Seorang guru memang harus selalu introspeksi dan mengevaluasi dirinya sendiri agar dapat menjadi sosok yang patut untuk ditiru dan digugu. Tetapi dalam kasus guru Nur Kalim seorang honorer bergaji Rp 450.000/bulan, rasanya kata-kata seperti itu waktunya kurang tepat untuk diucapkan. Apakah Nur Kalim tidak tampil berwibawa dan disegani?
Ketika saya masih guru honorer dengan gaji Rp 475.000/bulan, saya sudah berusaha untuk tampil menyakinkan, disiplin dan tegas. Tetapi stigma honorer itu sepertinya terlalu melekat kuat.Â
Apalagi jika siswa dan orangtua mengetahui status kita? Terkadang jika bertemu dengan siswa dan orangtua yang songong, itu sangat menyakitkan. "Baru menjadi honorer saja pun sudah sok-sok tegas dan disiplin", kata beberapa orangtua di depan anaknya sendiri.
Maksud saya, apapun ceritanya, kasus merokok di kelas dan menantang guru berkelahi adalah pelanggaran berat yang harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya tanpa menghancurkan masa depan si anak tetapi juga tidak meremehkan sang guru.
Pihak sekolah, orangtua, tokoh agama, tokoh masyarakat, KPAI, pemerintah dan semua pihak terkait harus bekerja secara bersama-sama sehingga tidak ada lagi guru yang diancam, dikeroyok atau dilecehkan siswa dan orangtua atau oleh KPAI. Demikian juga dengan siswa tidak ada lagi yang dianiaya atau dilecehkan guru dengan alasan apapun.
(RS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H