahkan doa orang lain tetapi masalah jawaban, hanya Tuhan sendiri yang tahu.
Untuk itu berhentilah merasa benar dan berhentilah sajalah berdoa, jika kamu melakukannya hanya untuk menipu Tuhan. Karena Tuhan tidak akan pernah tertipu sekalpun manusia dalam kejahatannya terus berusaha menipu Tuhan dengan untaian doa. Mereka berharap suatu saat puisi doa itu bisa tertukar tetapi satu hal, Tuhan tidak pernah tidur dan selalu mengawasi manusia dalam segala tingkahnya.
(RS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H